pelatihan yang terpenting adalah penguasaan ketrampilan bukan hanya sekedar pengetahuan yang bersifat teoritis saja. Pengakuan dari Sri Sulastri sebagai
pengelola lembaga sebagai berikut :
mempertimbangkan ketersediaan waktu calon peserta, tidak memperhatikan cara dan gaya belajar masyarakat darimana peserta pelatihan berasal, dan ketersediaan
sarana, prasarana dan dana yang diperlukan. Kendala yang dihadapi oleh instruktur pelatihan terutama adalah adanya
warga belajar yang malas, perangkat atau mesin yang telah tersedia di ruang pelatihan belum dapat digunakan secara optimal disebabkan mesin yang rusak,
hilangnya alat atau listrik mati sehingga dapat menghambat pelatihan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Sdri. Jarwati 24 tahun saat wawancara
dengan peneliti.
rusak tentu akan menghambat pelaksanaan pembelajaran. Ketersediaan peserta yang kurang memenuhi permintaan tenaga kerja pada mitra juga menjadi salah
satu permasalahan. Contoh yang terjadi adalah hilangnya alat pendedel seperti diungkapkan oleh Sulastri 35 tahun saat wawancara dengan peneliti :
ini terjadi karena adanya interaksi antar sesama atau dengan lingkungan. Seseorang dikatakan telah belajar apabila dalam interaksi tersebut seseorang
mengalami perubahan tingkah laku baik dari segi pengetahuan, sikap maupun keterampilannya.
Setelah menyelesaikan pelatihan, peserta didik mendapatkan proses penempatan di berbagai perusahaan mitra diantaranya perusahaan garmen di
lingkungan Kabupaten Semarang dan sekitarnya. Berikut penuturan Nurmakim :
dengan tingkat pengetahuan, ketrampilan, nilai atau sikap yang seharusnya dimiliki orang itu pada saat yang akan datang dan yang dapat dicapai melalui
pelatihan dengan cara belajar yang diarahkan oleh diri sendiri, atau kegiatan bimbingan pembelajaran Sudjana, 2007: 81-82. Sedangkan BPKB Jayagiri
dalam Anwar 2004: 84, mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dalam proses kursus yaitu, pertama, sifat dan jenis mata pencaharian. Kedua, bakat dan
minat serta kemampuan calon peserta didik dihubungkan dengan ketrampilan yang tersedia. Ketiga, kebutuhan belajar yang berhubungan dengan ketrampilan
yang diinginkan calon peserta didik. Keempat, pertimbangan kebuthan pasar kerja, karena umumnya pesrta mengikuti kursus untuk dapat bekerja setelah
mendapatkan ketrampilan. Kelima, sumber belajar memilki ketrampilan serta komunukatif sehingga dapat diterima orang lain. Keenam, kesediaan calon peserta
mengikuti aturan yang berlaku. Hasil dari penelitian mengenai perencanaan dalam mengidentifikasi
kebutuhan belajar dilakukan oleh semua pihak terkait jalanya lembaga pelatihan garmen Dessy. Identifikasi kebutuhan berdasarkan kebutuhan masyarakat untuk
memiliki kemapuan menjahit dan keinginan untuk bekerja di perusahaan garmen.
4.3.2 Perencanaan Partisipatif Penyusunan Tujuan Belajar
Keberhasilan suatu pelatihan lebih banyak dinilai dari segi sejauhmana perubahan perilaku yang diharapkan terjadi pada peserta atau lulusan pelatihan
sebagai hasil dari proses pelatihan. Keberhasilan pelatihan pada umumnya dapat diketahui dalam tujuan pelatihan itu sendiri.
belajar. Tujuan pendidikan mengacu pada tujuan kelembagaan dan sosial yang ingin diperoleh melalui kegiatan pendidikan orang dewasa. Tujuan khusus
program pembelajaran mengacu pada hasil pendidikan secara menyeluruh yang akan dijadikan sebagai dasar pada kegiatan berikutnya. Tujuan belajar mengacu
pada hasil perilaku spesifik untuk membantu partisipan melakukan kegiatan belajar tertentu.
Sedangkan menurut Sudjana dalam Anwar 2004: 91 tujuan belajar dirumuskan oleh tutor berdasarkan kondisi sarana dan kebutuhan warga belajar,
sehingga kaitan tersebut sangat ditentukan oleh kegiatan pembelajaran. Tujuan belajar peserta mengikuti pelatihan secara garis besar didasarkan atas
keterdesakan kebutuhan ekonomi, sehingga mereka membutuhkan ketampilan sebagai salah satu syarat diterima dalam suatu perusahaan garmen. Mengikuti
arah dari tujuan belajar para peserta pelatihan tersebut, pengelola berusaha mewujudkan apa yang mereka inginkan dengan disediakannya media dan sarana
sesuai dengan keadaan dilapangan. Penyediaan tenaga instruktur juga diambil dari lulusan lembaga yang berpengalaman bekerja di perusahaan garmen guna
menyalurkan pengalamannya pada peserta pelatihan. Perencanaan dalam penyusunan tujuan belajar ini melibatkan pengelola, instruktur, warga balajar,
serta mitra kerja.
4.3.3 Perencanaan Partisipatif Penyusunan Kurikulum
Istilah kurikulum mulai dikenal dalam dunia pendidikan sekitar satu abad yang lalu. Khusus dalam pelatihan, Webster Dictionary dalam Sudjana,2007:
126 menyatakan bahwa kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta pelatihan guna mencapai ijazah atau tingkat kemampuan
tertentu. Kurikuum diartikan juga sebagai keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga penyelenggara pelatihan.
Secara garis besar kurikulum pada umumnya berisi program yangakan menuntun para peserta pelatihan agar senang dan tekun belajar untuk mencaai
tujuan latihan. Agar kurikulum demikian dapat dihasilkan maka perlu dipahami, antara lain alasan atau motivasi seseorang untuk mengikuti latihan.
Dewasa ini perkembangan perilaku partisipan telah menjadi focus di dalam dunia pendidikan. Hal ini memberikan implikasi bahwa pengorganisasian
pembelajaran harus memenuhi beberapa prinsip yaitu: meningkatkan penerapan, meningkatkan partisipasi, dari bagian-bagian menuju pada keseluruhan, dan
pengalaman langsung yang diikuti oleh pengembanga prinsip-prinsip lainnya
gaya belajar partispan. Sedapat mungkin instruktur menggunaan metode pembelajaran untuk mendorong dan memotifasi peserta kursus dalam proses
pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif ternyata
bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan individual methods, metode pembelajaran kelompok
group methods, dan metode pembelajaran missal atau pembangunan masyarakat community methods Verne dan Knowles, 1977:13. Teknik-teknik pembelajaran
partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu tutorial,
bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi, kerja
kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat,