Persamaan Model Variabel Dan Parameter Dalam Model Penelitian

85 Jika p 1 ditentukan sebesar 1, artinya pajak konsumen sama dengan pajak produsen, maka Qt + [ E INDA – E INDI ] = Ct + I t E INDI adalah emisi Indonesia yang dizinkandiinginkan dan E INDA adalah emisi industri emisi industri Indonesia aktual. Proporsi pajak tersebut dapat dilakukan setelah mengetahui besarnya pajak emisi untuk Indonesia.

3.7 Persamaan Model

1 Fungsi social welfare : DICE : W = ∑ T t U [ c t,Lt ] Rt Dimana Rt adalah faktor discount discount factor [ ] ∏ = + t v v 1 ρ -t dimana ρ adalah pure rate of social preference. Persamaan utilitas adalah : U[ct] = Lt {[ct] 1- α }1- α dimana α adalah rate of inequality aversion dan dari model DICE fungsi utilitas adalah : U[ct] = Lt { log[ct]} 2 Fungsi produksi : DICE : Qt = Ωt { A t K t γ L t 1- γ g A t A t = g A t-11-d A , g A 1990 = 0,1 per dekade dan δ A = 0,10 per dekade. g A t = g A 0 exp - δ A t 3 Fungsi output DICE : Qt = Ct + I t 4 Fungsi income per capita DICE : ct = Ct Lt 5 Fungsi keseimbangan capital stock DICE : Kt = 1- δ k K t-1 + I t-1 δk sebesar 0,10 per tahun 6 Fungsi pertumbuhan populasi : DICE : g pop t = g pop 1-t1- δ pop , δpop = 1,2 per dekade g pop = 1,2 per tahun untuk tigapuluh tahun kedepan. g pop t = g pop 0exp - δ pop t 7 Fungsi pengurang sebagai dampak emisi. Dalam penelitian ini 85 DICE 1992: Ω = 1-b 1 μt b2 [ 1+Dt ] = 1-b 1 μt b2 [ 1+0.013[Tt3] 2 ] Dalam penelitian ini: Ω = 1-b 1 μt b2 [ 1+Dt ] = 1-b 1 μt b2 [ 1+ 0.0035 T 2 ] 8 Fungsi pajak emisi DICE : Qt + t [ Пt – Et] = Ct + I t Dalam penelitian ini : Qt + t [ Пt – E IND t+ E ROW t] = Ct + I t 9 Fungsi biaya total pengurangan emisi adalah sebagai fraksi dari GDP DICE : TC = 0,0686 μt 2,887 10 Fungsi kerusakan akibat kenaikan suhu DICE : 0,00144Tt 2 Dalam penelitian ini : Dt = 0,0035 T 2 11 Fungsi emisi Menggunakan DICE : Et = [ 1 – μt ] σt Qt Dimana rasio emisi per unit terhadap output σ akan menggunakan tahun dasar 1990. σ adalah intensitas emisi atau CO 2 GDP. g σ t = 1+ g σ σt-1 12 Fungsi siklus karbon Konsentrasi emisi CO 2 DICE : Mt = Et + 1- δmMt-1 Dalam penelitian ini : Mt = [ E IND t + E ROW t ] + 1- δ mMt-1 E ROW adalah emisi rest of world dan E IND adalah emisi Indonesia 13 Fungsi perubahan iklim DICE : T 1 t=T 1 t-1 + α 1 { Ft – α 2 T 1 t-1 – α 3 [T 1 t-1 –T 2 t-1] } T 2 t=T 2 t-1 + α 4 [T 1 t-1 –T 2 t-1] 14 Fungsi radiative forcing DICE : Ft = 4.1 log[Mt590] log 2 + Ot

