3.5 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong 2013: 157 sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dengan demikian, data kualitatif dapat dibedakan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang berupa kata-kata dan tindakan. Data ini dapat berupa teks hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara dengan subjek penelitian. Data
dapat direkam atau dicatat oleh peneliti sendiri. Data sekunder adalah data yang berupa dokumen dan lain-lain. Data ini dapat berupa hasil tes, angket maupun
lembar kerja atau lembar diskusi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer yang digunakan adalah data hasil wawancara dengan subjek penelitian setelah subjek mengisi angket karakteristik cara berpikir siswa
dan mengerjakan soal tes kemampuan pemecahan masalah. Data sekunder yang digunakan adalah data hasil tes kemampuan pemecahan masalah.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah sebagai berikut.
3.6.1 Metode Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nama siswa kelas VIII H sebagai kelas uji coba dan kelas VIII I sebagai kelas penelitian, yang diperlukan
sebagai data penelitian.
3.6.2 Tes
Arikunto 1997: 51 mengemukakan tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Metode tes
digunakan untuk mendapatkan nilai kemampuan pemecahan masalah siswa kelas penelitian. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes bentuk uraian.
Sebelum tes diberikan, terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran butir soal
tes.
3.6.3 Angket
Dalam penelitian ini metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai karakteristik cara berpikir siswa. Instrumen angket yang digunakan
dalam penelitian ini diadopsi dari suatu angket tentang karakteristik cara berpikir yang dibuat oleh John Park Le Tellier dalam DePotter Hernacki 2004: 125.
3.6.4 Wawancara
Menurut Moleong 2007: 186 wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara dalam penelitian ini
digunakan untuk memperoleh data secara langsung mengenai karakteristik cara berpikir siswa dan alur berpikir siswa dalam hal memecahkan masalah. Esterberg
dalam Sugiyono 2010: 319-320 mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif
jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya.
Wawancara semiterstruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh responden.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden. Peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan dalam
pelaksanaan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian dengan menggunakan audio recorder sebagai alat perekam sehingga hasil wawancara
menunjukkan keabsahan dan dapat diorganisir dengan baik untuk analisis selanjutnya. Perekaman dilakukan secara bergiliran. Artinya wawancara dilakukan
satu persatu secara bergantian sehingga peneliti mudah menyimpulkan kemampuan pemecahan masalah setiap siswa dalam menyelesaikan butir soal
pada materi bangun ruang sisi datar.
3.7 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Menentukan kelas penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yang akan digunakan.
c. Melaksanakan pembelajaran di kelas penelitian menggunakan model Problem
Based Learning. d.
Melaksanakan tes kemampuan pemecahan masalah di kelas uji coba instrumen.
e. Menganalisis data hasil tes kemampuan pemecahan masalah di kelas uji coba
instrumen untuk mengetahui validitas butir soal, reliabilitas tes, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.
f. Membagi angket karakteristik cara berpikir siswa di kelas penelitian.
g. Melaksanakan tes untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa
di kelas penelitian. h.
Memilih subjek penelitian yang akan diwawancarai. i.
Melaksanakan wawancara. j.
Mengolah dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. k.
Menyusun hasil penelitian.
3.8 Instrumen Penelitian