Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ketersediaan Kedelai

3.Pengaruh Pendapatan Terhadap Ketersediaan Kedelai Koefisien regresi pendapatan sebesar 0,005 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus positif antara pendapatan dengan ketersediaan kedelai . Jika pendapatan naik sebesar Rp 1.000, maka ketersediaan kedelai akan bertambah sebanyak 5 ton. Nilai T hitung variabel Pendapatan yang diperoleh adalah 11,969 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar 0,000 maka sig. T 0,000 0,05, sehingga dapat disimpulkan H ditolak dan H 1 diterima yang artinya variabel pendapatan secara parsial berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai.

4. Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Ketersediaan Kedelai

Koefisien regresi nilai tukar sebesar -3,992 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik negatif antara nilai tukar dengan ketersediaan kedelai. Jika nilai tukar naik sebesar 1000Rp , maka jumlah ketersediaan kedelai akan berkurang sebanyak 3992 ton. Nilai T hitung variabel nilai tukar yang diperoleh adalah -1,738 dan nilai T tabel sebesar 2,201 maka T hitung T tabel dan tingkat signifikansi T hitung sebesar -1,738 maka sig. T -1,738 0,05, sehingga dapat disimpulkan H diterima dan H 1 ditolak yang artinya variabel nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. Universitas Sumatera Utara Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kedelai di Sumatera Utara Dari metode analisis data diketahui bahwa variabel-variabel yang dapat mempengaruhi ketersediaan kedelai adalah Harga kedelai ImporX 1 , Jumlah PendudukX 2 , Jumlah Industri tahutempeX 3 , PendapatanX 4 dan Nilai TukarX 5 Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: . Dari variabel-variabel bebas tersebut akan dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap konsumsi kedelai sebagai variabel terikat. Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Gambar 4. Grafik Normal Plot Konsumsi Kedelai Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa model persamaan layak dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Gambar 5. Scatterplot Uji Heterokedastisitas Konsumsi Kedelai Dari grafik scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Uji Multikolinearitas Uji multikolineraritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing- masing variabel seperti berikut ini: Tabel 15. Nilai Tolerance dan VIF Konsumsi Kedelai Variabel Tolerance VIF Harga kedelai Impor 0,592 1,690 Jumlah penduduk 0,105 9,523 Jumlah industri tahutempe 0,401 2,495 Pendapatan 0,147 6,785 Nilai Tukar 0,616 1,625 Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 3 Universitas Sumatera Utara Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1. Berdasarkan tabel 15 diatas, dapat dilihat variabel Harga kedelaiX 1 , Jumlah PendudukX 2 , Jumlah Industri tahutempeX 3 , PendapatanX 4 , dan Nilai TukarX 5 Analisis Regresi Linier Berganda masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1,690; 9,523; 2,495; 6,785; 1,625. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0,592; 0,105; 0,401; 0,147; 0,616. Dari perhitungan di atas tidak terdapat nilai Tolerance-nya yang lebih kecil dari 0,1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalam model persamaan ini. Konsumsi kedelai dipengaruhi variabel antara lain adalah Harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe, dan PendapatanX 4 Tabel 16. Hasil Analisis Konsumsi Kedelai . Untuk menguji pengaruhnya, maka perlu dilakukan pengujian dengan metode regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial. Hasil regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini: Variabel Koefisien Regresi T Hitung Signifikan Constant -38383,848 -0,679 0,512 Harga Kedelai ImporX 1 -0,001 -1,393 0,194 Jumlah penduduk X 2 0,003 0,485 0,638 Jumlah industri tahutempeX 3 73,268 1,807 0,101 Pendapatan X 4 0,001 1,973 0,077 Nilai Tukar X 5 1,548 1,062 0,313 R 0,868 2 Uji F F Hitung 13,178 0,000 F Tabel 3,33 T Tabel 2,228 Universitas Sumatera Utara Sumber: Analisis data sekunder dari lampiran 3 Dari tabel 16 diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = -38383,848 -0,001X 1 +0,003X 2 +73,268X 3 +0,01X 4 +1,548X 5 Keterangan: + µ Y = Konsumsi Kedelai TonKapTahun X 1 X = Harga Kedelai Impor RpTon 2 X = Jumlah Penduduk Jiwa 3 X = Jumlah Industri TahuTempe Unit 4 X = Pendapatan Rp 5 µ = Standar Error = Nilai Tukar Rp Koefisien Determinasi R 2 Dari tabel 16 diperoleh nilai R 2 sebesar 0,868 yang berarti 86,8 variasi variabel terikat yaitu Konsumsi Kedelai yang diminta dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu Harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe, pendapatan, dan nilai tukar sedangkan sisanya 13,2 lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Uji F Uji Serempak Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 13,178 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 sedangkan nilai F tabel sebesar 3,33 pada tingkat signifikansi sebesar 0,05. Dengan demikian F hitung ≥ F tabel dan sig. F 0,000 ≤ 0,05, maka H ditolak dan H 1 diterima yang artinya harga kedelai impor, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe, pendapatan, dan nilai tukar secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Uji T Uji Parsial Dari tabel 17 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel adalah harga kedelai, jumlah penduduk, jumlah industri tahutempe, pendapatan, dan nilai tukar terhadap konsumsi kedelai di Sumatera Utara sebagai berikut:

1. Pengaruh Harga Kedelai Impor Terhadap Konsumsi Kedelai