Gambar 5. Opsi kebijakan pajak lingkungan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diadakan suatu penelitian terhadap peran pajak emisi gas CO
2
yang berasal dari bahan bakar fosil dalam perspektif Indonesia agar a biaya eksternalitas dapat diinternalkan
dengan cara memasukkannya kedalam harga barangpelayanan yang dihasilkan dari suatu kegiatan ekonomi b menciptakan insentif bagi produser dan konsumer
karena tindakannya yang merusak lingkungan c membuat biaya menjadi efektif dengan cara memberikan pilihan terhadap pencemar yaitu dengan cara membayar
pajak, mengurangi produksi atau menggunakan teknologi pencegah polusi d menciptakan inovasi-inovasi baru dalam teknologi untuk menggunakan energi
substitusi atau energi terbarukan dan e meningkatkan pendapatan yang dapat digunakan kembali untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Pembuat kebijakan dalam mempertimbangkan menggunakan instrumen ekonomi khususnya pajak emisi yang disebabkan oleh penggunaan bahan
bakar fosil.
Kebijakan Sekarang
Belum ada kontrol melalui EI
Standar Teknologi Standar Emisi
Sub-optimal Taxation Optimal Taxation
Kebijakan Baru
Pajak Input Pajak Output
2. Pembuat kebijakan untuk menentukan besarnya pajak emisi yang optimal
yang akan dikenakan kepada pencemar 3.
Pembuat kebijakan untuk menentukan kebijakan berupa insentip ekonomi kepada pihak industri atau produsen yang mengembangkan dan
menggunakan teknologi bersih untuk mengurangi dampak emisi. 4.
Untuk melihat besarnya tingkat pendapatan pemerintah dari sektor pajak emisi yang dapat dikembalikan kepada masyarakat sebagai bentuk
eksternalitas yang diterima dan besarnya insentif yang dapat dialokasikan kepada pihak yang ikut berkontribusi dalam teknologi bersih.
5. Pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca khususnya CO
2
melalui efisiensi penggunaan bahan bakar fosil. 6.
Ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu ekonomi lingkungan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap gas emisi CO
2
yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil seperti premium gasoline, minyak solar Diesel Oil, minyak
diesel industri Industrial Diesel Oil , minyak tanah Kerosene, minyak bakar Fuel Oil dan batubara Coal . Emisi gas CO
2
yang ditimbulkan oleh bahan bakar berbasis karbon akan dianalisis dengan menggunakan model DICE yang
dimodifikasi, dimana variabel endogen dan eksogen dalam model akan disesuaikan dalam perspektif Indonesia. Penelitian ini masih belum bersifat
operasional karena masih diperlukan tambahan berupa petunjuk dan pelaksanaan secara lebih rinci agar kebijakan dapat diimplementasi.
1.7 Novelty Penelitian
Hal yang baru dalam penelitian ini adalah : 1.
Penelitian dampak emisi gas CO
2
dengan menggunakan pendekatan model DICE Dynamic Integrated Climate Change and Economic dalam
perspektif Indonesia belum pernah dilakukan 2.
Penggunaan model DICE yang telah dilakukan adalah untuk menganalisa dampak pajak karbon dalam kontek Global dan Regional, sedangkan
dalam penelitian ini model DICE akan disesuaikan untuk kebutuhan nasional didalam menentukan besarnya pajak emisi CO
2
yang optimal. 3.
