Emisi dan Pertumbuhan Emisi Gas CO

25 Gambar 7. Tren intensitas energi dan karbon 15 anggota European Union Sumber : European union energy transportation in figures, edisi 2002, Part 2 :Energy.

2.4 Emisi dan Pertumbuhan Emisi Gas CO

2 Beberapa gas rumah kaca terjadi di atmosfir secara alamiah sedangkan gas rumah kaca lainnya terjadi sebagai akibat dari hasil kegiatan manusia. Gas rumah kaca yang terjadi secara alamiah tersebut seperti uap air, karbon dioksida, metan, oksida nitrogen dan ozon. Dengan adanya kegiatan manusia maka level dari konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir meningkat. Menurut UNFCC, gas rumah kaca yang utama adalah karbon dioksida CO 2 , metan CH 4 , oksida nitrogen N 2 O, perflouorocarbon PFCs, HydrofluorocarbonsHFCs dan sulfur heksaflorida SF 6 . Menurut IPCC konsentrasi CO 2 pada tahun 2100 akan berada pada kisar 650 sampai 970 ppm jauh melebihi pada tingkat pra-industri 280 ppm. Pada 200 tahun terakhir lebih dari 2.3 bilyar ton CO 2 telah dilepaskan ke atmosfir yang disebabkan oleh kegiatan manusia melalui konsumsi bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan Baumert,Kevin et al 2005 . Lima puluh persen dari jumlah emisi tersebut telah dilepaskan dalam periode 30 tahun mulai dari 1974 sampai 2004. Menurut laporan World Resources Institute 2005, peningkatan absolut CO 2 terjadi pada tahun 2004 dengan lebih dari 28 milyar ton dilepaskan ke atmosfir bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil. Peningkatan konsentrasi ini akan berdampak pada kenaikan suhu permukaan bumi pada kisar 1,4 dan 5,8 derajat Celcius antara tahun 1990 dan 2100. Protokol Kyoto, jika diimplementasikan hanyalah merupakan langkah awal dan menurut IPCC 26 untuk menstabilkan atmosfir dari CO 2 ketingkat 450 ppm haruslah menurunkan CO 2 pada level dibawah tahun 1990 dalam beberapa dekade yang akan datang. 17 Dampak dari peningkatan suhu pemanasan global tersebut adalah perubahan akan produksi pertanian, suplai air, hutan dan ketidakpastian pengembangan sumberdaya manusia. Dampak kerusakan akan mempengaruhi populasi sebagian besar penduduk dunia, terutama penduduk pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Gambar 8 dapat dilihat kenaikan emisi gas CO 2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Pada gambar 9 dapat dilihat pertumbuhan gas rumah kaca mulai tahun 1990 – 2002. Korea Selatan, Iran, Indonesia, Saudi Arabia dan Pakistan mengalami pertumbuhan cukup besar dalam kontribusi gas rumah kaca. Pada gambar 10 dapat dilihat persentasi dari gas rumah kaca menurut sektor, dimana sebanyak lebih kurang 61.4 gas rumah kaca berasal dari produksi dan pembakaran bahan bakar fosil batubara, minyak dan gas Gambar 8. Emisi gas CO 2 global dari pembakaran BBF 1900-2004 Sumber : Baumert,Kevin et.al 2005, Navigating the numbers. greenhouse gas data and international climate policy, World Resources Institute 17 Menurut IEA International Energy Agency .OECDIEA, 2002 level proyeksi global emisi global tahun 2015 adalah 9 GtC sedikit lebih tinggi dari perkiraan IPCC. Untuk kembali ke level tahun 1990 – pada 5.8 GtC perlu pengurangan sebesar 36 dari level tahun 2015. 27 Gambar 9. Pertumbuhan emisi gas rumah kaca, 1990 – 2002 Sumber : Baumert,Kevin et.al 2005, Navigating the numbers. greenhouse gas data and international climate policy, World Resources Institute Sektor Energi Bukan Energi Gambar 10. Persentasi emisi gas rumah kaca global menurut sektor Sumber : Baumert,Kevin. et al 2005, Navigating the numbers. greenhouse gas data and international climate policy, World Resources Institute Tabel 4 menunjukkan faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan CO 2 dari 25 negara penghasil gas rumah kaca terbesar. Pertumbuhan emisi CO 2 mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada negara-berkembang pada periode 1990-2002 yaitu Indonesia 97, Korea Selatan 97, Iran 93 dan Saudi Arabia 91. Pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Pada