Slip Roda Traksi Desain Roda Besi Bersirip Gerak dengan Mekanisme Sirip Berpegas untuk Lahan Sawah di Cianjur

Sudianto 2000 dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan meningkatnya beban horisontal maka nilai ketenggelaman roda cenderung bertambah. Hal ini disebabkan oleh terdeformasinya tanah untuk mengatasi beban tarik yang ditumpu oleh tanah yang ditekan sirip lebih besar pada saat pembebanan mendatar yang besar. Menurut Sudianto 2000 dalam pengujian ketenggelaman jenis roda bersirip kaku, roda bersirip karet dan roda besi dengan sirip berpegas pada tanah basah, di antara ketiga jenis roda sirip tersebut roda sirip berpegas menghasilkan sinkage roda yang paling rendah. Pada beban tarik kurang dari 360 N roda besi dengan sirip kaku menghasilkan rata-rata lebih besar 11.3 cm daripada roda besi dengan sirip pegas 9.5 cm. Hal ini disebabkan adanya gerakan dari mekanisme sirip berpegas sehingga gaya angkatnya tinggi. Sedangkan pada roda besi dengan sirip karet nilai sinkage rata-rata lebih rendah 9.0 cm dari roda besi dengan sirip kaku 11.3 cm. Hal ini karena mekanisme lenturan karet yang membentuk sudut kemiringan sirip sehingga gaya angkat roda tersebut bertambah. Menurut Muhtar 2002 dalam pengujian ketenggelaman jenis roda besi bersirip kaku, dan roda besi bersirip gerak dengan sirip berpegas pada lahan sawah leuwikopo dengan menggunakan implemen gelebeg diperoleh hasil bahwa besarnya sinkage dari roda besi bersirip kaku lebih besar yaitu 12.25 cm dibandingkan dengan sinkage dari roda besi bersirip gerak sebesar 12 cm, hal ini disebabkan karena nilai slip dari roda besi bersirip kaku lebih besar yaitu 9.1 , bila dibandingkan dengan slip dari roda besi bersirip gerak yaitu 1.75 .

2. Slip Roda Traksi

Liljedahl et al . 1989 menyatakan bahwa slip merupakan penurunan kecepatan traktor karena beban operasi pada kondisi lapangan. Besarnya slip sangat dipengaruhi oleh tipe alat tarik, tipe dan kondisi tanah, kandungan air tanah, dimensi alat tarik, distribusi tekanan tanah dan lug design. Slip yang terjadi pada traksi traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat beroperasi dengan beban 10 dibandingkan dengan kecepatan traktor teoritis. Slip roda traksi dapat dihitung dengan rumus Hermawan et al ., 2001 : S = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − w f D V ω 5 . 1 X 100............................................................... 3 di mana : S = slip roda , V f = kecepatan maju roda mdetik, ω = kecepatan putar roda radiandetik, D w = diameter roda m. Selain persamaan di atas persamaan lain yang dapat digunakan adalah: ro ri ro J J J S − = .................................................................... 4 di mana: S = slip roda traksi , J ri = jarak tempuh traktor saat bekerja m, J ro = jarak tempuh traktor tanpa beban m. Sedangkan menurut Sakai et al. 1998, slip adalah ukuran gerak relatif permukaan kontak dari alat traksi atau alat transportasi dengan permukaan pendukungnya. Slip yang berlebihan akan mengurangi kecepatan maju traktor dan tenaga tarik yang dihasilkan. Semakin kecil slip roda traktor maka efisiensi traktor makin besar. Lapisan kedap mampu mengurangi terjadinya slip roda pada alat dan mesin pertanian. Lahan dapat dikatakan mempunyai lapisan kedap apabila nilai indeks kerucutnya lebih dari 7 kgfcm 2 . Besarnya slip sangat dipengaruhi oleh beban tarik, landasan, dan jenis tarikan. Perbedaan kecepatan dengan perbedaan transmisi yang digunakan juga dapat memberikan pengaruh pada slip. Menurut Sembiring et al. 1990, pada tanah liat yang basah, tenaga terbesar untuk menarik dicapai pada slip sekitar 35 . Sedangkan pada tanah kering, tenaga terbesar untuk menarik dicapai pada slip 15 – 25 . Namun pada tanah basah, slip terjadi sampai 60 dengan hanya menghasilkan tenaga sekitar 10 – 20 . Dengan 11 demikian banyak tenaga yang hilang untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda sehingga yang didapat hanya pelumpuran lahan oleh roda. Penambahan berat statis pada roda penggerak dapat meningkatkan daya tarik traktor dan menurunkan slip pada pengoperasian roda di tanah kering. Jumlah berat statis yang dapat digunakan pada roda penggerak dibatasi oleh kemampuan roda menerima beban, daya dari motor, kekuatan rangka traktor, operasi di lapangan, dan daya dukung tanah Ritchey et al.,1961 dalam Daywin, 1991. Menurut Triratanasirichai 1990, tingginya slip roda dipengaruhi oleh adanya kelengketan tanah pada sirip dari roda sirip. Jika kelengketan tanah pada sirip sangat banyak maka akan menimbulkan roda bersirip itu ditutupi tanah, dan fungsi dari roda bersirip untuk meningkatkan gaya angkat akan percuma saja karena bentuk roda akan seperti roda biasa sehingga menyebabkan tingginya slip. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan membuat sudut sirip sebesar 45 o , karena sirip dengan sudut ini tidak menyebabkan kelengketan tanah yang terlalu besar. Hasil penelitian Sudianto 2000 menunjukkan bahwa untuk tiga jenis roda sirip yang diuji roda besi dengan sirip kaku, roda besi dengan sirip berpegas dan roda besi dengan sirip karet pada beban tarik kurang dari 250 N nilai slip rodanya tidak berbeda jauh, tetapi untuk beban tarik lebih dari 250 N roda sirip berpegas maupun sirip karet slipnya lebih tinggi dibandingkan roda sirip kaku. Nilai slip roda rata-rata pada sirip kaku sebesar 11.17 untuk beban tarik 125 N, pada roda sirip karet denagn beban tarik 124 N slip roda yang dihasilkan sebesar 17.12 sedangkan untuk roda sirip berpegas dengan beban tarik 127 N slip yang dihasilkan sebesar 2.70 . Sudianto 2000 dalam penelitiannya menyatakan bahwa jumlah tanah lengket pada sirip roda untuk ketiga tingkat spasi sirip 182.5 mm, 147.4 mm, dan 123.5 mm umumnya cenderung naik dengan semakin besarnya nilai pembebanan mendatar. Hal ini disebabkan oleh nilai ketenggelaman dan slip roda yang cenderung tinggi pada beban tarik yang tinggi, sehingga volume tanah yang terdorong dan lengket pada sirip besar. 12

3. Kapasitas Lapangan dan Efisiensi Lapangan