Sebelum adanya Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas, perjanjian- perjanjian Internasional tentang Hak Asasi Manusia tidak komprehensif
membahas perlindungan hak-hak penyandang diabilitas; dan para penyandang disabilitas kurang dapat memanfaatkan berbagai mekanisme perlindungan di
bawah perjanjian-perjanjian internasional tersebut. Penerapan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas sebagai perlindungan HAM yang baru bagi penyandang
disabilitas dan pemantauan mekanismenya harus secara signifikan dapat meningkatkan perlindungan bagi Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
66
Penyandang disabilitas masih dipandang sebagai obyek kesejahteraan atau objek perawatan medis, daripada pemegang hak. Keputusan untuk menambah
Instrumen Universal Hak Asasi Manusia khusus untuk para penyandang disabilitas adalah karena fakta bahwa, meskipun secara teoritis mereka berhak atas
semua Hak Asasi Manusia, dalam prakteknya penyandang disabilitas masih membantah hak-hak dasar dan kebebasan dasar yang ingin diberikan oleh orang
lain kepada mereka. Pada intinya, Konvensi memastikan bahwa para penyandang disabilitas menikmati hak asasi yang sama seperti orang lain dan mampu
menjalani kehidupan mereka sebagai warga negara, yang dapat memberikan
B. Mengenai Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas
1. Tujuan Konvensi
66
United Nations, op.cit., hlm. 10-11.
kontribusi yang berharga bagi masyarakat jika diberi kesempatan yang sama seperti lain.
Tujuan Convention on the Rights of Persons with Disabilities CPRD Konvensi tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas disebutkan pada Pasal 1
Konvensi, yaitu : “The purpose of the present Convention is to promote, protect and ensure
the full and equal enjoyment of all human rights and fundamental freedoms by all persons with disabilities, and to promote respect for their inherent
dignity” Tujuan Konvensi ini adalah untuk memajukan, melindungi dan menjamin
penikmatan penuh dan setara semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental oleh semua penyandang disabilitas, dan untuk meningkatkan
penghormatan atas martabat yang melekat pada mereka. Dilihat dari tujuannya tersebut, konvensi ini tidak hanya untuk memajukan,
melindungi dan menjamin penyandang disabilitas untuk menikmati hak-hak asasi manusia dan kebebasan fundamental yang juga dapat dinikmati orang yang bukan
disabel, tetapi lebih jauh dari itu mereka harus dapat menikmatinya secara penuh dan tanpa diskriminasi yang didasarkan disabilitas. Selain itu, konvensi ini juga
bertujuan untuk meningkatkan penghormatan terhadap harkat dan martabat insani yang melekat pada setiap diri manusia tanpa pandang bulu. Dari kedua tujuan
tersebut terlihat bahwa konvensi ini ingin menegaskan kembali bahwa penyandang disabilitas mempunyai hak-hak asasi dan martabat yang harus dapat
dinimatinya secara penuh dan tanpa diskriminasi yang didasarkan pada disabilitas.
67
Konvensi ini juga memastikan bahwa penyandang diabilitas diakui di depan hukum. Konvensi melarang penyiksaan, eksploitasi, kekerasan, dan penganiayaan,
dan melindungi kehidupan, kebebasan dan keamanan para penyandang disabilitas, kebebasan berekspresi dan menghormati privasi mereka. Penyandang disabilitas
harus bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan martabat manusia, bebas dari eksploitasi, kekerasan dan perlakuan
semena-mena, serta memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain. Termasuk
di dalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial dalam 2.
Ruang Lingkup Konvensi Konvensi ini mendukung dan melindungi hak asasi dari penyandang
disabilitas dalam bidang ekonomi, sosial, politik, hukum, dan kebudayaan. Hal ini disebut sebagai perlakuan non-diskriminatif dan persamaan akses terhadap hukum
di lembaga hukum, dalam menjalankan hidup mandiri dan dalam suatu komunitas, dalam melakukan tugas administratif, perlakuan yang diperoleh di pengadilan dan
kepolisian, dalam pendidikan, dalam perawatan kesehatan, di tempat kerja, dalam kehidupan keluarga, dalam kebudayaan dan aktivitas olah raga, dan saat
berpartisipasi dalam dunia publik dan politik.
