Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan

prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi, maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jejang yang lebih tinggi Djali, 2008:110. Bentuk motivasi pendidikan yang terdapat pada individu dapat kita lihat dari beberapa hal, antara lain : a. Keinginan untuk menempuh pendidikan Keinginan untuk menempuh pendidikan merupakan modal awal bagi seseorang untuk terus menempuh pendidikan. Tidak adanya unsur terpaksa pada anak untuk bersekolah menjadikan anak menikmati dan mengerti akan pentingnya pendidikan yang dijalaninya. Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya, sehingga akan mucul suatu suatu rasa percaya diri bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu. Apabila seseorang mengetahui bahwa dia merasa mampu terhadap apa yang dia pelajari maka dia akan percaya diri untuk menggapai kompetensi yang ingin dia dapatkan Rifa’i, 2010:168-169. b. Cita-cita Hal yang dapat menjadi motivasi dan tujuan seorang anak menjalani jenjang pendidikan mereka adalah karena adanya cita-cita yang ingin mereka raih. Cita-cita yang terdapat pada anak akan memberikan gambaran bagi mereka jalan mana yang harus dia tempuh untuk dapat mewujudkannya, dan salah satu jalannya adalah dengan menempuh pendidikan. Hal ini di tegaskan oleh Achmad Rifa’i 2010:158 bahwa salah satu motif seseorang melakukan kegiatan belajar adalah untuk mengarahkan pada prilaku tertentu, dan hal ini merupakan suatu bentuk cita-cita. Motif anak yang dibawa ke dalam suatu situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka belajar dan apa yang mereka pelajari. 2. Kondisi Sosial Kondisi sosial berarti keadaan yang berkenaan dengan kemasyarakatan yang selalu mengalami perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya interaksi sosial. Interaksi sosial dapat membentuk suatu norma-norma sosial tertentu dalam kelompok masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antaranggota suatu kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut Gerungan, 2009:110. Kondisi sosial dalam penelitian ini adalah: a. Kondisi lingkungan keluarga Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi sosial dengan masyarakat lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap masa depan anggota keluarga, salah satunya dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Interaksi sosial dalam keluarga turut menentukan pula cara-cara tingkah laku seseorang dalam pergaulan sosial di dalam masyarakat pada umumnya Gerungan, 2009:195. Menurut Slameto 2003:62, relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi pendidikan anak. Wujud relasi itu misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih saying dan perhatian, ataukah sikap yang terlalu keras dan acuh tak acuh dan sebaginya. b. Kondisi lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi pola pemikiran dan norma serta pedoman yang dianut oleh seseorang dalam suatu masyarakat, karena di dalam masyarakat terjadi suatu proses sosialisasi. hal ini juga terdapat dalam dunia pendidikan, seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan. begitu juga sebaliknya, jika seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarahdagingkan internalize nilai-nilai, norma dan aturan yang dianut kelompok dimana ia hidup Ihromi, 2004:68. 3. Kondisi Ekonomi Keluarga Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan Made Pidarta, 2007:255-256. Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat- alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang Ahmadi, 2007:266. Menurut Gerungan 2009:196, keadaan ekonomi keluarga tentulah berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila diperhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di keluarganya itu lebih luas, ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Beberapa kondisi ekonomi yang mempengaruhi pendidikan anak adalah: a. Pendapatan Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers dalam Rokhana. 2005:8, yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Jadi yang dimaksud pendapatan keluarga dalam penelitian ini adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya. Pendapatan seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan survey dari Badan Pusat Statistik BPS tahun 2009, tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaaan berdasarkan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Tabel 4. Klasifikasi Pendapatan Orang Tua No . Klasifikasi pendapatan Jumlah pendapatan 1. Pendapatan sangat tinggi Rp. 3.100.000,- 2. Pendapatan tinggi Rp. 2.400.000,- - Rp. 3.099.000 3. Pendapatan menengah Rp. 1.700.000,- – Rp. 2.399.000,- 4. Pendapatan sedang Rp. 1.000.000,- - Rp. 1.699.000,- 5. Pendapatan rendah Rp. 1.000.000,- Sumber: Badan Pusat Statistik BPS, 2009 Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan Made Pidarta, 2007:255-256. Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak. Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat- alat itu. Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang Ahmadi, 2007:266. b. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan Jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang penting dalam menjamin kesejahteraan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga, sehingga jumlah anggota keluarga hendaknya dibatasi menurut kemampuan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1992 Pasal 7 yang menyatakan bahwa setiap penduduk sebagai anggota keluarga mempunyai hak untuk membangun keluarga sejahtera dengan mempunyai anak yang jumlahnya ideal, atau mengangkat anak, atau memberikan pendidikan kehidupan berkeluarga kepada anak-anak serta hak lain guna mewujudkan keluarga sejahtera. Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi pembagian pendapatan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari yang nantinya juga akan berpengaruh pada pembagian pendapatan untuk kebutuhan pendidikan. Seluruh anggota keluarga memiliki kebutuhan masing-masing yang tentunya harus dipenuhi. sehingga semakin banyak anggota keluarga yang menjadi tanggungan, maka akan semakin kecil kebutuhan akan pendidikan dapat terpenuhi begitu pula sebaliknya. 4. Motivasi orang tua Menurut Slameto 2003:61, orang tua yang kurangtidak memperhatikan dan memberikan dorongan atau motivasi terhadap pendidikan anaknya, misalnya acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan- kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakanmelengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tau kemajuan belajar anaknya, kesulitan- kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain dapat menyebabkan anak tidakkurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin hasil yang didapatkan tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurus pekerjaan mereka atau hal yang lain. Ini menunjukkan bahwa motivasi yang berasal dari orang tua sangatlah dibutuhkan oleh seorang anak dalam menempuh pendidikannya. Motivasi pada orang tua dapat kita ketahui dari hal-hal sebagai berikut: a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan Arti penting pendidikan seharusnya sudah dipahami oleh orang tua, hal ini karena dapat berpengaruh pada pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran orang tua yang baik akan arti penting pendidikan akan mengarahkan anak-anak mereka untuk menempuh jenjang pendidikan setinggi-tingginya. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman Hasbullah, 2009:46. b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak Munib 2007:48, mengatakan bahwa setiap kegiatan pendidikan baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misalnya supaya pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya, bertambah cerdas, rajin, teliti, berani dan sebagainya, bahkan ada orang tua yang mengarahkan anak mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan. Tujuan orang tua menyekolahkan anak mereka tentunya bermacam-macam. Hal ini dapat berpengaruh pada tingkat pendidikan yang dapat ditempuh oleh anaknya. c. Kesediaan orang tua menyekolahkan anak Kesedianan orang tua untuk menyekolahkan anaknya merupakan sarat mutlak bagi terlaksananya pendidikan bagi anak. Karena secara material dan moral orang tua mempengaruhi tingkat pendidikan anak-anaknya. Seperti yang disampaikan oleh Hasbullah 2009:45, salah satu tanggung jawab orang tua dan keluarga terhadap anak-anak mereka adalah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak kelak, sehingga bila ia telah dewasa akan mampu mandiri. 5. Budaya Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Ini artinya bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak dibiasakan dengan belajar Koentjaraningrat, 2009:144. Slameto 2003:64 mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga dapat mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. Di dalam menempuh jenjang pendidikan, seseorang juga akan mempelajari keadaan yang ada pada dirinya dan lingkungannya. Sehingga ketika lingkungan di sekitarnya memiliki budaya dengan pendidikan yang rendah dan sudah merasa cukup, maka hal tersebut akan dilakukan kembali ke generasi berikutnya. Hal semacam ini dapat belangsung secara turun-temurun bahkan dapat berkembang menjadi suatu tradisi dalam masyarakat. 6. Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan suatu konsep yang menggabungkan mengkombinasikan: Sistem tata guna lahan secara geografis dengan system jaringan transportasi yang menghubungkannya, dimana perubahan taa guna lahan, yang menimbulkan zona-zona dan jarak geografis di suatu wilayah atau kota,akan mudah dihubungkan oleh penyediaan prasarana atau sarana angkutan Black, 1981 dalam Miro, 2005:18. Menurut Tamin dalam Miro 2005:18, aksesibilitas adalah mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya. Dengan kata lain, suatu ukuran kemudahan dan kenyamanan mengenai cara lokasi tata guna lahan yang saling berpencar, dapat berinteraksi berhubungan satu sama lain. dan mudah atau sulitnya lokasi-lokasi tersebut dicapai melalui system jaringan transportasinya, merupakan hal yang sangat subyektif, kualitatif, dan relatif sifatnya. Artinya, yang mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain. Aksesibilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat kemudahan pencapaian terhadap suatu wilayah yang meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, fasilitas jalan, dan sarana transportasi. Lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut : a. Jarak Tempuh Salah satu variabel yang bisa menyatakan apakah ukuran tingkat kemudahan pencapaian suatu tata guna lahan dikatakan tinggi atau rendah adalah jarak fisik dua tata guna lahan dalam kilometer. Jika kedua tata guna lahan mempunyai jarak yang berjauhan secar fisik, maka aksesnya dikatakan rendah Miro, 2005:19. b. Waktu Tempuh Menurut Miro 2005:20, waktu tempuh adalah banyak waktu yang ditempuh untuk melakukan perjalanan dari rumah menuju sekolah, sehingga dapat disimpulkan bahwa jarak yang relatif jauh maka secara otomatis waktu yang ditempuh akan semakin banyak dan juga memerlukan biaya yang banyak, dengan biaya yang semakin banyak maka motivasi orang tua juga akan semakin sedikit. Faktor ini sangat ditentukan oleh ketersediaan prasarana transportasi dan sarana transportasi yang dapat dihandalkan reliable transportation system. Contohnya adalah dukungan jaringan jalan yang berkualitas, yang menghubungkan asal dengan tujuan, diikuti dengan terjaminnya armada yang siap melayani kapan saja. c. Fasilitas Jalan Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah danatau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel UU RI No. 38 Tahun 2004, pasal 1. Jalan sebagai bagian dari jasa pelayanan transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan serta dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Bina Marga, 2007. Ini menunjukkan bahwa jalan memiliki peranan penting terhadap semua sektor, tidak terkecuali terhadap pedidikan. Untuk memperlancar transportasi menuju ke sekolah tentunya keberadaan jalan beserta kondisinya sangat mempengaruhi kelancaran mobilitas seseorang menuju sekolah yang mereka tuju. d. Sarana Transportasi Menurut Miro 2005:4 transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi dalam penelitian ini berkaitan dengan pergerakan seseorang untuk mencapai sekolah yang dituju. Dibutuhkan sarana transportasi untuk memudahkan seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Sarana transportasi yang dimaksud adalah fasilitas yang digunakan untuk mengangkut anak ke sekolah meliputi : jenis transportasi yang digunakan, jumlah angkutan umum, frekuensi kendaraan dalam 1 hari, serta biaya atau ongkos naik kendaraan tersebut.

E. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian Masyarakat Usia Sekolah Kondisi Sosial Tingkat Pendidikan Masyarakat SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendidikan Aksesibilitas Kondisi Ekonomi Keluarga Motivasi Individu Motivasi Orang tua Budaya a. Interaksi sosial dalam keluarga b. Interaksi sosial terhadap masyarakat a. Jarak Tempuh b. Waktu Tempuh c. Fasilitas Jalan d. Sarana Transportasi 1 Pendapatan Keluarga 2 Jumlah anggota keluarga a. Keinginan individu menempuh pendidikan b. Cita-cita a. Kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan b. Tujuan orang tua menyekolahkan anak c. Kesediaan orang tua menyekolahkan anak 1 Budaya pendidikan di dalam keluarga 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat di Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo.

B. Populasi

Menurut Sugiyono 2010 : 117, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat usia sekolah di Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Jumlah keseluruhan penduduk Desa Dieng adalah 2.170 jiwa dan 658 kepala keluarga. Sedangkan jumlah penduduk usia sekolah di Desa Dieng Wetan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 841 jiwa.

C. Sampel dan teknik pengambilan sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi Sugiyono, 2010: 118. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara proporsional pada populasi penduduk usia sekolah tiap jenjang pendidikan. Pengambilan