3.8 Variabel Dan Parameter Dalam Model Penelitian

Dalam model terdapat varibael eksogen, endogen, parameter dan variabel kebijakan. Variabel kebijakan adalah variabel yang dapat diubah sesuai dengan tingkat emisi yang dikehendaki dan dampak yang timbul sebagai akibat dari kebijakan tersebut. 85 Variabel Keterangan Unit eksogen Lt populasi juta At TFP total factor produktivitas dalam suatu nilai tertentu g pop t pertumbuhan populasi dalam suatu nilai tertentu p 1 t proporsi emisi produsen dalam bilangan fraksi T t perubahan suhu permukaan bumi dalam o C dimulai-1900 T 1 t suhu atmosfir diatas lautan dalam o C dimulai-1900 T 2 t suhu didalam lautan dalam o C dimulai-1900 Variabel Keterangan Unit endogen Ct konsumsi total juta ct konsumsi per kapita dalam rupiah Rp per orang Qt output atau GDP dalam triliun Rp - dasar1990 Ωt faktor pengurang dalam nilai tertentu Kt kapital stok dalam triliun Rp Dt kerusakan akibat perubahan iklim dalam bilangan fraksi Et total emisi gas CO 2 dalam juta ton CO 2 tahun E IND t jumlah emisi Indonesia dalam juta ton CO 2 tahun E ROW t jumlah emisi rest of the world dalam juta ton CO 2 tahun δkt laju depresiasi kapital dalam bilangan fraksi Ft radiative forcing dalam Wm 2 Ot exogenous anthropogenic dalam Wm 2 Parameter Keterangan Unit ρ Pure rate of social preference rate per tahun σ rasio emisi terhadap output dalam nilai tertentu γ elastisitas output terhadap capital dalam nilai tertentu b 1 koefisien control rate abatement cost dalam nilai tertentu b 2 eksponen dari control rate abatement cost dalam nilai tertentu 89 marginal atmospheric retention rasio dari GHG dalam nilai tertentu α rate of inequality aversion dalam nilai tertentu 12 kecepatan memindahkan panas dari permukaan ke dalam lautan δk nilai penyusutan dari capital stock dalam nilai tertentu R 1 thermal capacity of the upper layer dalam W-tahun o C-m 2 R 2 thermal capacity of deep ocean dalam W-tahun o C-m 2 δm rate of transfer emisi CO 2 dari lapisan atas ke bawah lautan feed back parameter in climate change model sama dengan α 2 α 1 adalah koefidien inersia atau inverse of thermal capacity of atmospheric layer and the upper ocean α 3 adalah rasio antara thermal capacity deep ocean terhadap transfer rate from upper to lower reservoir α 4 adalah koefisien transfer dari upper to lower reservoir dalam nilai tertentu Variabel Keterangan Unit Kebijakan μt control rate emisi dalam nilai tertentu Nilai Awal Initial Value Initial Value dari parameter dalam analisis model adalah sebagai berikut : γ = 0,30 ρ = 3 per tahun atau 0,03 per tahun b 1 = 0,0686 ; b 2 = 2,877 σ 1990 world = 0,519 dalam milyar ton CO 2 ekivalen per triliun USD δ σ = 0,1168 per dekade ; δ A = 0,1 per dekade g A = 0,001 per dekade σ 1990 IND = 0,32 ton CO 2 per triliun rupiah 1993 prices g pop 1990 = 1,2 atau 0,012 per tahun untuk 30 tahun δ pop = 0,012 per dekade ; δ k 1990 = 0,1 per tahun δm world = 0,0833 per dekade world = 0,64 α 2 = world = 1,41 o C W-m2 K 1990 = 59,758 triliun Rupiah 1983 prices Q 1990 = 263,262 triliun rupiah 1993 prices T 1 1990 world = 0,2 o C ; T 2 1990 world = 0,1 o C p 1 1990 = 1 α 1 = 1R 1 world = 0,226 o C-m 2 Watt--tahun α 3 = R 2 12 world = 0,44 Watt o C-m 2 α 4 = 1 12 = 1500 = 0,002 L 1990 = 179,4 juta penduduk M 1990 = 787 billion ton CO 2 ekivalen, berat karbon

