Penyebab Kesedihan SUASANA BATIN TOKOH DALAM NOVEL DARI JENDELA HAUZAH KARYA OTONG SULAEMAN DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI
                                                                                yang diinginkan atau dikehendaki. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesenangan atau kebahagiaan  adalah  suatu  perasaan  yang  berasal  dari  jiwa  yang  disebabkan  oleh
kepuasaan atas terpenuhinya suatu keinginan. Kesenangan  ini  bisa  berada  dalam  dunia  real  atau  pun  dalam  dunia  imajinasi.
Makna  teleologis  dari  kesenangan,  sebagaimana  dinyatakan  Aristoteles  dalam Umar,  2014:  56,  tercapai  karena  kesenangan  diandaikan  menghasilkan  jenis
kegiatan  di  pihak  makhluk-makhluk  hidup  tetapi  selalu  di  bawah  kontrol  rasio. Sebagai  kepuasan,  kesenangan  merupakan  gema  dari  kesempurnaan  tertentu  yang
telah  dicapai.  Namun,  dalam  batas-batas  tertentu  dan  seiring  dengan  tujuan tertinggi manusia, kesenangan sesungguhnya penting secara moral dan merupakan
motif  yang  legitim  asalkan  ia  sungguh-sungguh  memperbesar  kebaikan  real manusia.
Suatu  paham  bahwa  kesenangan  merupakan  tujuan  kehidupan,  atau  bahwa
pengejaran  kesenangan  tertanam  dalam  kodrat  manusia.  Pada  salah  satu  sistem etika yang disebut sebagai ”etika hedonis”, kesenangan dijadikan sebagai nilai final
manusia  dan  kesakitan  sama  sekali  tidak  bernilai,  sehingga  kita  mengejar  yang pertama  dan  menghindari  yang  kedua.  Aristoteles  dalam  Umar,  2014:  58
menganggap  kesenangan  bukan  sebagai  tujuan  kegiatan,  tetapi  sebagai  hasil keikutsertaan karena sesuatu yang berfungsi telah berhasil.
Spinoza  dalam  Umar,  2014:  58  memandang  kesenangan  sebagai  perasaan  yang
manusia miliki ketika beralih dari kesempurnaan yang sedikit ke yang besar. Freud dalam  Umar,  2014:  59  beranggapan  bahwa  manusia  bekerja  dan  seharusnya
bekerja  menurut  prinsip  kesenangan.  Seiring  pernyataan  perspektif  yang  bersifat
menganjurkan,  mengharuskan  semacam  itu  berdiri  di  atas  pengandaian  bahwa manusia  pada  kenyataan  memang  hanya  mengejar  kesenangan.  Posisi  ini  disebut
hedonisme  psikologi.  Hal  inilah  yang  menunjukkan  inkonsistensi  logis  dan pernyataan  semacam  itu  sebab  kalau  manusia  pada  dasarnya  hanya  mengejar
kesenangan tidak perlu lagi keharusan untuk mengejar kesenangan itu karena sudah dengan sendirinya dilakukan.
                