gambar 11 dapat dilihat negara yang berkontribusi terhadap gas rumah kaca utama. Listrik dan pemanasan 24,6 Transportasi 13,5 Industri 10,4 Pembakaran lainnya 9,0 Fugitative dan proses industri 7,3 Perubahan penggunaan lahan 18,2 Pertanian 13,5 Limbah 3,6 28 Tabel 4. Faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan emisi gas CO 2 , 1990-2002 MtCO2 GDP per kapita GDPPop Populasi Intensitas Energi EGDP Fuel Mix CO2E China 1.247 49 122 15 -96 8 Amerika Serikat 863 18 23 16 -20 -1 India 457 70 55 28 -31 19 Korea Selatan 246 97 84 15 12 -15 Iran 178 93 44 26 24 -1 Indonesia 164 97 44 25 2 26 Saudi Arabia 148 91 -7 46 52 Braxil 125 57 17 21 7 13 Sepanyol 98 44 31 6 7 -1 Jepang 96 9 12 3 -7 Meksiko 87 28 17 22 -12 1 Kanada 87 20 24 13 -18 Australia 73 28 31 16 -19 -1 Afrika Selatan 69 23 -2 28 -2 -1 Turki 59 39 16 25 -2 Pakistan 40 60 18 38 -1 5 Itali 33 8 17 2 -6 -5 Argentina 10 9 17 13 -9 -11 Perancis 2 17 5 -6 -15 Inggris -36 -6 24 3 -20 -13 Polandia -60 -17 35 -46 -6 EU-25 -70 -2 21 3 -14 -12 Jerman -127 -13 15 4 -21 -10 Ukraina -129 -48 -32 -5 40 -51 Federasi Rusia -453 -23 5 -3 -12 -3 Catatan : CO2 termasuk perubahan penggunaan lahan dan hutan Kontribusi terhadap perubahan CO 2 Negara Perubahan CO 2 1990-2002 Sumber : Baumert,Kevin et.al 2005, Navigating the numbers. greenhouse gas data and international climate policy, World Resources Institute Gambar 11. Kontribusi agregat gas rumah kaca utama Sumber : Baumert,Kevin et.al 2005, Navigating the Numbers. Greenhouse Gas Data and International Climate Policy, World Resources Institute 29 Berdasarkan proyeksi BPPT-KFA Environmental Impacts of Energy for Indonesia 1993 18 permintaan –penawaran demand-supply emisi CO 2 Indonesia akan meningkat dari 219.68 juta ton pertahun pertengahan tahun 1996 menjadi 1076,16 juta ton per tahun tahun 2021. Perbandingankomposisi konsumsi energi akan berubah dimana batubara menjadi sumber energi penting dan emisi CO 2 pada tahun 2021 naik menjadi 54 berasal dari batubara, 35 dari minyak dan 11 dari gas. Kenaikan jumlah emisi CO 2 menurut tipe energi dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Baseline emisi gas CO 2 menurut tipe energi Juta ton tahun Juta ton tahun Juta ton tahun Juta ton tahun Juta ton tahun Juta ton tahun Batubara 37,35 17 68,46 27 150,17 40 233,42 45 374,39 50 581,13 54 Minyak 127,41 58 150,61 51 163,20 43 188,03 36 269,26 36 375,66 35 Gas 54,92 25 68,46 22 65,28 17 97,26 19 105,13 14 118,38 11 Total 219,68 100 287,53 100 378,65 100 518,71 100 748,78 100 1076,17 100 2016 2021 1996 2001 2006 2011 Sumber : BPPT-KFA yang dimuat dalam laporan UNEP sebagai country report. Economics of greenhouse gas limitation Studi yang dilakukan oleh PIE Centre for Energy Information yang dimuat dalam laporan FIIEE 2004 mengestimasi emisi CO 2 akan meningkat sebesar dua kali dari nilai tahun 2000 dan BAPENAS mengestimasi bahwa CO 2 , NO x dan SO x akan meningkat sebesar dua kali lipat pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2003 dan penyebab utamanya adalah bahan bakar fosil. Studi tersebut merekomendasi untuk mengurangi subsidi, promosi sumber energi terbarukan dan insentip fiskal untuk meningkatkan pengembangan energi terbarukan. 19 18 Country Report dengan judul “Economics of Greenhouse Gas Limitations” yang diterbitkan oleh UNEP,Denmark 1999.Studi dilakukan oleh KLH, BPPT-KFA Nuclear Research Centre Jerman dan PPLH-IPB. 19 Sumber dikutip dari paper yang ditulis oleh Wattimena B.T and Soejono A.R. Indonesia Energy Planning : A Concept Based on Some Energy Models. The Foundation of Indonesia Institute for Energy Economics. Paper yang disampaikan pada 6 th Annual IAEE Europan Meeting at ETH Zurich, Sep 02-03, 2004. Studi memberikan rekomendasi bahwa subsidi harus dikurangi. Subsidi energi yang ada pada saat ini menyebabkan inefisiensi dalam semua penggunaan energi disemua sektor. Insentif fiskal dibutuhkan untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. 30

2.5 Elastisitas