Belum ada penelitian dalam mengurangi dampak emisi gas CO
2
dengan menggunakan instrumen ekonomi, khususnya instrumen pajak dalam
persfektif Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Eksternalitas dan Pajak Lingkungan
Masalah lingkungan sangat beragam, tetapi pada umumnya disebabkan karena penggunaan yang berlebihan overuse dari sumber daya alam atau karena
adanya emisi dari polutan yang membahayakan. Tujuan kebijakan lingkungan adalah untuk memodifikasi, memperlambat ataupun menghentikan ekstraksi dari
sumberdaya alam tersebut termasuk mengurangi atau mengelimasi emisi, mengubah pola konsumsi dan produksi kearah yang berkelanjutan. Hal ini perlu
dilakukan karena adanya eksternalitas yang ditimbulkan dari penggunaan sumberdaya alam tersebut. Externalitas dapat positip atau disebut ”external
economies” dapat juga berupa eksternalitas negatip atau disebut ”external
diseconomies”. Eksternalitas lingkungan pada umumnya adalah negatif
detrimental externalities yaitu dimana suatu kegiatan yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian biaya kepada pihak lain, sedangkan biaya kerusakan itu
sendiri tidak dibayar oleh pencemar. Groosman,Britt 1999 menyatakan bahwa eksternalitas terjadi apabila produksi dan konsumsi dari suatu produk langsung
mempengaruhi bisnis ataupun konsumen yang tidak ikut didalam proses pembelian dan penjualan tersebut . Selain itu juga karena pengaruh limpahan spillover yang
tidak ter-refleksikan didalam harga pasar. Hartwick dan Olewiler dalam Fauzi,Akhmad 2004 menggunakan terminologi lain dalam menggambarkan
eksternalitas. Keduanya membedakan antara eksternalitas privat dan eksternalitas publik. Eksternalitas privat hanya melibatkan beberapa individu dan tidak
menimbulkan limpahan spillover kepada pihak lain, sementara eksternalitas publik terjadi manakala barang publik dikonsumsi tanpa pembayaran yang tepat.
Eksternalitas yang telah disebutkan diatas adalah merupakan konsep eksternalitas statis, karena tidak ada keterlibatan variabel waktu didalamnya.
Masalah eksternalitas tersebut oleh pemerintah dapat diatasi melalui instrumen kebijakan dalam bentuk peraturan atau disebut regulasi command and
control atau dapat juga diatasi melalui kebijakan yang berorientasi pasar yaitu
dalam bentuk instrumen ekonomi economic instruments .
15 Adanya fenomena pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang
disertai kelangkaan sumberdaya alam pada saat ini memerlukan perhatian dimana kita perlu melihat kembali kebijakan yang berorientase ekonomi fiskal atau pajak
tersebut agar biaya lingkungan yang disebabkan oleh eksternalitas negatif dapat dimasukkan kedalam sistem ekonomi, kemudian meyakinkan kebijakan yang
dibuat bergerak kearah pengendalian dan perlindungan yang kita kehendaki. Dan yang tidak kalah penting adalah mengurangi ketergantungan terhadap sumberdaya
yang tak terbaharui. Fauzi,Akhmad 2004 dari persepektif ekonomi, menjelaskan bahwa pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomis sumberdaya
akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap
kesejahteraan masyarakat. Pencemaran akan tetap ada sebagai hasil dari aktivitas ekonomi, tetapi jalan terbaik adalah mengendalikan pencemaran tersebut ketingkat
yang paling efisien.
8
Pajak lingkungan khususnya pajak emisi sebagai salah satu dari instrument ekonomi dapat memainkan peran penting untuk mengurangi kerusakan lingkungan
tersebut. Menurut Japan Centre for a Sustainable and Society JACSES pajak lingkungan adalah : Perjanjian umum yang dibuat berdasarkan tujuan dan fungsi
sebagai berikut : sebagai suatu insentif untuk mengurangi beban lingkungan dan menjaga
lingkungan itu sendiri. Dengan mentranslasikan biaya kerusakan lingkungan atau kelangkaan sumber daya alam kedalam biaya yang sesuai. Pajak
lingkungan membantu untuk melakukan tekanan ekonomi kepada pihak-pihak yang merusak lingkungan dan dengan cara yang sama dapat mengurangi beban
ekonomi kepada pihak-pihak yang ikut berkontribusi dalam menjaga lingkungan.
8 Hoeller,Peter dan Wallin,Markku1991, The International Panel on Climate Change IPCC dalam laporannya
menyatakan bahwa proyeksi business-as–usual BAU dapat menaikkan suhu pemanasan global pada kisar 0,2
o
sampai 0,5
o
C per dekade pada seratus tahun yang akan datang dan untuk memperlambat laju pemanasan sampai 0,1
o
C per dekade perlu mengurangi separoh dari level emisi pada saat ini.
16 Sebagai alat untuk menjaga lingkungan melalui pendapatan pajak. Pendapatan
pajak tersebut dapat digunakan kembali untuk mengurangi pembayaran tenaga kerja dalam bentuk pajak pendapatan maupun pajak perusahaan.
