Game Theory Untuk Analisis Kebijakan
ikan di Karimunjawa setelah tahun 1998, berdasarkan hasil perhitungan valuasi ekonomi yang telah dilakukan, yaitu kerugian sebesar Rp.
7.490.532
,-.
Tabel 13. Matriks Payoff Interaksi antara Pemerintah Daerah dengan Dephut
Dephut D Teruskan 1
Hentikan 2 Teruskan 1
10.105.000
,
56.590.326 10.105.000
, 0
Pemda G
Hentikan 2
0 ,
56.590.326
0 , 0
Tabel 14. Matriks Payoff Interaksi antara Pemerintah Daerah dengan Nelayan
Nelayan N Teruskan 1
Hentikan 2 Teruska n 1
10.105.000
, -
7.490.532
10.105.000
, 0
Pemda G
Hentikan 2
0 , -
7.790.963
0 , 0
Tabel 15. Matriks Payoff Interaksi antara Dephut dengan Nelayan
Nelayan N Teruskan 1
Hentikan 2 Teruskan 1
56.590.326
,
-
7.490.532
56.590.326
, 0
Dephut D
Hentikan 2
0 , -
7.790.963
0 , 0
Pada Tabel 13 di atas, yaitu matriks payoff antara Pemerintah Daerah dan Dephut dengan mudah kita dapat menentukan strategi optimal yang bisa
dimainkan oleh kedua pemain, yaitu meneruskan kawasan konservasi. Dengan meneruskan kawasan konservasi kedua pihak akan memperoleh keuntungan,
masing 10.105.000 dan 56.590.326
.
Sementara jika kedua pemain memainkan strategi menghentikan kawasan konservasi maka keduanya tidak akan
mendapatkan keuntungan.
Pada interaksi antara pemerintah daerah dengan nelayan, terlihat bahwa sulit untuk mendapatkan solusi optimum. Jika kedua pihak sama -sama
menggunakan strategi 1 yaitu meneruskan keberadaan kawasan konservasi, maka satu pihak Pemda sementara pihak lain nelayan mendapatkan kerugian.
Sementara jika kedua pihak sama -sama tidak meneruskan keberadaan kawasan konservasi maka kedua pihak tidak ada yang diuntungkan dan tidak ada yang
dirugikan. Namun yang perlu dicatat dalam hal ini bahwasanya kerugian nelayan akibat diteruskannya kawasan konservasi adalah bersifat sementara, jika
masyarakat mempertahankannya kemungkinan besar pada saat-saat berikutnya akan juga diuntungkan. Bahkan apabila kawasan konservasi dihentikan, strategi
yang semula tidak menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi kedua pihak, dapat saja berubah menjadi merugikan. Karena kawasan konservasi dapat kita
ibaratkan sebagai investasi pada masa depan, yang perlu pengorbanan diawal. Hal tersebut juga berlaku pada interaksi antara nelayan dengan Dephut,
apabila kedua pemain memainkan strategi yang sama untuk mneruskan kawasan konservasi maka satu pihak yaitu Dephut diuntungkan sementara pihak lain yaitu
nelayan dirugikan. Namun demikian kerugian ini bisa berarti investasi atau pengorbanan dari nelayan, untuk masa depan lingkungan mereka yang lestari dan
peningkatan tangkapan ikan mereka. Dalam game theory , untuk mendapatkan strategi yang paling baik bagi
semua pihak yang terlibat idealnya dilakukan secara berulang-ulang, mengikuti perkembangan terakhir aktual yang berkembang. Repetitive games akan
mengarah kepada kesimbangan baru yang lebih baik dan menguntungkan semua pihak, dimana para pemain mengalami proses belajar learning by doing untuk
saling percaya personal trust satu sama lain Anwar, 2002a, sehingga akan tercapai suatu kondisi yang disebut Pareto Optimal, yaitu satu gugus set strategi
dimana jika salah satu pemain merubah strateginya, maka suatu kerugian umum global loss akan terjadi
Jika pihak-pihak yang terlibat dapat sering berinteraksi secara berulang- ulang setiap waktu, maka ancaman terhadap strategi mementingkan diri sendiri
yang disebabkan oleh kondisi saling tidak percaya satu dengan lainnya mistrusting each other akan dapat dihindari. Dari permaina n di atas apabila
semua pihak memilih strategi meneruskan kawasan konservasi, namun diantara mereka tidak konsekuen dengan strateginya, dimana aturan-aturan konservasi
