mempunyai tiga ciri umum. Pertama, wewenang untuk mengambil keputusan dalam perencanaan diserahkan kepada lembaga masyarakat. Kedua, pakar
perencanaan berperan sebagai pengorganisasian kegiatan perencanaan dan sebagai penasihat bagi para perencana dari lembaga tersebut sehingga terjadi partisipasi
aktif dari setiap peserta dala proses pengambilan keputusan. Ketiga, pengawasan terhadap perencanaan dilakukan secara sukarela oleh lembaga kemasyarakatan
dan masyarakat itu sendiri Sudjana,2000:83. Berdasarkan beberapa pengertian di atas yang dimaksud dengan
perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang menciptakan mekanisme untuk memperbaiki kualitas dan kesempatan masyarakat lokal dalam keikutsertaan
mereka dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan Cullingworth Nadin, 2002 dalam Adiyoso, 2009:57.
2.1.5 Langkah-langkah Perencanaan Partisipatif
Langkah-langkah perencanaan partisipatif ditempuh melalui tahapan- tahapan sebagai berikut :
2.1.5.1 Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Kebutuhan pelatihan training needs diberi arti sebagai jarak antara tingkat kemampuan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dimiliki oleh
peserta pelatihan atau lulusan pelatihan. Dengan kata lain, kebutuhan pelatihan adalah perbedaan antara kemampuan calon peserta pelatihan pada saat sebelum
mengikuti pelatihan dengan kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan. Calon peserta atau lulusan pelatihan yang dimaksudkan disini antara
lain adalah pegawai, staf, pimpinan, karyawan , pencari kerja, dalam suatu instansi, lembaga, organisasi, atau masyarakat.
2.1.5.2 Prosedur Identifikasi Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi kebutuhan pelatihan dapat dilalui melalui tahapan penentuan
sebagai berikut : 1.
Menentukan kebutuhan pelatihan jangka pendek yang mendesak. Kebutuhan ini dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
1 Mengevaluasi program pelatihan dan pengembangannya yang sudah berjalan, untuk menentukan apakah pelatihan telah menghasilkan
perubahan kemampuan sesuai dengan yang diinginkan. a Mengevaluasi program pelatihan yang sedang berjalan. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara: 1 mereviuw dokumen-dokumen pelatihan, 2 mengobservasi para pelatih pembimbing, dan pelatihan di panti pelatihan,
laboratorium, tempat kerja, perusahaan, dan lain sebagainya, 3 menganalisis hasil tes awal-akhir pelatihan, dan 4 mewawancarai para
pelatih dan peserta pelatihan. b Mengevaluasi keluaran output dan dampak outcome pelatihan.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara : 1 mewawancarai para supervisor , 2 mewawancarai dan mengamati para peserta pelatihan di tempat
kerjanya, 3 mereviu catatan-catatan personala personnel records dan rating pelaksana, 4 menghimpun dan mengadministrasikan kuesioner
yang diperlukan dan membagikannya kepada peserta pelatihan utnuk dianalisisi, dan 5 mengenalisis sampel kegiatan kerja.
1. Menyusun daftar kegagalan dan analisisnya yang terjadi dalam
proses pekerjaan. Selanjutnya menentukan apakah kegagalan tersebut disebabkan
oleh :
a organisasi
yang tidak
mapan, b
pengawasansupervisi yang tidak memadai, c kebijakan yang tidak jelas, d komunikasi yang tidak lancar, e kebijakan atau prosedur pemilikan
personil yang tidak wajar, f masalah fasilitas dan perlengkapan, g metode kerja yang tidak tepat, h standar kerja yang tidak sesuai, dan i
pelatihan supervisor dan operator yang tidak memadai.