Objek dari pajak lingkungan adalah biaya eksternalitas lingkungan yang terdapat dalam harga, sehingga konsumen dan produsen memiliki insentif untuk
membatasimengurangi polusi dan memperlakukan sumberdaya alam dengan cara lebih bertanggung jawab. Harga setiap unit produk seharusnya mereflesikan biaya
sebenarnya dari penggunaan sumberdaya alam tersebut dan harga barang juga sekaligus akan memotivasi masyarakat untuk menggunakan sumberdaya alam
dengan cara yang bijaksana dan kesadaran yang tinggi. Menurut seri lingkungan No 1, mengenai pajak lingkungan Implementation and
Environmental Efectiveness, Copenhagen.1996, alasan utama untuk menggunakan pajak lingkungan adalah :
▪ Karena pajak lingkungan adalah instrumen yang efektif untuk menginternalisasikan eksternalitas, karena biaya kerusakan dan pelayanan
lingkungan langsung dimasukkan kedalam harga produk ▪ Memberikan insentif kepada konsumen dan produsen untuk mengubah perilaku
kearah eco-efficient dalam menggunakan sumberdaya alam, memberikan stimulus untuk berinovasi, perubahan struktural dan patuh terhadap peraturan
▪ Dapat menaikkan pendapatan yang dipakai untuk memperbaiki pengeluaran lingkungan, mengurangi pajak pendapatan tenaga kerja, kapital dan
penghematan ▪ Merupakan alat kebijakan yang efektif untuk mengatasi masalah prioritas
lingkungan seperti emisi kendaraan, limbah, bahan kimia yang dipakai dalam sektor pertanian.
48 Corpuz,Catherine 2003 menyatakan bahwa pajak lingkungan adalah bagian
penting dari Market Based Instrument MBI dan pajak emisi adalah salah satu dari pajak lingkungan tersebut.
9
Pajak emisi adalah pembayaran secara langsung yang berhubungan dengan adanya emisi. Pajak emisi ini ditujukan langsung pada pihak pencemar yang mengeluarkan
emisinya kedalam lingkungan, umumny terhadap sumber tetap.
10
2.2 Pajak Karbon Dan Energi
Pajak energi berbeda dengan pajak emisi. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari tujuan dan cara bagaimana pajak tersebut diberlakukan. Pajak energi Zhang,
Z Xiang dan Baranzini,Andrea, 2003 adalah jenis pajak yang besarnya secara absolut tetap misalnya rupiah per ton, rupiah per kilowatt-hour, rupiah per British
thermal unit. Jadi pajak energi dikenakan terhadap bahan bakar fosil ataupun sumber energi yang bebas emisi ataupun sumber bahan bakar yang memenuhi
batas emisi yang ditetapkan. Pajak energi tidak terkait dengan tingkat emisi yang dikeluarkan. Jika tujuannya adalah untuk mengurangi emisi gas CO
2
, maka yang efektif adalah mengenakan pajak karbon. Pajak karbon dapat ditransformasi ke
pajak CO
2
karena satu ton karbon ekivalen dengan 3,67 ton CO
2
. Walaupun pajak energi itu sendiri dapat mengurangi tingkat emisi, tetapi dalam implementasinya
pajak energi tidak tepat untuk tujuan mengurangi emisi CO
2
Kageson,1991;Cline,1992; Jorgenson and Wilcoxen,1993; dikutip dari Zhang,Z Xiang dan Baranzini,Andrea,2003.
9
Menurut EEA Europen Environment Agency, Copenhagen 1996, pajak lingkungan terdiri dari cost-recovering charges, incentive taxes dan fiscal environmental tax. Fiscal environmental tax
inilah disebut “green Tax Reform” yang terdiri dari pajak energi dan pajak bukan energi termasuk pajak CO
2 10
Corpuz,Catherine 2003 . Pollution Tax for Controlling Emssion From The Manufacturing and Power Generation Sectors:Metro Manila”. Regulasi langsung Regulasi yang digunakan oleh
Filipina dengan memberikan batas atas emisi tidak memberikan insentif kepada industri untuk mengendalikan polusi pada tingkat yang dikehendaki oleh pemerintah. Selalu dihadapkan oleh
kesulitan dalam menegakkan peraturan tersebut dan biaya administrasi yang tinggi.