BAB IV. BASELINE ANALISIS 4.1

Analisis Emisi Dan Intensitas Energi Analisis intensitas emisi gas CO 2 CO 2 GDP dan intensitas energi EGDP akan dilakukan dengan menggunakan tahun 1990 sebagai baseline. Proyeksi dilakukan untuk periode 30 tahun kedepan 1990-2020. Berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5 pertahun dan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1 pertahun, maka berdasarkan perhitungan tingkat emisi lampiran 15 dan 16 Indonesia pada tahun 1990 menghasilkan 83,8 juta ton CO 2 dengan intensitas emisi sebesar 0,32. Pada tahun yang sama total konsumsi BBF menurut sektor sebesar 211,73 juta boe lampiran 13 dan konsumsi BBF menurut tipe adalah sebesar 207,4 juta boe lampiran 14. Intensitas energi Indonesia pada tahun 1990 adalah sebesar 0,7875. Fuel mix Indonesia adalah sebesar 0,40. Besarnya intensitas emisi pada tahun 1990 sangat ditentukan oleh besarnya intensitas energi, karena besarnya fuel mix Indonesia untuk 30 tahun kedepan cenderung memiliki nilai yang tetap menurut pola pada gambar 52. Tren Fuel Mix CO2E 0,38 0,40 0,42 19 90 19 93 19 96 19 99 20 02 20 05 20 08 20 11 20 14 20 17 20 20 Tahun Ton B O E Fuel Mix Gambar 52. Tren fuel mix Indonesia 1990 -2020 Melihat tren dari energi mix Indonesia tahun 1990 sampai 2005 dan proyeksi untuk dua puluh tahun kedepan, terlihat bahwa struktur ekonomi Indonesia masih banyak dipengaruhi oleh energi karbon intensif dan belum mengarah ke energi substitusi dan karbon rendah. Berdasarkan perhitungan dari data-data yang tersedia, fuel mix CO 2 E Indonesia pada tahun 2002 adalah sebesar 2,99 ton CO 2 toe, sedangkan Korea hanya sebesar 2,45 , India 2,05, Jepang 2,35 dan Amerika 2,52 lampiran 27 Dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5 dan laju pertumbuhan penduduk 1 dan 1,2 maka proyeksi pertumbuhan rata-rata tahunan dari beberapa indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 18 dan 19. Tabel 18. Data dan proyeksi pertumbuhan rata-rata tahunan Data 1990 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2020 Populasi 1tahun 1,27 1 1 GDPPopulasi juta 1,9181 2,4618 3,3012 EnergiGDP boegdp 0,9586 1,0711 0,9827 CO 2 Energi tonboe 0,4 0,4 0,4 CO 2 GDP 0,38 0,42 0,39 Indikator Proyeksi Tabel 19. Data dan proyeksi pertumbuhan rata-rata tahunan Data 1990 - 2005 2006 - 2010 2011 - 2020 Populasi 1,2tahun 1,27 1,20 1,20 GDPPopulasi juta 1,9181 2,46 3,225 EnergiGDP boegdp 0,9586 1,0711 0,9827 CO 2 Energi tonboe 0,4 0,4 0,4 CO 2 GDP 0,38 0,42 0,39 Indikator Proyeksi Dari tabel dapat dilihat bahwa intensitas energi Indonesia periode 2006 sampai 2020 mengalami kenaikan relatif terhadap periode tahun 1990-2005. Kenaikan intensitas energi tidak berhubungan langsung dengan perubahan laju perumbuhan populasi, tetapi menggambarkan tingkat efisiensi energi yang dipakai oleh sebuah negara. Intensitas emisi tidak berhubungan dengan besar kecilnya sebuah negara, melainkan bagaimana tingkat energi berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan tingkat efisiensi penggunaaan energi. Berdasarkan pada baseline tahun 1990, maka untuk 30 tahun kedepan peningkatan emisi gas CO 2 Indonesia akan mencapai tiga kali lipat atau mengalami kenaikan sebesar 339 persen yaitu dari 83,8 juta ton pada tahun 1990 menjadi 368,3 juta ton pada tahun 2020 lihat tabel 16 dan 17. Faktor yang menyebabkan meningkatnya intensitas emisi Indonesia tersebut