7
1.2 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat peranan pajak emisi terhadap emisi CO
2
yang berasal dari bahan bakar fosil dalam mengurangi dampak lingkungan.
Secara spesifik tujuan penelitian adalah : 1.
Menentukan besarnya pajak emisi yang optimal 2.
Menetapkan dampak pajak emisi gas CO
2
, terhadap pendapatan nasional
dan tingkat kesejahteraan masyarakat 3.
Menentukan total biaya yang timbul dalam usaha untuk mengurangi dampak emisi gas CO
2
4. Menentukan pendapatan dari pajak emisi
1.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4
Gambar 4. Kerangka pemikiran
Terhadap pendapatan
masyarakat
Konsumsi Energi BBF Minyak, Batubara dan Gas
Emisi gas CO
2
Perubahan Iklim
Kebijakan pajak emisi dengan menggunakan instrument ekonomi
Inovasi teknologi dan energi
terbarukan Terhadap biaya total
untuk mengurangi emisi gas CO
2
, Dampak Kebijakan
Output Nasional
Industri
Komersial Rumah tangga
Transportasi
Jumlah pendapatan dari
pajak emisi
Perubahan Iklim
1.4 Perumusan Masalah
Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi secara eksplisit tidak mengatur bagaimana kebijakan penggunaan energi, promosi
energi terbarukan dan efisiensi energi secara konkrit. Undang-Undang No 18 Tahun 1997 mengenai tentang pajak daerah dan distribusi daerah mengatur
mengenai besarnya pajak terhadap bahan bakar sebesar 5 tetapi pendapatan pajak bukan dimaksudkan untuk tujuan efisiensi energi dan lingkungan,
melainkan untuk tujuan pendapatan negara. Peraturan Presiden yang dikeluarkan tentang harga jual eceran bahan bakar minyak dalam negeri secara umum hanya
mengatur mekanisme subsisi dan harga jual berdasarkan harga jual tertinggi dan terendah. Instruksi Presiden No 10 Tahun 2005 mengenai penghematan energi
masih perlu ditindak lanjuti dengan peraturan ataupun undang-undang dalam rangka konservasi energi secara nasional. Jadi masalah pungutan pajak, subsidi,
kebijakan harga, insentif ekonomi untuk tujuan efisiensi energi dan mengurangi masalah emisi untuk mengurangi dampak lingkungan masih belum diatur secara
komprehensif dalam suatu undang-undang. Polusi yang disebabkan oleh emisi gas akibat pembakaran bahan bakar fosil sangat terkait dengan kebijakan energi
nasional. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup yang ada saat ini masih menggunakan pendekatan instrumen regulasi didalam mengatur masalah pengelolaan dan pengawasan lingkungan. Peraturan
menteri yang berhubungan dengan masalah pencemaran udara yang ada saat ini yaitu Keputusan Menteri No 129-2003 tentang ”Baku Mutu Emisi Dan Atau
Kegiatan Minyak Dan gas Bumi” untuk sumber yang tidak bergerak, PERMEN No 141-2003 tentang ” Ambang Batas Emsisi Gas Buang Kendaraan Tipe Baru
dan Yang Sedang Diproduksi”, Peraturan Pemerintah No.41 Tahun1999 tentang ”Pengendalian Pencemaran Udara” semuanya masih menggunakan pendekatan
kebijakan regulasi yaitu menggunakan pendekatan standar emisi. Suatu hal yang perlu dipertimbangkan bahwa standar emisi dapat dibuat
berdasarkan pendekatan teknologi technology – based yaitu mensyaratkan teknologi khusus yang harus digunakan oleh pencemar, dan dapat juga berupa
pendekatan kinerja performance- based yaitu mensyaratkan batasan polusi yang harus dipenuhi oleh semua pencemar. Keuntungan dari menggunakan
technology – based adalah pihak pemerintah dapat memberikan kesempatan
kepada pencemar untuk menggunakan teknologi terbaik yang tersedia dalam mengurangi polusi, contohnya pencemarindustri boleh menggunakan tipe tertentu
dari ketel–uapboiler, mensyaratkan industri kendaraan untuk menggunakan tipe tertentu dari alat pengendali polusi dan perusahaan minyak untuk menawarkan
energi alternatif. Kerugiannya adalah pemerintah tidak mendorong pihak industripencemar untuk mengurangi polusi karena tidak adanya insentip yang
diberikan, selain itu juga tidak menciptakan insentip bagi lembaga penelitian dan pengembangan untuk mendorong teknologi bersih. Dengan pendekatan kinerja
performance-based , pemerintah dapat menerapkan standar yang berbeda untuk setiap industri atau pencemar, sesuai dengan umur dari peralatan, artinya akan
sulit pemain baru untuk masuk kedalam industri tersebut. Dalam kasus kendaraan akan ada kesulitan pemain baru atau tipe baru dari kendaraan yang akan masuk