dilanggar, maka investasi melalui kawasan konservasi tidak akan menguntungkan atau meningkatkan kesejahteraan mereka. Dalam hal ini suatu kerugian umum
akan muncul, dimana masyarakat nelayan akan semakin sulit menggantungkan hidupnya di perairan Karimunjawa, sementara pemerintah baik Pemda maupun
Dephut menderita kerugian karena harus melakukan upaya rehabilitasi yang membutuhkan biaya besar dan waktu panjang. Kondisi seperti itu tentunya tidak
akan terjadi jika masing-masing pihak sadar bahwa saling bekerjasama akan menghasilkan suatu kondisi yang lebih baik dan menguntungkan bagi kedua
pihak. Kerjasama yang efektif akan terbangun jika masing-masing pihak
memiliki sikap saling percaya. Apabila salah satu pihak berkhianat, misalkan diantara aparat yang semestinya menjadi contohpanutan, kedapatan melanggar
aturan konservasi, semisal ikut menga mbil atau memperjualbelikan biota yang dilindungi ataupun memberikan ijin terhadap jenis usaha atau transaksi yang yang
tidak sesuai dengan kaidah konservasi, maka sikap saling percaya akan hilang. Pihak lain akan melakukan hal yang sama. Kondisi saling tidak percaya inilah
yang akan mengarah kepada kerugian umum yang akan merugikan semua pihak. Kondisi saling percaya ini selain dibangun dengan memperkokoh
komitmen masing-masing pihak dalam melaksanakan aturan-aturan konservasi, juga dengan memberikan pera n yang lebih besar kepada masyarakat lokal. Peran
yang lebih besar kepada masyarakat diantaranya melalui pelibatan yang lebih luas masyarakat dalam pembangunan kawasan khususnya dalam hal pengawasan.
Salah satu sistem pengelolaan yang dipandang bisa lebih melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan di Karimunjawa adalah pengelolaan yang
bersifat kolaborasi. Pengelolaan kolaborasi telah diatur oleh Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19Menhut-II2004 tentang Kolaborasi pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Piahk-pihak yang dapat dilibatkan dalam pengelolaan kolaborasi diantaranya: pemerintah pusat termasuk
kepala UPT KSDATN, pemerintah daerah, kelompok masyarakat setempat, perorangan baik dalam maupun luar negeri, lsm setempat, nasional dan
internasional yang bekerja dibidang konservasi sumberdaya alam hayati, BUMN, BUMD, BUMS, atau perguruan tingilembaga ilmiahlembaga pendidikan.
Untuk membangun kondisi yang mengarah kepada kondisi optimal dimana semua pihak termasuk nelayan lokal mendapat keuntungan, maka diantara
langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: •
Membangun komunikasi yang baik antara semua pihak, terutama pemerintah dan masyarakat nelayan, diantaranya dengan meningkatkan intensitas
penyuluhan dan silaturahmi, sehingga manfaat ekonomi keberadaan Taman Nasional dapat dipahami oleh semua pihak
• Semua pihak konsisten atas aturan-aturan konservasi dengan tidak melakukan
upaya -upaya yang mengganggu kelestarian lingkungan Taman Nasional, sehingga sikap saling percaya dapat terbangun
• Masyarakat dilibatkan lebih luas dalam, diantaranya dengan melibatkan
seluruh stake holder di masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan kegiatan, kegiatan pengelolaan dan pengawasan.
• Setiap kegiatan pengelolaan kawasan dilakukan secara terpadu, baik antar
sektoral, antar instansi, secara spasial, dan disiplin ilmu. Keterpaduan dapat dicapai dengan membangun koordinasi antar pembuat kebijakan dalam setiap
kegiatan pengelolaan. •
Penegakan hukum yang tegas dan tidak pandang bulu terhadap siapa saja yang melanggar aturan konservasi dengan mengganggu kelestarian sumberdaya
alam dan lingkungan Taman Nasional.