Penyebab Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja

membuat kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga dapat menciptakan frustasi dan perasaan gagal.

2.2.4 Penyebab Kepuasan Kerja

Seseorang dapat merasa relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaanya dan tidak merasa puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya Kreitner Kinicki, 2003:271. Adapun penyebab kepuasan kerja adalah sebagai berikut : 1. Pemenuhan kebutuhan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai contoh : sebuah survey terhadap lembaga bantuan hukum di Massachusetts mengungkapkan bahwa 35 hingga 50 dari rekan lembaga hukum meninggalkan lembaga itu pada tiga tahun awal karena lembaga tersebut tidak mengakomodir kebutuhan keluarga. Contoh ini melukiskan bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi kepuasan. 2. Ketidakcocokan Model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan, seperti upah dan kesempatan promosi yang baik, dan apa yang pada kenyataannya diterima. Pada saat harapan lebih besar dari daripada yang diterima, seseorang tidak akan puas, sebaliknya model ini memprediksikan bahwa individu akan puas pada saat ia mempertahankan output yang diterimanya dan melampui harapan pribadinya. 3. Pencapaian Nilai Gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu. Oleh karena itu, para manajer dapat meningkatkan kepuasan karyawan dengan melakukan strukturisasi lingkungan kerja. Penghargaan dan pengakuan yang berhubungan dengan nilai-nilai karyawan. 4. Persamaan Dalam model ini, kepuasan adalah suatu fungsi dari bagaimana seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja. Kepuasan berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan, relatif sama dengan inputnya, perbandingan yang mendukung output atau input lain yang signifikan. 5. Komponen watakgenetik Model watak atau genetik didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja merupakan sebagian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor genetik. Oleh karena itu, model ini menunjukkan bahwa perbedaan individu yang stabil adalah sama pentingnya dalam menjelaskan kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja.

2.3 Budaya Organisasi Sekolah

2.3.1 Pengertian Budaya Organisasi Sekolah

Menurut Mathis 2001:46 budaya organisasi adalah sebuah pola dari nilai-nilai dan kepercayaan yang disepakati bersama yang memberikan arti kepada anggota dari organisasi tersebut dan aturan-aturan berperilaku. Robbins 2002:279 menyatakan bahwa budaya organisasi merujuk pada suatu sistem bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisaasi lainnya. Kuen 2009:87 menyatakan bahwa budaya organisasi sekolah adalah sistem nilai untuk mencapai efektivitas sekolah. Widodo 2007:191 juga menyatakan bahwa budaya organisasi sekolah adalah persepsi, pikiran, ide, perilaku dan norma-norma yang diyakini warga sekolah dan berfungsi sebagai suatu pedoman serta memberi arah dalam mencapai tujuan pendidikan sekolah. Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi sekolah adalah sistem nilai-nilai yang diyakini semua warga sekolah, dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai perekat dan dapat dijadikan acuan berperilaku untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh sekolah.

2.3.2 Fungsi Budaya Organisasi

Robbins 2002:283 mengemukakan empat fungsi budaya organisasi, yaitu: 1 Menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain. 2 Menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota organisasi.