67
Rahayu Repindowaty Harahap dan Bustanuddin, 2015, “Perlindungan Hukum Terhadap Penyandang Disabilitas Menurut CRPD”, Jurnal Inovatif, Volume VIII, Nomor I Januari 2015,
hlm. 21.
rangka kemandirian, serta dalam keadaan darurat. Negara harus memastikan adanya perlindungan dan pemberdayaan sehingga mereka dapat melaksanakan
dan menikmati hak - hak dasarnya secara penuh tanpa rasa takut.
68
Pendekatan yang dilakukan oleh Konvensi juga memberi gambaran mengenai dampak signifikan yang dialami oleh penyandang disabilitas, yaitu
sikap dan hambatan dari lingkungan masyarakat, dalam penikmatan hak asasi penyandang disabilitas. Dengan kata lain, seseorang yang menggunakan kursi
roda mungkin akan mengalami kesulitan dalam transportasi publik atau kesulitan 3.
Pengertian Disabilitas dalam Konvensi Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas Convention On The Rights Of
Person With Disabilities tidak secara eksplisit menjabarkan mengenai disabilitas. Pembukaan Konvensi menyatakan : “Penyandang disabilitas termasuk mereka
yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama di mana ketika berhadapan dengan berbagai hambatan, hal ini dapat
menghalangi partisipasi penuh dan efektif mereka dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan dengan yang lainnya.”
Pengakuan atas “disabilitas” menunjukkan fakta bahwa masyarakat dan pendapat mereka tidak statis. Oleh karena itu, Konvensi tidak memaksakan
gambaran yang kaku mengenai “disabilitas”, melainkan memberi asumsi yang dinamis yang memungkinkan adaptasi yang terus menerus dalam tata cara sosial-
ekonomi yang berbeda-beda.
68
Ibid., hlm. 23.
mendapatkan pekerjaan, bukan karena kondisnya, tapi karena hambatan-hambatan lingkungan, misalnya bis atau tangga yang tidak bisa mereka akses sehingga
menghalangi akses mereka ke tempat kerja. Demikian pula, seorang anak yang memiliki keterbatasan intelektual mungkin memiliki kesulitan di sekolah karena
sikap guru terhadap dirinya atau papan tulis sekolah yang tidak fleksibel. Adalah hal yang penting untuk mengubah sikap-sikap dan lingkungan yang menyulitkan
para penyandang disabilitas untuk dapat berpartisipasi secara penuh dalam lingkungan masyarakat.
69
Prinsip-prinsip umum Konvensi memberikan pedoman kepada Negara dan subjek hukum internasional lainnya untuk menafsirkan dan mengimplementasikan
Konvensi. Terdapat delapan prinsip umum yang ada dalam Konvensi, yaitu 4.
Prinsip-Prinsip Umum dalam Konvensi
70
a. Penghormatan pada martabat yang melekat, otonomi individu; termasuk
kebebasan untuk menentukan pilihan, dan kemerdekaan perseorangan; :
b. Nondiskriminasi ;
c. Partisipasi penuh dan efektif dan keikutsertaan dalam masyarakat;
d. Penghormatan pada perbedaan dan penerimaan penyandang disabilitas
sebagai bagian dari keragaman manusia dan kemanusiaan; e.
Kesetaraan kesempatan; f.
Aksesibilitas; g.
Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan;
69
United Nations, op.cit., hlm. 13
70
Pasal 3 CRPD
h. Penghormatan atas kapasitas yang terus berkembang dari penyandang
disabilitas anak dan penghormatan pada hak penyandang disabilitas anak untuk mempertahankan identitas mereka.
Prinsip non-diskriminasi adalah landasan hukum Hak Asasi Manusia dan prinsip yang termasuk dalam semua perjanjian Hak Asasi Manusia lainnya.