18 Pajak emisi atau pajak karbon dapat mengurangi emisi melalui pengaruh
mekanisme harga dari bahan bakar yang dikonsumsi. Oleh sebab itu pajak emisi merupakan instrumen kebijakan yang baik dalam mengurangi emisi emisi CO
2
. Dilihat dari segi produksi, maka pajak energi secara umum berorientasi input
bukan output, sedangkan pajak emisi berorientasi bisa input atau output. Pajak emisi pada dasarnya bukan untuk menciptakan pendapatan fiscal objective
bagi pemerintah, tetapi di-disain dengan tujuan untuk pengendalian lingkungan seperti pengurangan emisi, mengubah perilaku pencemar akan tindakannya dalam
merusak lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Scrimgeour et.al 2005 untuk kasus New Zealand menunjukkan bahwa pajak karbon lebih efektif dibandingkan
dengan pajak energi ataupun pajak petroleum.
11
Secara umum pajak energi dapat dikenakan sebagai pajak yang didasarkan pada output contohnya pemanasan atau
listrik sebagai pajak yang didasarkan pada input atau sebagai emission charged dari pembakaran bahan bakar fosil.
12
Pajak karbon merupakan pajak emisi dan merupakan jenis dari pajak lingkungan yang dikenakan pada konsumsi yang mengkonsumsi bahan bakar
seperti batubara, minyak dan gas. Kadar kandungan karbon dari setiap bahan bakar tersebut menentukan besarnya nilai pajak. Bila suatu produk dikenakan pajak
karbon, maka harga dari produk tersebut akan mengalami kenaikan.
11
Hasil studi dari Scrimgeour,Frank et.al ;”Reducing Carbon Emission ? The Relative effectiveness of Different Types of Environmental Tax: The Case of New Zealand” dengan CGE
untuk kasus New Zealand menunjukkan bahwa dampak dari pajak karbon dan pajak energi hampir sama. Pajak energi akan mengurangi konsumsi sebesar 13 persen dibandingkan dengan 14 unuk
pajak karbon. Emisi CO
2
berkurang sebesar 16 untuk pajak energi dan 18 untuk pajak karbon. Sementara pajak petroleum kurang efektif. Pajak karbon dan pajak energi keduanya memberikan
dampak makro dalam bentuk mengurangi GDP kira-kira sebesar 0,385 sedangkan pajak petroleum akan mengurangi GDP sebesar 0,29
12
Menurut ESCAP Virtual Conference: Charge atau pajak adalah pembayaran yang dikenakan pada polutan sesuai dengan proporsi dari polutan yang dilepaskan ke lingkungan. Charge dibuat
berdasarkan “Polluter Pay Principle”. UNEP- REPORT 1997 Menjelaskan bahwa charge system pada umumnya dipakai untuk melindungi sumberdaya dari limbah atau emisi yang dibuang ke
lingkungan dan tidak dimasukkan kedalam instrument fiskal, tetapi dipisahkan kedalam sistem charge.
19 Kenaikan harga akan mengurangi permintaan dan pada akhirnya akan mengurangi
emisi CO
2
.
13
Karena pajak karbon ditentukan berdasarkan kadar karbon yang ada dalam masing-masing bahan bakar, maka harga dari bahan bakar akan bervariasi
sesuai dengan besarnya nilai pajak yang dikenakan untuk masing-masing bahan bakar. Oleh sebab itu konsumen akan melakukan pilihan dengan kesadaran akan
segala konsekuensi dari pilihan yang dibuatnya. Menurut PEANZ Petroleum Exploration Association of New Zealand ,
dokumen implementasi pajak karbon yang dikeluarkan pada bulan Juli 2005, ada dua prinsip dasar dalam mekanisme pajak karbon :
▪ Tujuan utama dari pajak adalah untuk menginformasikan kepada pemakai akhir dari energi yang digunakannya agar dapat membuat keputusan yang akan
memberikan benefit terhadap atmosfir. Untuk penyederhanaan, maka pajak haruslah dikenakan pada pihak sejauh mungkin dari rantai distribusi dan
disampaikan kepada pemakai akhir sepenuhnya agar informasi tersebut dapat dipakai untuk membuat keputusan.
