Manfaat Ekonomi Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 11. Hasil Analisis LQ Kabupaten Jepara Tahun 1999 dan 2004
Tahun
Lapangan Usaha
1999 2004
Sektor Pertanian - Tan bahan makanan
0,953502 1,01897
- Tan Perkebunan 0,966771
0,98582 - Peternakan
0,988794 1,04564
- Kehutanan 1,078694
0,80188 - Perikanan
1,244179 0,9692
Sektor Pertambangan Penggalian 0,934234
1,07767 Sektor Industri Pengolahan
- Industri BesarSedang 1,205604
1,15193 - Industri KecilRumah Tangga
1,226764 1,15205
Sektor Listrik, gas dan air bersih - Listrik
0,797135 1,14224
- Air Minum 0,732223
1,21089 Sektor Bangunan
0,801653 1,24888
Sektor Perdagangan, Hotel restoran - Perdag. Besar eceran
1,960267 1,87151
- Restoran 2,309442
2,06471 - Hotel
2,102756 1,85462
Sektor Pengangkutan Komunikasi - Pengangkutan
1,070499 0,93075
- Komunikasi 0,680069
1,31242 Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan
dan Jasa Perusahaan - Bank
1,935262 2,58022
- Lembaga Keuangan, Tanpa Bank 1,614169
1,58729 - Sewa Bangunan
1,762646 1,91823
- Jasa Perusahaan 1,972479
1,87876 Sektor Jasa-jasa
- Jasa Pemerintahan 1,005854
1,02899 - Jasa Sosial Kemasyarakatan
1,011257 0,96558
- Jasa Hiburan dan Kebudayaan 0,799868
1,4104 - Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
1,038841 0,97229
Berdasar hasil analisis LQ dari setiap sub sektor yang ada pada PDRB Kabupatn Jepara tahun 1999, ternyata terdapat 15 sub sektor yang merupakan sub
sektor basis karena memiliki nilai LQ lebih dari 1 yaitu sektor pertanian terdapat 2 sub sektor, sektor industri pengolahan 2 sub sektor, sektor perdagangan, hotel
dan restoran 3 sub sektor, sektor pengangkutan dan komunikasi 1 sub sektor, sektor keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan 4 sub sektor dan
sektor jasa-jasa 3 sub sektor. Pada PDRB Tahun 2004, terdapat peningkatan jumlah sub sektor basis, yaitu berjumlah 18 sub sektor.
Yang terjadi pada sub sektor perikanan, nilai LQ pada tahun 1999 adalah diatas 1, yang artinya sub sektor tersebut menjadi salah satu sektor basis
perekonomian, namun pada tahun 2004 sub sektor perikanan memiliki nilai LQ dibawah 1, artinya sub sektor tersebut tidak lagi menjadi salah satu sektor basis di
Kabupaten Jepara. Kenyataan tersebut dapat dikaitkan dengan keberadaan kawasan
konservasi laut Karimunjawa, yang merupakan salah satu penyumbang sumberdaya perikanan, baik secara langsung yang ditangkap di kawasan tersebut
maupun di wilayah sekitarnya. Menjelang awal tahun 2000, di Karimunjawa memang marak penangkapan ikan dengan metode destructive fishing, seperti
penggunaan potasium sianida, dan penggunaan alat tangkap bom ikan, cantrang dan muroami yang dilakukan nelayan-nelayan pendatang. Penggunaan alat-alat
tersebut memang bisa dengan cepat menghasilkan ikan dalam jumlah banyak, namun demikian memberi dampak buruk untuk masa-masa kedepan bagi stok
sumberdaya ikan di kawasan tersebut. Dampak tersebut salah satunya tercermin dari nilai LQ pada tahun 2004
yang kurang dari 1, sementara pada tahun 1999 sub sektor perikanan masih merupakan salah satu sub sektor basis bagi perekonomian wilayah Kabupaten
Jepara. Dalam hal ini dampak positif keberadaan kawasan konservasi laut Taman Nasional Karimunjawa bagi perekonomian wilayah Kabupaten Jepara memang
belum bisa diperlihatkan dalam data PDRB yang ada, hal ini memang sesuai dengan prinsip kawasan konservasi laut yang bersifat investasi untuk masa depan,
dimana manfaat ekonomi akan didapatkan dalam jangka panjang seiring dengan semakin baiknya manajemen pengelolaan dan kondisi lingkungan di kawasan
tersebut.