Diskriminasi atas dasar disabilitas didefinisikan dalam Konvensi sebagai : “setiap pembedaan, pengecualian, atau pembatasan atas dasar disabilitas yang bermaksud
atau berdampak membatasi atau meniadakan pengakuan, penikmatan atau pelaksanaan, atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya terhadap semua Hak
Asasi Manusia dan kebebasan fundamental dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, sipil atau lainnya. Hal ini mencakup semua bentuk diskriminasi,
termasuk penolakan atas pemberian akomodasi yang beralasan.”
71
“Akomodasi yang beralasan” berarti modifikasi dan penyesuaian yang perlu dan sesuai, dengan tidak memberikan beban tambahan yang tidak proporsional
atau tidak semestinya, apabila diperlukan dalam kasus tertentu, guna menjamin Negara harus menghentikan diskriminasi baik dalam bidang hukum, seperti
diskriminasi yang terdapat dalam undang-undang, dan diskriminasi dalam praktek, misalnya diskriminasi yang terjadi di tempat kerja. Namun, negara
diperkenankan untuk melakukan diskriminasi apabila diperlukan untuk memastikan orang dengan disabel atau tanpa disabel memiliki kesempatan yang
sama.
71
Pasal 2 CRPD
penikmatan atau pelaksanaan semua hak asasi manusia dan kebebasan fundamental penyandang disabilitas berdasarkan kesetaraan dengan yang
lainnya.
72
Mengingat prinsip ini, maka seorang individu disabel dapat mendesak Negara dan melalui negara, subjek hukum lain, termasuk sektor swasta, untuk
wajib mengambil langkah-langkah untuk menyediakan fasilitas khusus berdasarkan situasi tertentu yang dimilikinya, asalkan tidak membebani.
73
Prinsip aksesibilitas bertujuan agar penyandang disabilitas mampu hidup secara mandiri dan berpartisipasi secara penuh dalam semua aspek kehidupan,
Negara-Negara Pihak harus mengambil kebijakan yang sesuai untuk menjamin akses bagi penyandang disabilitas, atas dasar kesetaraan dengan yang lainnya,
terhadap lingkungan fisik, transportasi, informasi, dan komunikasi, termasuk teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, serta terhadap fasilitas dan
layanan lainnya yang terbuka atau tersedia untuk publik, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
74
a. Gedung, jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam dan luar ruang
lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja; Kebijakan-kebijakan ini, yang harus meliputi identifikasi dan penghapusan
kendala serta halangan terhadap aksesibilitas, harus diterapkan pada, antara lain:
b. Informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk layanan elektronik
dan layanan gawat darurat.
72
Ibid.
73
United Nations, op.cit., hlm. 14
74
Pasal 9 CRPD
Negara-Negara Pihak harus juga mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat untuk:
a. Mengembangkan, menyebarluaskan, dan memantau pelaksanaan standar
minimum dan panduan untuk aksesibilitas terhadap fasilitas dan layanan yang terbuka atau tersedia untuk publik;
b. Menjamin bahwa sektor swasta yang menawarkan fasilitas dan layanan
yang terbuka atau tersedia untuk publik mempertimbangkan seluruh aspek aksesibilitas bagi penyandang disabilitas;
c. Menyelenggarakan pelatihan bagi pemangku kepentingan tentang
masalah aksesibilitas yang dihadapi oleh penyandang disabilitas; d.
Menyediakan di dalam gedung dan fasilitas lain yang terbuka untuk publik, tanda-tanda dalam huruf Braille dan dalam bentuk yang mudah
dibaca dan dipahami; e.
Menyediakan bentuk-bentuk bantuan langsung dan perantara, termasuk pemandu, pembaca, dan penerjemah bahasa isyarat profesional, untuk
memfasilitasi aksesibilitas terhadap gedung dan fasilitas lain yang terbuka untuk publik;
f. Meningkatkan bentuk bantuan dan dukungan lain yang sesuai bagi
penyandang disabilitas untuk menjamin akses mereka terhadap informasi.
75
75
Ibid.
C. Kewajiban Negara Pihak Konvensi