Pembelajaran sejarah Landasan Teori

2. Pembelajaran sejarah

Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh manusia. Sejarah studi tentang manusia beserta perkembangannya yang melewati abad-abad keberhasilan dapat dikatakan berasal dari manusia itu sendiri. Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Menyadari guna edukatif dari sejarah berarti menyadari makna sejarah sebagai gambaran peristiwa masa lampau yang penuh arti, yang selanjutnya berarti bahwa kita bisa memungut dari sejarah nilai-nilai berupa ide-ide maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah-masalah masa kini dan selanjutnya untuk merealisasikan harapan-harapan di masa yang akan datang. Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan atau dievaluasi secara sistematis agar subjek didik pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien Depdiknas, 2003 : 9. Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan di tengah-tengah perubahan dunia Depdiknas, 2003: 6. Dalam proses pembelajaran, yang menjadi subjek belajar adalah murid atau peserta didik, maka orientasi pembelajaran pada kompetensi lebih memfasilitasi peserta didik untuk belajar. Menurut Y.R. Subakti 2010: 4 pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran yang mampu menumbuhkan kemampuan siswa melakukan konstruksi kondisi masa sekarang dengan mengkaitkan atau melihat masa masa lalu yang menjadi basis topik pembelajaran sejarah. Kemampuan melakukan konstruksi ini harus dikemukakan secara kuat agar pembelajaran tidak terjerumus dalam pembelajaran yang bersifat konservatif. Kontekstualitas sejarah harus kuat mengemuka dan berbasis pada pengalaman pribadi para siswa. Apalagi sejarah tidak akan terlepas dari konsep waktu, kontinyuitas dan perubahan. Proses yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran akan memberikan bekal di bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Aspek kognitif lebih membekali pada penguasaan ilmu, yang membuat peserta didik cerdas, pintar, sedangkan afektif membentuk peserta didik memiliki feeling, kepribadian yang baik, berkarakter, dan aspek psikomotor membekali peserta didik pada keterampilan atau action. Ketiga aspek tersebut secara seimbang harus dimiliki peserta didik, dalam kurikulum tuntutan ketiga aspek itu diwujudkan secara nyata dalam bentuk nilai. Ada tiga nilai yang diberikan kepada peserta didik, yaitu nilai kognitif, afektif, dan psikomotor Depdiknas, 2004. Dengan demikian proses pembentukan kepribadian atau karakter terdapat dalam kurikulum. Pengajaran sejarah merupakan suatu aktifitas belajar mengajar, di mana seorang guru menerangkan pada siswanya tentang gambaran kehidupan masyarakat masa lampau yang menyangkut peristiwa-peristiwa penting dan memiliki arti khusus. Sejarah telah lama menduduki posisi yang penting di antara berbagai mata pelajaran yang diajarkan diberbagai tingkat pendidikan. Oleh karena itu guru sejarah harus yakin dan tahu benar apa tujuan yang hendak dikejar dan dicapai dalam pembelajarannya. Sedangkan menurut Kochhar dalam bukunya Teaching of History menyebutkan sasaran umum pembelajaran sejarah yaitu: a mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri, b memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan masyarakat, c membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah dicapai oleh generasinya, d mengajarkan toleransi, e menanamkan sikap intelektual, f memperluas cakarawala intelektualitas, g mengajarkan prinsip-prinsip moral, h menanamkan orientasi kemasa depan, i memberikan pelatihan mental, j melatih siswa menangani isu- isu kontroversial, k membantu mencarikan jalan keluar bagi berbagai masalah sosial dan perseorangan, l memperkokoh rasa nasionalisme, m mengembangkan pemahaman internasional, n menembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna.

3. Kaitan Pendidikan Karakter dengan Pembelajaran Sejarah