kedalam pasar. Pemilik kendaraan diharuskan oleh peraturan untuk melakukan pengecekan kendaraannya setiap periode tertentu. Secara umum pendekatan
kinerja masih lebih efektip dibandingkan dengan pendekatan teknologi, karena pencemar dapat memilih metoda yang sesuai dengan keinginannya dalam
mengurangi polusi sesuai dengan biaya yang paling kecil. Pendekatan
regulasi command and control
mengharuskan pencemar mengikuti standar emisi yang telah dibuat, hal ini akan membuat pemborosan
sumber daya yang ada karena pencemar dengan biaya yang besar dalam mengurangi polusi dipaksa untuk mengurangi polusinya sama besarnya dengan
pencemar dengan biaya yang kecil. Dalam menetapkan standar emisi pemerintah juga dituntut bekerja dengan informasi yang tidak sempurna untuk menentukan
biaya dan benefit dari suatu usaha dalam mengurangi polusi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan biaya untuk menetapkan suatu standar bisa jadi lebih
besar dari benefit yang diterima. Hal lain yang menjadi kendala adalah terhadap sumber polusi yang bergerak kendaraan. Walaupun program inspeksi dan
pemeliharaan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal pemeriksaan emisi,
tetapi sebaiknya tidak dilakukan berdasarkan output, melainkan berdasarkan input seperti teknologi kendaraan dan sifat bahan bakar yang dipakai.
Menurut publikasi dari UNEP2004 bahwa studi empiris di Amerika menunjukkan bahwa terjadi efisiensi yang sangat signifikan dengan menggunakan
EI dari pada CAC. Tietenberg menyarankan menggunakan EI untuk mengendalikan polusi udara karena biaya menggunakan CAC adalah 22 kali lebih
mahal dari pada menggunakan EI. Untuk sebelas aplikasi yang diamati maka menggunakan CAC rata-rata 6 kali lebih mahal dari menggunakan EI. Penelitian
yang dilakukan oleh OECD pada tahun 1992 menunjukkan terjadi peningkatan menggunakan EI berupa pajak dan charge untuk bermacam-macam barang dan
polutan. Keberhasilan dari negara -negara yang menggunakan kebijakan EI karena
beberapa faktor yaitu 1 sifatnya yang fleksibel, 2 mengajak industri melakukan inovasi dalam menggunakan teknologi untuk mengurangi polusi, 3
menggunakan kesadaran sendiri dengan cara menyamakan kepentingan publik dan kepentingan pribadi, 4 meningkatkan transparansi, 5 mengalokasikan
sumberdaya alam kepada pihak yang memberikan nilai untuk sumber daya alam tersebut.
Gambar 5 menunjukkan beberapa kebijakan yang dapat dilakukan, dimulai dengan tidak adanya kebijakan dalam mengendalikan polusi, dengan standar emisi
atau teknologi dan dengan kebijakan instrumen ekonomi. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa, saat ini Indonesia hanya memiliki kebijakan CAC yang berupa
standar emisi dan standar teknologi. Dengan menggunakan instrumen pajak maka kebijakan pengawasan yang baru akan berubah dengan menggunakan pajak input,
output atau pajak emisi. Pajak dapat menjadi sub-optimal ataupun optimal. Pajak Sub-optimal disebabkan karena sulit bahkan mustahil untuk menilai kerusakan
lingkungan untuk masa yang akan datang yang disebabkan oleh polutan, sedangkan pajak optimal berarti kerusakan dapat diperkirakan dan polusi dapat
dikendalikan lingkungan menerima cukup bantuan untuk diadakan perbaikan.
7
7
Gambar diadopsi dari paper yang ditulis oleh Dr Vinish Kathuria mengenai Eco-taxes yang diambil dari website :
http:coe.mse.ac.incbecotex.asp dicetak tanggal 21 Maret 2005
Gambar 5. Opsi kebijakan pajak lingkungan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu diadakan suatu penelitian terhadap peran pajak emisi gas CO
2
yang berasal dari bahan bakar fosil dalam perspektif Indonesia agar a biaya eksternalitas dapat diinternalkan
dengan cara memasukkannya kedalam harga barangpelayanan yang dihasilkan dari suatu kegiatan ekonomi b menciptakan insentif bagi produser dan konsumer
karena tindakannya yang merusak lingkungan c membuat biaya menjadi efektif dengan cara memberikan pilihan terhadap pencemar yaitu dengan cara membayar
pajak, mengurangi produksi atau menggunakan teknologi pencegah polusi d menciptakan inovasi-inovasi baru dalam teknologi untuk menggunakan energi
substitusi atau energi terbarukan dan e meningkatkan pendapatan yang dapat digunakan kembali untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.
1.5 Manfaat Penelitian