▪ Karena pajak merupakan mekanisme fiskal, sebagai konsekuensi, setiap pendapatan dari pajak karbon akan di ”recycle” kedalam sistem ekonomi
melalui pengurangan pajak yang lain. Hasil studi mengenai interaksi antara pajak yang berlaku sekarang terhadap
energi dan penggunaan pajak karbon untuk mengurangi emisi gas CO
2
Peter Hoeller and Jonathan Coppel,1992 terhadap 20 negara termasuk negara OECD,
menunjukkan bahwa ada hubungan antara besarnya pajak karbon per ton dengan persentase pengurangan emisi.
14
13
Laporan yang dikeluarkan oleh .The Royal Society Nov 2002.”Economic Instruments for the Reduction of Carbon Dioxide Emission”. Pajak karbon akan menaikkan biaya bahan bakar dan
harus mengurangi permintaan akan bahan bakar tersebut dan konsumen akan berpindah ke bahan bakar dengan sumber karbon rendah. Halk ini akan tergantung dari elastisitas permintaan.
Elastisitas jangka pendek short-run negara OECD untuk gasoline pada kisar -0,15 sampai -0,38 dan jangka panjang -1,05 sampai -1,40
14
Adalah hasil studi dari Hoe Hoeller,P and Coppel,J Paris, 1992. Energy Taxation and Price Distortions in Fossil Fuel Markets: Some Implications for Climate Change Policy.
OECD.Economic Department.Working Papers No 110.
20 Nedergaard,Mette 2005 dalam suatu survey dari aplikasi penggunaan instrument
ekonomi untuk kebijakan energi dan perubahan iklim untuk beberapa negara Eropa memberikan empat alasan penggunaan pajak lingkungan, 1 karena pajak
lingkungan adalah instrument yang efektif untuk menginternalkan eksternalitas,2 memberikan insentif untuk mengubah perilaku,3 meningkatkan
pendapatan dan 4 alat yang efektif dalam mengurangi sumber polusi dalam jangka panjang.
15
Pada tabel 1 dapat dilihat tujuan dan objek dari pajak karbon, pajak energi dan pajak emisi yang diterapkan pada negara Eropa Utara.
Tabel 1. Pajak karbon pada beberapa negara Eropa Utara
Negara Jenis
Nilai pajak Rate Tahun
Obyek Tujuan
Aliran Dana
Finlandia Pajak Karbon
Mulai dari 26 MktC sd 260 MktC
Diperkenalkan mulai tahun 1990
Gasoline,light fuel oil,heavy fuel oil,diesel oil,natural gas, coal
dan peat kecuali BBF untuk Listrik
Efek insentif:penghematan BBF untuk mengurangi
CO2,promosi investasi-hemat energi dan substitusi produk
karbon rendah Pajak masuk ke
general fund
Denmark Pajak CO2
100 DkrtCO2 meningkat sd 200 DkrtCO2 tahun
1996 dan sd 6000 DkrtCO2 tahun 2000
Sejak 1993 Light fuel oil, heavy oil,diesel
oil,LPG,coal dan residual fuelkecuali untuk gasoline,
natural gas dan bio diesel Efek insentif:penghematan
BBF untuk mengurangi CO2,promosi investasi-hemat
energi dan substitusi produk karbon rendah
Pajak bukan untuk
meningkatan pendapatan
Nederland Pajak karbon
dan energi 50 pajak energi dan
50 pajak karbon : 5,16 DGLtCO2 dan 0,3906
DGLGj untuk energi Sejak 1992
Gasoline, light fuel oil, heavy fuel oil, diesel oil, natural gas
atau residual oil Pengendalian emisi CO2
Pajak masuk ke spesial fund
untuk lingkungan
Norwegia Pajak karbon
676 NKrtC sd 1350 NKrtC
Sejak 1991 Gasoline, light fuel oil, heavy oil,
diesel oil, natural gas dan gas yg dibakar dari lapangan minyak
di laut Efek insentif : untuk
mengurangi emisi CO2 Pajak untuk
general account Swedia
Pajak karbon 370 SKrtCO2 -1996 sd
380 SKrtCO2 1997 Sejak 1991
Gasoline, light fuel oil, heavy oil, diesel oil, LPG,natural gas,coal
kecuali untuk listrik Efek insentif : untuk
mengurangi emisi CO2 Pajak
berhubungan dgn general
account
Sumber: Diolah dari data research panel on economic instrument such as taxion and charges in environmental policies. Chapter 1: Situation of Environmental Taxes
of Foreigh Countries. Dari website : http:www.env.go.jpenreptaxch1.html. 14Juli 2005
.
15
Baumert,Kevin 1998 , Carbon Taxes vs Emission Trading: What the difference, and Which is Better. Menyatakan bahwa pajak karbon dan semua pajak lingkungan adalah instrument kebijakan
yang bersifat “price-based”. Pajak menaikkan harga barang dan pelayanan dan akan mengurangi kuantitas permintaan, ini disebut “price-effect” sedangkan trading permits atau emission trading
adalah instrument kebijakan berdasarkan “quantity-based”. Walaupun keduanya adalah merupakan “market-based” cara kerjanya berbeda. Pajak karbon menetapkan biaya marjinal untuk emisi karbon
dan mengizinkan perubahan dari emisi yang dikeluarkan sementara emission trading menetapkan jumlah emisi karbon yang dikeluarkan dan membiarkan harga berfluktuasi sesuai dengan
mekanisme pasar.
48
Pada tabel 2 dapat dilihat persentase pendapatan pajak lingkungan termasuk pajak transportasi terhadap GDP dan persentase pajak energi terhadap
GDP . Menurut laporan dari OECD dan IEA 2003 instrumen pajak sering digunakan oleh pembuat kebijakan untuk mempromosikan pengembangan energi
terbarukan dan teknologi untuk efisiensi energi dari pada bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
.Tabel 2. Persentase pajak lingkungan tidak termasuk energi dan pajak energi terhadap GDP
Negara GDP
Pendapatan Pajak GDP Pendapatan Pajak
Austria 0,7
1,6 1,4
3,2 Belgium
0,5 1,1
1,6 3,4
Denmark 2,2
4,3 2,2
4,3 Jerman
0,6 1,4
2,1 4,8
Yunani 0,4
1,2 1,5
4,6 Finlandia
0,1 0,2
2,2 4,7
Perancis 0,5
1,1 2
4,5 Irlandia
1,4 4
1,8 5,2
Itali 0,5
1,2 3,1
7,7 Luxemberg
0,2 0,5
3,1 7
Netherland 2,6
5,9 1,5
3,4 Portugal
0,1 0,3
3 8,4
Spanyol 1
2,7 1,9
5,2 Swedia
0,4 0,8
2,6 5,1
UK 0,6
1,7 2,2
6,3 EU 15
0,7 1,7
2,2 5,2
terdiri dari 15 anggota negara Uni Eropa EU Lingkungan
Energi
Sumber : Final report : Study on the economic and environmental implications of the use of environmental taxes and charges in the Europw Union and its member states.
ECOTEC, research consulting. April 2001
Pada tabel 3 dapat dilihat instrumen kebijakan pajak yang telah diimplementasi ataupun direncanakan oleh beberapa negara di Eropa. Pada table
tersebut dapat dilihat pendekatan implementasinya, pajak energi atau CO
2
dan perdagangan trading.
22
Tabel 3. Instrumen pajak yang telah diimplementasikan dan direncanakan dibeberapa negara Eropa.
Energi Industri Emisi Energi terbarukan
Australia x
x x
Austria x
x x
Belgia x
x x
Kanada x
x Check Republik
x x
Denmark x
x x
x Estonia
x x
Finlandia x
x Perancis
x x
x Jerman
x x
x Itali
x x
x Jepang
x Belanda
x x
x x
Selandia Baru x
Norwegia x
x x
x Slovakia
x Swedia
x x
x Swiss
x x
x UK
x x
x x
USA x
x x
pada level negara bagian rencana saat ini dihentikan
Pajak Trading
Pendekatan sukarela Voluntary Approach
Negara
Sumber: OECD and IEA information paper 2003 OECD environment directorate and international energy agency. Policies to reduce greenhouse gas emission in
industry-successful approaches and lessen learned:workshop report.
2.3 Emisi Per Kapita, Energi dan Karbon Intensitas