6. Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah pada empat lokasi pengamatan dengan dua kedalaman yaitu 0- 20 cm dan 20-40 cm di analisis Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian dengan
menggunakan metode pipet. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Data Tekstur Tanah
Tekstur pipet No
Lokasi Pengamatan
Kedalaman Pasir
Debu Liat
Kelas tekstur 0-20 cm
52,96 25,99 21,05
Lempung liat berpasir
1 2300 m dpl
terkena letusan 20-40 cm
45,95 24,81 29,24
Lempung 0-20 cm
52,70 12,66 12,66
Lempung berpasir
2 2300 m dpl tidak
terkena letusan 20-40 cm
48,37 18,31 18,31
Lempung berpasir
0-20 cm 26,90
41,59 31,51 Lempung
berliat 3
2500 m dpl ter kena letusan
20-40 cm 36,01
32,87 49,11 Liat
0-20 cm 57,30
24,43 18,27 Lempung
berpasir 4
2500 m dpl tidak terkena letusan
20-40 cm 37,29
38,36 24,35 Lempung
Secara umum tekstur tanah sangat mempengaruhi besarnya ruang pori yang terdapat dalam tanah tersebut. Tekstur tanah mengambarkan kandungan butir-
butir koloid tanah yaitu pasir, debu dan liat. Butir tanah tanah digolongkan berdasarkan ukurannya yaitu pasir : 2 mm- 50µ, debu 50µ - 2µ dan liat kurang dari
2µ. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan perbandingan kandungan pasir, debu dan liat. Dari hasil analisis tanah, tekstur tanah pada hutan terkena letusan baik di
ketinggian 2300 m dpl maupun 2500 m dpl, tekstur tanahnya lebih halus dibandingkan hutan tidak terkena letusan.
7. Sifat Kimia Tanah
Dampak kimia yang paling langsung dari letusan Gunung Papandayan adalah pembebasan unsur-unsur mineral yang tercuci dan masuk ke dalam tanah. Data
sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Da ta Sifat Kimia Tanah dan Kriteria Kesuburan Tanah Berdasarkan Lembaga Penelitian Tanah LPT 1981.
No Lokasi Pengamatan
Kedalaman tanah
pH tanah Al
P C-organik
N -Total KTK
0-20 cm 4,21 SM
22,93 S 37,80 ST
2,17 S 0,17 R
12,18 R 1
2300 m dpl terkena letusan
20-40cm 4,28 SM
26,15 S 46,00 ST
1,59 R 0,11 S
12,94 R 0-20 cm
4,42 SM 9,04 SR
24, 60 S 6,69 ST
0,46 S 18,65 S
2 2300 m dpl
tidak terkena letusan 20-40cm
4,59 SM 7,54 SR
21, 30 S 3,26 T
0,23 S 18,28 S
0-20 cm 4,63 M
21,31S 23, 00 S
1,00 R 0,09 R
22,45 S 3
2500 m dpl terkena letusan
20-40cm 4,6 M
7,06 SR 6,60 SR
6,52 ST 0,38 S
25,12 T 0-20 cm
4,86 M 1,58 SR
20, 50 S 6,01 ST
0,36 S 20,55 S
4 2500 m dpl
tidak terkena letusan 20-40cm
4,47 M 2,94 SR
21, 30 S 6,60 ST
0,42 S 22,07 S
Tabel 17. Data Sifat Kimia Tanah dan Kriteria Kesuburan Tanah Berdasarkan Lembaga Penelitian Tanah LPT 1981 Lanjutan
No Lokasi Pengamatan
Kedalaman tanah
Mg K
Ca KB
0-20 cm 0,92 S
0,36 S 2,48 R
34,80 S 1
2300 m dpl terkena letusan
20-40cm 0,79 S
0,28 S 2,90 R
33,50 R 0-20 cm
2,06 S 0,42 S
4,68 R 41,40 S
2 2300 m dpl
tidak terkena letusan 20-40cm
2,30 T 0,46 S
4,72 R 44,10 S
0-20 cm 1,45 R
0,36 S 3,30 R
25,2 R 3
2500 m dpl terkena letusan
20-40cm 1,68 R
0,48 S 4,27 R
27,80 R 0-20 cm
1,08 R 0,32 S
3,43 R 25,50 R
4 2500 m dpl
tidak terkena letusan 20-40cm
0,86 R 0,30 S
2,90 R 20,00 R
Keterangan menurut Lembaga Penelitian Tanah LPT 1981 :
•
SR : Sangat Rendah
• R
: Rendah •
S : Sedang
• T
: Tinggi •
ST : Sangat Tinggi
• M
: Masam
•
SM : Sangat Masam
a. Reaksi Tanah pH Tanah
4.21 4.28
4.42 4.59
4.63 4.60
4.86 4.47
3.8 3.9
4 4.1
4.2 4.3
4.4 4.5
4.6 4.7
4.8 4.9
pH tanah
2300 m dpl terkena letusan
2300 m dpl tidak terkena
letusan 2500 m dpl
terkena letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 8. Reaksi Tanah pH Tanah
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah terjadi letusan nilai pH tanah cenderung menurun baik di ketinggian 2300 m
dpl maupun 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m dpl pH tanah untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing-
masing sebesar 0,07 dan 0,17. Begitu juga pada hutan di ketinggian 2500 m dpl pH tanah untuk kedalaman 0-20 cm mengalami penurunan sebesar 0,23
sedangkan untuk kedalaman 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 0,13. b. Kandungan Aluminium me100 gr
22.93 26.15
9.04 7.54
21.31
7.06 1.58
2.94 0.00
5.00 10.00
15.00 20.00
25.00 30.00
Aluminium me100 gr
2300 m dpl terkena
letusan 2300 m dpl
tidak terkena letusan
2500 m dpl terkena
letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 9. Kandungan Magnesium Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan kandungan Al tanah mengalami peningkatan baik di ketinggian 2300 m dpl maupun 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m dpl
kandungan Al untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan masing-masing sebesar 13,89 me100gr dan 18,61 me100gr.
Begitu juga pada hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan Al untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 19,73
me100gr dan 4,12 me100gr. c. Kandungan Fosfor ppm
37.80 46.00
24.60 21.30
23.00 6.60
20.50 21.30
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
50.00
Fosfor ppm
2300 m dpl terkena letusan
2300 m dpl tidak terkena
letusan 2500 m dpl
terkena letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40cm
Gambar 10. Kandungan Fosfor Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan kandungan P tanah mengalami perubahan yang berbeda antara hutan di ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian
2300 m dpl kandungan P untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan masing-masing sebesar 13,2 ppm dan 24,7 ppm. Berbeda pada
hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan P untuk kedalaman 0-20 cm mengalami peningkatan sebesar 2,5 ppm sedangkan untuk kedalaman 20-40
cm mengalami penurunan sebesar 14,7 ppm. d. Kandungan Karbon Organik
2.17 1.59
6.69
3.26 1.00
6.52 6.01
6.60
1 2
3 4
5 6
7
C-organik
2300 m dpl terkena letusan
2300 m dpl tidak terkena
letusan 2500 m dpl
terkena letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi Pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 11. Kandungan Karbon Organik
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah terjadi letusan kandungan C-organik tanah mengalami penurunan yang drastis
khususnya untuk kedalaman 0-20 cm baik di ketinggian 2300 m dpl maupun 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m dpl kandungan C-organik
untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing- masing sebesar 4,52 dan 1,67. Begitu juga pada hutan di ketinggian 2500
m dpl kandungan C-organik untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan sebesar 5,01 dan 0,08.
e. Kandungan Nitrogen Total
0.17 0.11
0.46
0.23 0.09
0.38 0.36
0.42
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45 0.5
N-Total
2300 m dpl terkena
letusan 2300 m dpl
tidak terkena letusan
2500 m dpl terkena
letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 12. Kandungan Nitrogen Total Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan kandungan N-total tanah me ngalami penurunan baik di ketinggian 2300 m dpl maupun 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m
dpl kandungan N-total untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,29 dan 0,12 . Begitu juga pada hutan
di ketinggian 2500 m dpl kandungan N-total untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan sebesar 0,27 dan 0,04.
f. Kapasitas Tukar Kation KTK
12.18 12.94
18.65 18.28
22.45 25.12
20.55 22.07
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00
KTK
2300 m dpl terkena
letusan 2300 m dpl
tidak terkena letusan
2500 m dpl terkena
letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0 - 2 0 c m 2 0 - 4 0 c m
Gambar 13 Kapasitas Tukar Kation KTK Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan KTK tanah mengalami perubahan yang berbeda antara hutan di ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m
dpl kandungan KTK untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 6,47 dan 5,34. Berbeda pada hutan di
ketinggian 2500 m dpl kandungan KTK untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 1,90 dan 3,05.
g. Kandungan Magnesium me100 gr
0.92 0.79
2.06 2.30
1.45 1.68
1.08 0.86
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
Magnesium me100 gr
2300 m dpl terkena letusan
2300 m dpl tidak terkena
letusan 2500 m dpl
terkena letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 14. Kandungan Magnesium
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah terjadi letusan kandungan Mg tanah mengalami perubahan yang berbeda
antara hutan di ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m dpl kandungan Mg untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40
cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,14 me100gr dan 1,51. me100gr. Berbeda pada hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan Mg untuk
kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 0,37 me100gr dan 0,82 me100gr.
h. Kandungan Kalium me 100 gr
0.36 0.28
0.42 0.46
0.36 0.48
0.32 0.3
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45 0.5
Kalium me100 gr
2300 m dpl terkena
letusan 2300 m dpl
tidak terkena letusan
2500 m dpl terkena
letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 15. Kandungan Kalium Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan kandungan K tanah me ngalami perubahan yang berbeda antara hutan di ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian
2300 m dpl kandungan K untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,06 me100gr dan 0,18 me100 gr.
Berbeda pada hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan K untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 0,04 me100 gr dan
0,18 me100 gr.
i. Kandungan Kalsium me100 gr
2.48 2.90
4.68 4.72
3.30 4.27
3.43 2.90
0.00 0.50
1.00 1.50
2.00 2.50
3.00 3.50
4.00 4.50
5.00
Kalsium me100 gr
2300 m dpl terkena letusan
2300 m dpl tidak terkena
letusan 2500 m dpl
terkena letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 16. Kandungan Kalsium Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah
terjadi letusan kandungan Ca tanah mengalami perubahan yang berbeda antara hutan di ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian
2300 m dpl kandungan Ca untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,20 me100gr dan 2,24.
me100gr. Berbeda pada hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan Ca untuk kedalaman 0-20 cm mengalami penurunan sebesar 0,13 me100gr sedangkan
untuk kedalaman 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 1,37 me100gr. j. Kejenuhan Basa KB
34.80 33.50 41.40 44.10
25.20 27.80
25.50 20.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
KB
2300 m dpl terkena
letusan 2300 m dpl
tidak terkena letusan
2500 m dpl terkena
letusan 2500 m dpl
tidak terkena letusan
Lokasi pengamatan
0-20 cm 20-40 cm
Gambar 17. Kejenuhan Basa KB
Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat bahwa setelah terjadi letusan KB tanah mengalami perubahan yang berbeda antara hutan di
ketinggian 2300 m dpl dengan 2500 m dpl. Pada hutan di ketinggian 2300 m dpl kandungan KB untuk kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm mengalami
penurunan masing-masing sebesar 6,6 dan 10,6. Berbeda pada hutan di ketinggian 2500 m dpl kandungan KTK untuk kedalaman 0-20 cm mengalami
penurunan sebesar 0,30 sedangkan untuk kedalaman 20-40 cm mengalami peningkatan sebesar 7,80.
B. Pembahasan
1. Indeks Nilai Penting Peranan suatu jenis dalam komunitas dapat dilihat dari besarnya Indeks
Nilai Penting INP, dimana jenis yang mempunyai nilai INP tertinggi merupakan jenis yang dominan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis tersebut
mempunyai tingkat kesesuian terhadap lingkungan yang lebih tinggi dari jenis lain.
Suatu jenis dikatakan dominan apabila jenis tersebut terdapat di daerah yang bersangkutan dalam jumlah yang banyak, tersebar merata keseluruh areal
dan berdiameter besar, sehingga penetapan suatu jenis dominan dengan berdasarkan suatu indeks yang merupakan gabungan dari tiga nilai yaitu nilai
kerapatan, nilai frekuensi dan nilai dominansi adalah sangat tepat Sutisna, 1981.
Selanjutnya Sutisna 1981, juga menyatakan bahwa suatu jenis dapat dikatakan berperan jika nilai INP pada tingkat semai dan pancang lebih dari
10, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15 . Pada hutan yang terkena letusan di ketinggian 2300 m dpl belum
ditemukannya vegetasi untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah lainnya. Vegetasi yang ditemukan hanya beberapa jenis Suwagi Vaccinium
varingifolium baik untuk tingkat pancang, tiang dan pohon dengan nilai INP 200,00 untuk tingkat pancang dan 300,00 untuk tingkat tiang dan pohon.
Hal ini disebabkan karena hutan di ketinggian 2300 m dpl terlalu dekat dengan sumber letusan 2200 m dpl sehingga kerusakan akibat letusan pada
ketinggian ini sangat parah yang menyebabkan semua vegetasi yang ada di hutan tersebut mati. Hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat bertahan hidup
seperti jenis Suwagi Vaccinium varingifolium karena jenis ini biasanya hidup pada tempat terbuka terutama dekat kawah.
Begitu juga pada hutan yang tidak terkena letusan, untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon didominasi oleh jenis Suwagi Vaccinium
varingifolium dengan nilai INP sebesar 159,52 untuk tingkat semai, 194,12 untuk tingkat pancang, dan 300,00 untuk tingka t tiang dan pohon.
Dari semua tingkat vegetasi dapat dilihat bahwa jenis Suwagi Vaccinium