adalah karena adanya kenaikan intensitas energi dari tahun ketahun. Pada tahun 2015 intensitas energi diperkirakan akan mengalami penurunan sesuai dengan pola pada 93 gambar 53, tetapi masih tetap mengalami kenaikan dibandingkan dengan data 1990 - 2005. Penurunan tingkat intensitas energi ini disebabkan karena adanya persentase kenaikan rata-rata konsumsi energi dari tahun ketahun yang tidak sebesar laju pertumbuhan ekonomi yang diasumsi sebesar 5 pertahun. Jika terjadi kenaikan harga energi dipasar dunia, maka tren insitas energi akan mengalami penurunan karena berkurangnya konsumsi nasional lampiran 21. Tren Intensitas Energi 0,7000 0,8000 0,9000 1,0000 1,1000 1,2000 1990 199 2 19 94 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 2020 Tahun E G D P Intensitas Energi Gambar 53. Tren intensitas energi Indonesia 1990 - 2020 Beradasarkan data dari EIA Energy Information Administration tahun 2006, maka emisi gas CO 2 global Total World tahun 1990 adalah sebesar 21.223 juta metrik ton dan diprediksi mencapai 36.746 juta metrik ton pada tahun 2020lampiran 25. Terjadi kenaikkan 73 untuk periode 30 tahun 1990-2020. Intensitas emisi gas CO 2 dunia mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu 629 metrik ton juta USD 0,000629 tonUSD pada tahun 1990 menjadi 340 metrik ton juta USD 0,000340 ton USD pada tahun 2020 dan diproyeksi menurun sebesar 311 metrik ton juta USD 0,000311 tonUSD pada tahun 2030 beradasarkan harga dollar tahun 2000 lampiran 25 dan 26. Pada tabel 20 dapat dilihat perubahan emisi gas CO 2 dari tahun 1990 dan prediksi sampai tahun 2020 yang berasal dari BBF. Pertumbuhan emisi untuk negara yang berada dibawah OECD mengalami penurunan sebesar 10,87 untuk periode 30 tahun dan yang bukan OECD mengalami kenaikan sebesar 10,26 persen untuk periode yang sama. Sementara kontribusi emisi dari Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 0,59 untuk periode Tahun 1990 – 2020. Hal ini menunjukkan bahwa dengan prakiraan 94 pertumbuhan 5, dan laju penduduk sebesar 1 atau 1,2 Indonesia masih akan sangat tergantung dari energi yang berasal dari BBF. Secara grafik dapat dilihat pada gambar 54. Tabel 20. Perubahan emisi gas CO 2 Indonesia terhadap negara OECD dan non-OECD dari Tahun 1990 – 2020 1990 2003 2010 2015 2020 OECD 11.378 13.150 14.249 15.020 15.709 Dunia 53,61 52,55 46,93 44,61 42,74 Non OECD 9.762 11.679 15.858 18.339 20.672 Dunia 45,99 46,67 52,22 54,47 56,25 Indonesia 83,788 198,104 254,796 303,646 366,018 Dunia 0,4 0,8 0,83 0,9 0,99 Dunia 21.223 25.020 30.362 33.663 36.748 Non-OECD telah dikurangi emisi CO 2 untuk Indonesia Negara Data Proyeksi PERSENTASE PERUBAHAN KONSUMSI ENERGI MENURUT SEKTOR -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 1990 1992 1994 19 96 199 8 2000 2002 2004 2006 2008 20 10 201 2 2014 2016 2018 2020 Tahun P er sen tasi Industri Komersial Residen Transport Gambar 54. Presentase perubahan konsumsi energi menurut sektor Kontribusi emisi gas CO 2 terbesar adalah disebabkan oleh adanya presentase kenaikan konsumsi disektor industri, komersial dan transportasi. Pada periode tahun 19971998 yaitu adanya reformasi pemerintahan, maka pertumbuhan konsumsi energi disektor industri dan transportasi mengalami penurunan sebesar – 1,69 untuk industri dan -3,99 untuk transportasi. Setelah periode tahun 1999 mengalami kenaikan cukup signifikan. 95

4.2 Analisis Elastisitas