emosi. Namun, suara adalah sebuah sistem yang tidak teratur yang biasanya bisa dihentikan sesuai kehendak.
c. Sikap Dan Gerak Tubuh Posture And Gesture
Sikap dan gerak tubuh juga merupakan ekspresi dari keadaan emosi. Ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan kebudayaan di mana individu hidup dan pendidikan yang bagaimana yang didapat individu dari orang tuanya. Jadi, ekspresi emosi dalam
sikap dan gerak tubuh ini dapat berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Emosi marah misalnya, ada individu yang mengekspresikannya dengan
cara mengepal-ngepalkan tangan, memukul meja, namun ada juga individu yang marah dengan cara menarik-narik rambut orang lain.
Pada anak-anak terdapat suatu reaksi marah yang disebut temper-tantrums yakni
gerakan-gerakan berguling-guling di lantai tanah. Ekspresi emosi yang sedang jatuh cinta misalnya, dapat dilihat sikap dan gerak tubuh yang gugup, banyak
melakukan gerakan yang tidak perlu, sering melakukan kesalahan gerak atau ketidakperluan
gerak tertentu,
melakukan tatapan
yang lebih
sering, mencondongkan duduk ke arah lawan bicara yang dicintainya, dan lain-lain. Saat
merasakan emosi takut, kaki serta tangan gemetar, posisi tubuh membungkuk, memalingkan badan atau wajah dari objek yang ditakuti.
Emosi marah, sedih, senang, takut, dan emosi lainnya sering diungkapkan melalui
ekspresi wajah, gerak tangan, tubuh, ataupun nada suara. Ekspresi nonverbal banyak berhubungan dengan situasi budaya setempat dan perubahan fisiologis
banyak menentukan kesehatan orang. Kaitan erat situasi budaya dan proses
fisiologis ini rnembuat emosi sebagai salah satu indikator kesehatan individu. Hal tersebut perlu diteliti pengungkapan dan pengartian emosi secara nonverbal.
Pengungkapan dan pengartian yang tepat akan menunjang kesehatan dan hubungan antara manusia satu dengan lainnya. Dicapainya dua hal penting dalam kehidupan
manusia akan menunjang kesejahteraan mereka. Hal ini penting untuk menunjang kerjasama di antara masyarakat dengan beda latar budaya.
Hasil penelitian Keltner, Kring, Bonanno dalam Latifa, 2012: 104 telah
menunjukkan pula bahwa secara teoritis ekspresi wajah berhubungan secara signifikan dengan penyesuaian setelah kematian pasangan, dalam hubungan jangka
panjang, dan dalam konteks gangguan psikologis kronik. Mereka mengkaji bukti yang menunjukkan bahwa ungkapan emosi melalui ekspresi wajah berkaitan
dengan hasil proses interpersonal dan sosial. Mereka mengungkapkan bahwa ekspresi emosi di wajah merupakan tanda dunia dalam dan mediator dunia sosial.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional ialah keterangsangan umum terhadap stimulasi
yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam berbagai aktivitas pada bayi yang baru lahir. Kemampuan mengekspresikan emosi pada
manusia adalah kemampuan yang harus dipelajari. Oleh karena itu stimulasi emosi yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu diajarkan pada anak-anak sejak dini
agar mereka dapat beremosi dengan tepat semasa berhubungan dengan dunia sekitarnya di masa dewasa. Di dalam pengekspresiannya, semua jenis emosi dapat
diekspresikan melalui cara yang positif dan negatif Simpson, Collins, Tran,