Uji T Uji Parsial
Dari tabel 17 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel adalah harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe, pendapatan, dan nilai
tukar terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut:
1. Pengaruh Harga Kedelai Impor Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi harga kedelai impor sebesar -0,001 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik negatif antara harga kedelai
impor dengan konsumsi kedelai . Jika harga kedelai impor naik sebesar Rp 1000 , maka konsumsi akan menurun sebanyak 1 ton.
Nilai T hitung variabel harga kedelai yang diperoleh adalah -1,393 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T
hitung sebesar 0,194 maka sig. T 0,194 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima dan H
1
ditolak yang artinya variabel harga kedelai impor secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi jumlah penduduk sebesar 0,003 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding luruspositif antara jumlah penduduk dengan
konsumsi kedelai . Jika jumlah penduduk naik sejumlah 1000 jiwa, maka jumlah konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 3 ton.
Nilai T hitung variabel jumlah penduduk yang diperoleh adalah 0,485 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T
hitung sebesar 0,638 maka sig. T 0,638 0,05, sehingga dapat disimpulkan
Universitas Sumatera Utara
H diterima dan H
1
ditolak yang artinya variabel jumlah penduduk secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
3. Pengaruh Industri tahutempe Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi jumlah industri tahutempe sebesar 73,268 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara jumlah
industri tahutempe dengan konsumsi kedelai. Jika jumlah industri tahutempe naik sejumlah 1 unit maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 73268
ton. Nilai T hitung variabel industri tahutempe yang diperoleh adalah 1,807
dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,101 maka sig. T 0,101 0,05, sehingga dapat disimpulkan H
diterima dan H
1
ditolak yang artinya variabel industri tahutempe secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
4.Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi pendapatan sebesar 0,001 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara pendapatan dengan konsumsi
kedelai . Jika pendapatan naik sebesar Rp 1.000, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 1 ton.
Nilai T hitung variabel pendapatan yang diperoleh adalah 1,973 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung
sebesar 0,077 maka sig. T 0,077 0,05; sehingga dapat disimpulkan H diterima
dan H
1
ditolak yang artinya variabel pendapatan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
Universitas Sumatera Utara
4.Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Konsumsi Kedelai
Koefisien regresi pendapatan sebesar 1,528 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara nilai tukar dengan konsumsi
kedelai . Jika nilai tukar naik sebesar Rp 1.000, maka konsumsi kedelai akan bertambah sebanyak 1528 ton.
Nilai T hitung variabel pendapatan yang diperoleh adalah 1,062 dan nilai T tabel sebesar 2,228 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung
sebesar 0,313 maka sig. T 0,313 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima
dan H
1
ditolak yang artinya variabel pendapatan secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai.
Universitas Sumatera Utara
Rasio perbandingan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara th.1998-2013
Tahun Ketersediaan Ton
Konsumsi Kedelai ton Rasio
1998 54.770
31.955 1,71
1999 54.065
32.179 1,68
2000 21.583
34.857 0,62
2001 13.479
40.088 0,34
2002 11.119
44.016 0,25
2003 49.287
31.199 1,58
2004 24.608
41.412 0,59
2005 61.545
55.200 1,11
2006 41.487
56.580 0,73
2007 62.942
56.580 1,11
2008 77.096
57.314 1,35
2009 85.842
58.111 1,48
2010 92.697
56.613 1,64
2011 117.796
59.993 1,96
2012 115.495
60.512 1,91
2013 119.394
61.316 1,95
Sumber: diolah,2014 Dari penelitian di dapatkan bahwa terjadi fluktuasi rasio ketersediaan dan
konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Rasio dengan nilai terkecil diperoleh pada nilai 0,25 2002 dan terbesar diperoleh pada nilai 1,96 2011.
Universitas Sumatera Utara
60
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara bersama-sama dipengaruhi
nyata oleh luas panen, tenaga kerja, pendapatan, dan nilai tukar.
2. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara parsial dipengaruhi nyata
oleh luas panen kedelai dan pendapatan.
3. Ketersediaan kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi
nyata oleh tenaga kerja dan nilai tukar.
4. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara bersama-sama dipengaruhi
nyata oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri
tahutempe,pendapatan dan nilai tukar.
5. Konsumsi kedelai di Sumatera Utara secara parsial tidak dipengaruhi nyata
oleh harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe,
pendapatan, dan nilai tukar.
6. Rasio perbandingan ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara
mengalami fluktuasi di tahun 1998-2013. Rasio dengan nilai terkecil diperoleh pada nilai 0,25 2002 dan terbesar diperoleh pada nilai 1,96
2011.
Universitas Sumatera Utara
Saran
1.
Kepada Pemerintah agar semakin memperhatikan pemantauan ketersedian kedelai dan pola konsumsi kedelai masyarakat agar sesuai dengan pola
PPH pola pangan harapan dan
Alternatif Kebijakan Ketersediaan dan Konsumsi Kedelai.
2. Kepada Peneliti selanjutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian
mengenai ketersediaan dan konsumsi pangan lainnya. 3.
Kepada Pelaku Usaha Tani kedelai agar semakin memperbaiki kinerja usaha taninya masing-masing agar menjamin keberlangsungan
ketersediaan dan konsumsi kedelai di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA