berkaitan dengan bagaimana menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
b. Tujuan Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter bangsa bertujuan untuk membina dan mengembangkan
karakter warga
negara sehingga
mampu mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta berkeadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Tujuan pendidikan karakter yaitu mendorong lahirnya anak- anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak
akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan
cenderung memiliki tujuan hidup.
Manusia secara natural memang memiliki potensi di dalam dirinya untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan
dirinya dan keterbatasan budayanya. Dilain pihak manusia juga tidak dapat lalai terhadap lingkungan sekitar dirinya. Tujuan pendidikan
karakter semestinya diletakkan dalam kerangka gerak dinamis dialektis, berupa tanggapan individu atas impuls natural fisik dan
psikis, sosial, dan kultural yang melingkupinya, untuk dapat
menempa diri menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya semakin
menjadi manusiawi.
Sangat jelas bahwa pendidikan karakter mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan perilaku anak, akan tetapi
perlu diketahui juga bahwa anak membutuhkan sosok figur keteladanan sebagai contoh bagi mereka. Sebuah lingkungan yang
kondusif juga mempunyai peran penting dalam proses pembentukan perilaku anak.
Melalui pendidikan karakter semua berkomitmen dalam hal ini untuk menumbuhkembangkan peserta didik menjadi pribadi utuh yang
menginternalisasikan kebajikan dan terbiasa mewujudkan kebajikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Namun menurut Arifin 2009
peranan sekolah dalam mendukung pendidikan karakter, sampai saat ini masih belum terberdayakan secara maksimal. Hal itu disebabkan
karena beberapa kelemahan yang dapat dijumpai dalam pelaksanaan layanan pendidikan disetiap satuan pendidikan. Kelemahan-
kelemahan tersebut diantaranya: pertama, kelemahan pada aspek proses pembelajaran di kelas. Kedua, kelemahan pada aspek
pengorganisasian pengalaman belajar anak didik. Ketiga, kelemahan dari aspek pengembangan kurikulum. Keempat, kelemahan pada
aspek sarana dan prasarana sekolah yang masih terbatas Agus Wibowo, 2012: 70-71.
Menurut Agus Wibowo 2012, agar proses internalisasi pendidikan karakter di sekolah bisa berlangsung secara efektif, maka
perlu dilakukan pengembangan dan pembenahan pada beberapa aspek fundamental. Menurut Kemendiknas 2010: 11, pengembangan
kurikulum pendidikan karakter itu pada prinsipnya tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran,
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan pemangku kebijakan pendidikan di sekolah perlu mengintegrasikan
nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter kedalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Silabus dan Rencana
Program Pembelajaran RPP yang sudah ada. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan
pendidikan karakter di sekolah adalah mengusahakan agar peserta didik itu mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik
mereka, dan bertanggung jawab atas pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip tersebut, peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses dalam
pendidikan karakter sebagaimana diuraikan, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan
sosial, dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial Agus Wibowo, 2012: 72.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter