Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi individu masyarakat Dieng untuk mengenyam pendidikan di sekolah hingga jenjang tinggi sangatlah rendah.
Diketahui bahwa rata-rata skor motivasi individu masyarakat Dieng adalah 11,68 yang termasuk dalam kriteria rendah, artinya bahwa motivasi masyarakat di Desa
Dieng Wetan tergolong rendah dalam hal pendidikan. Masyarakat kurang berminat untuk bersekolah hingga jenjang tinggi, mereka lebih banyak memilih di
pesantren atau bekerja daripada bersekolah formal. Keinginan masyarakat untuk bersekolah rendah, mereka lebih memilih untuk belajar agama di pesantren
maupun bekerja menjadi petani membantu orang tua mereka. Selain itu cita-cita yang dimiliki individu juga tidak jauh dari pekerjaan orang tua yaitu menjadi
petani, hanya beberapa yang punya harapan besar untuk keluar dari lingkaran petani.
Gambar 6. Seorang anak SD yang membantu orang tuanya bekerja di ladang. Klausmeier menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi
berprestasi ditunjukkan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu. Semakin besar motivasi seseorang untuk terus berprestasi,
maka dia akan terus mencoba menggapai pendidikan mereka ke jejang yang lebih
tinggi Djali, 2008:110. Kondisi yang terjadi di Dieng adalah masyarakatnya kurang memiliki motivasi individu untuk berprestasi dengan menempuh
pendidikan yang tinggi. Sehingga perlu dorongan terutama dari pihak keluarga dalam hal ini orang tua untuk memotivasi anak-anak mereka agar dapat
menempuh pendidikan setinggi mungkin. Selain itu juga diperlukan sosialisasi pada mereka tentang arti penting pendidikan dan manfaat serta tujuan pendidikan
sekolah. Hal ini akan turut mendorong dan memotivasi mayarakat di Desa Dieng Wetan untuk menempuh pendidikan sekolah hingga jenjang tinggi.
Kondisi sosial dapat memberikan pengaruh pada norma sosial dalam masyarakat. Ini juga berlaku pada norma-norma yang berkaitan dengan
pendidikan. Kondisi masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurang mementingkan pendidikan formal, dapat menjadikan orang yang berada di
dalam lingkungan tersebut juga mengakui dan terbiasa bahkan mengikuti hal tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Sherif, bahwa interaksi sosial antaranggota suatu
kelompok dapat menimbulkan suatu norma sosial dalam masyarakat yang berlaku dalam masyarakat tersebut Gerungan, 2009:110.
Gambar 7. Kegiatan sehari-hari masyarakat Dieng yang menggambarkan kondisi sosial dan kegiatan ekonomi masyarakat
Kondisi sosial masyarakat Desa Dieng Wetan masih tergolong cukup baik. Meskipun masyarakatnya adalah masyarakat petani yang memiliki
kesibukan masing-masing, namun hubungan sosial masyarakat terutama di dalam keluarga dan tetangga terdekat masih cukup baik terhadap pendidikan mereka.
Kondisi sosial ini berarti kondisi lingkungan keluarga responden dan kondisi lingkungan masyarakat yang meliputi interaksi antar anggota keluarga, Interaksi
dengan anggota masyarakat dan komunikasi antar keduanya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kondisi sosial masyarakat di
Desa Dieng Wetan masuk dalam kriteria sedang yaitu dengan skor rata-rata 16,05. keadaan ini menunjukkan bahwa kondisi sosial disana masih cukup baik
meskipun mereka memiliki kesibukan masing-masing sebagai petani. Ekonomi dalam dunia pendidikan memegang peranan yang cukup
menentukan. Karena tanpa ekonomi yang memadai dunia pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. ini menunjukkan bahwa meskipun ekonomi bukan
merupakan pemegang peranan utama dalam pendidikan, namun keadaan ekonomi dapat membatasi kegiatan pendidikan Made Pidarta, 2007:255-256.
Jika kita lihat dari skor rata-rata kondisi ekonomi keluarga adalah sebesar 26,38 atau termasuk dalam kriteria tinggi, artinya bahwa kondisi ekonomi
keluarga masyarakat di Desa Dieng Wetan tergolong tinggi. Rata-rata tingkat pendapatan masyarakat disana adalah Rp. 1.700.000,- sampai dengan Rp.
2.399.000,- per bulannya, dengan tingkat pemenuhan kebutuhan yang terpenuhi meskipun tidak sampai memiliki tabungan. Namun yang membuat mereka
memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik adalah jumlah anggota keluarga yang
tidak terlalu banyak yaitu berkisar 4 sampai 5 orang saja dalam satu keluarga yang menjadikan beban keluarga tidak terlalu berat. Sehingga dengan pendapatan
tersebut cukup untuk menanggung kebutuhan keseluruhan anggota keluarga. Faktor Ekonomi keluarga banyak menentukan dalam belajar anak.
Misalnya anak dalam keluarga mampu dapat membeli alat-alat sekolah lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat membeli alat-alat itu.
Dengan alat serba tidak lengkap inilah maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa sehingga dorongan belajar mereka kurang Ahmadi, 2007:266.
Namun yang terjadi pada masyarakat Dieng tidaklah demikian. Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong baik ini tidak kemudian turut mendorong
masyarakatnya menempuh pendidikan setinggi mungkin. Masyarakat Dieng yang sebagian besar bekerja sebagai petani kentang seperti dimanjakan oleh keadaan
alam mereka yang subur. Mereka sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan baik sebagai petani kentang, meskipun mereka tidak berpendidikan tinggi.
Motivasi orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya tingakat pendidikan anak. Dilihat dari rata-rata skor motivasi orang tua
yang didapatkan adalah 10,39 atau masuk dalam kriteria sangat rendah. Ini membuktikan bahwa motivasi orang tua masih sangat rendah dalam mendukung
pendidikan anak-anak mereka. Motivasi orang tua dapat dilihat dari kesadaran orang tua akan arti penting pendidikan.
Kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan formal untuk anak mereka masih kurang. Orang tua beranggapan untuk apa menyekolahkan anak
tinggi-tinggi jika nantinya anak juga menjadi petani. Selain itu orang tua kurang
tegas dalam menyekolahkan anak. Anak yang tidak ingin bersekolah dibiarkan tidak bersekolah dengan alasan mengikuti keinginan anak. Secara umum orang tua
masyarakat Desa memiliki harapan agar anak-anak mereka dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin, namun pada kenyataannya orang tua kurang dapat
memotivasi anak untuk bersekolah. Orang tua lebih menyerahkan keinginan bersekolah pada anak.
Motivasi yang hadir dari orang tua memiliki dampak yang besar terhadap pendidikan anak-anak mereka. Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan
membina anak secara terus-menerus perlu dikembangkan kepada setiap orang tua, sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat
dari orang tua, tetapi telah di dasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman Hasbullah, 2009:46.
Berdasarkan hasil penelitian, skor rata-rata budaya yaitu 14,02 yang masuk ke dalam kriteria rendah. Kebudayaan masyarakat Dieng dalam
berpendidikan sangatlah rendah, mereka kurang tertarik untuk memiliki pendidikan hingga jejang tinggi. Kebiasaan yang sudah melekat di masyarakat
Dieng adalah orang yang berpendidikan tinggi pada akhirnya mereka akan menjadi petani juga. Hal tersebut membuat masyarakat menjadi tidak tertarik
untuk bersekolah tinggi-tinggi karena mereka menganggap percuma sekolah tinggi-tinggi jika akhirnya menjadi petani lagi di desa. Anggapan semacam ini
sudah membudaya di masyarakat Dieng. Hal inilah yang membuat masyarakat Dieng menjadi enggan untuk menyekolahkan anak sampai tingkat pendidikan
yang tinggi.
Seseorang yang berada di lingkungan masyarakat yang mementingkan pendidikan maka dia juga akan terpengaruh untuk ikut mementingkan pendidikan.
begitu juga sebaliknya, jika seseorang berada pada lingkungan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting maka dia juga dapat terpengaruh dan ikut
beranggapan bahwa pendidikan kurang penting. Lewat proses sosialisasi, seorang individu menghayati, mendarahdagingkan internalize nilai-nilai, norma dan
aturan yang dianut kelompok dimana ia hidup Ihromi, 2004:68. Jika dilihat dari nilai rata-rata skor untuk aksesibilitas adalah 20,84, ini
artinya bahwa aksesibilitas Desa Dieng Wetan termasuk dalam kriteria tinggi. Menurut Tamin dalam Miro 2005:18, Aksesibilitas adalah mudahnya suatu
lokasi dihubungkan dengan lokasi lainnya lewat jaringan transportasi yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak di atasnya.
Gambar 8. Kondisi jalan di Dieng kanan dan Mikrobus yang merupakan salah satu alat transportasi yang ada di Dieng kiri
Desa Dieng Wetan memiliki akses jalan yang sudah baik, sarana transportasi juga sangat mudah ditemukan karena Dieng merupakan objek wisata
yang menarik. Kondisi jalan yang baik dan sarana transportasi angkutan yang
banyak dan mudah ditemui menjadikan Dieng mudah untuk di jangkau. Keterjangkauan Dieng dapat dilihat dari peta jaringan jalan pada lampiran. Dieng
yang juga merupakan objek wisata yang terkenal hingga mancanegara menjadikan sarana dan prasarana transportasi di Dieng selalu diperbaiki. Artinya aksesibilitas
di Desa Dieng sudah tergolong baik yaitu dengan di dukung prasarana jalan dan alat transportasi yang baik dan memadahi. Keadaan ini seharusnya dapat
mendorong perkembangan yang baik pula pada bidang pendidikan disana. Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
faktor-faktor yang terbukti mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Desa Dieng Wetan antara lain faktor motivasi individu, faktor
motivasi orang tua, dan faktor budaya. Motivasi individu dalam pendidikan masyarakat Dieng Wetan termasuk rendah, dibuktkan dari hasil penelitian hanya
mendapatkan skor 11,68 atau dalam kriteria rendah. Begitu pula pada faktor motivasi orang tua dan faktor budaya dalam pendidikan yang juga tergolong
rendah, yaitu untuk faktor motivasi orang tua hanya memperoleh skor 10,39 yang masuk dalam kriteria sangat rendah dan faktor budaya dengan skor 14,02 yang
masuk dalam kriteria rendah. Faktor kondisi sosial masyarakat Dieng Wetan masih cukup baik, terbukti
dari hasil penelitian mendapatkan skor 16,05 atau dalam kriteria sedang. Sedangkan dua faktor yang lain yaitu faktor kondisi ekonomi keluarga dan faktor
aksesibilitas tidak mempengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Hal ini dikarenakan kondisi faktor ekonomi keluarga dan aksesibilitas daerah yang
termasuk baik. Berdasarkan hasil penelitian, untuk faktor ekonomi keluarga
memperoleh skor 26,38 dalam kriteria tinggi, artinya mereka memiliki kondisi ekonomi yang baik. Sedangkan faktor aksesibilitas memperoleh skor 20,84 yang
termasuk dalam kriteria tinggi, artinya aksesibilitas Desa Dieng Wetan tergolong baik.
59