dan ketentuan PBB tentang proses ratifikasi, Indonesia tercatat di PBB sebagai negara ke 107 yang meratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas pada
tanggal 30 November 2011.
99
Sebagai negara pihak, Indonesia berkewajiban melaksanakan isi Konvensi serta memelihara, memperkuat, menunjuk atau membentuk dalam wilayah Negara
Indonesia, suatu kerangka kerja, termasuk satu atau lebih mekanisme independen, sebagaimana diperlukan, untuk memajukan, melindungi dan mengawasi
implementasi dari Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas.
100
Sebelum lahirnya Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas Tahun 2006, di Indonesia telah banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk
memenuhi atau melindungi hak asasi penyandang disabilitas, misalnya dalam hal ketenagakerjaan, transportasi, peran politik, dan beberapa lagi sektor lainnya.
Namun disayangkan bahwa peraturan perundangan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum untuk membuat efek jera kepada pelanggarnya. Setelah lahirnya
Dapat diartikan bahwa Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas telah mengikat secara hukum,
baik secara nasional maupun internasional terhadap Indonesia.
D. Perlindungan Hukum Penyandang Disabilitas Menurut Hukum
Nasional Indonesia
99
Eva Rahmi Kasim, “Kronologis Upaya Ratifikasi The Convention On The Rights Of Persons With Disabilities Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas di Indonesia”, didownload
dari https:www.academia.edu4728310kronologis_upaya_ratifikasi_the_convention_on_the_rights_o
f_persons_with_disabilities_konvensi_hak- hak_penyandang_disabilitas_di_indonesia_oleh_eva_rahmi_kasim_ pada 16 april 2015 pukul
01.15
100
Pasal 33 CRPD
Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas Tahun 2006, Indonesia belum mengeluarkan peraturan perundang-undangan lain mengenai penyandang
disabilitas selain undang-undang pengesahan Konvensi ini. Berikut ini merupakan perbandingan antara ketentuan peraturan perundang-
undangan yang telah ada di Indonesia sebelum lahirnya Konvensi terkait penyandang disabilitas dengan Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas
Convention on the Rights of Person with Disabilities sebagaimana telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2011
101
No
:
Tabel Nomor 1 tentang Perbandingan Hak-Hak Penyandang Disabilitas dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas
dengan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia
Konvensi Hak-Hak Penyandang
Disabilitas Undang-Undang Indonesia
1. Pasal 5 :
Negara menjamin kesetaraan perlindungan hukum bagi setiap
orang dan melarang segala bentuk diskriminasi atas dasar disabilitas.
UU No. 4 Tahun 1997 Pasal 9 : Setiap penyandang cacat mempunyai
kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
2. Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
Pasal 6 : Negara memberikan jaminan atas
perolehan segala hak asasi perempuan dan anakdifabel
penyandang disabilitas dan kebebasan fundamental mereka
secara penuh dan setara.
3. Pasal 7 :
UU No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 ayat
101
Eko Riyadi, at.al., 2012, Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya, Yogyakarta, PUSHAM UII, hlm. 284-292
Negara menjamin pemenuhan hak anakdifabel penyandang
disabilitas atas dasar kesetaraan dengan anak-anak lain
2 : Selain hak anak sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1, khusus bagi anak yang menyandang cacat
juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang
memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi,
bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Pasal 12 :
4. Negara pihak menjamin upaya
kesadaran masyarakat, penghilangan
stereotype, dan meningkatkan kapabilitas difabel
penyandang disabilitas. Pasal 8 :
Masyarakat melakukan pembinaan melalui berbagai kegiatan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Masyarakat
mempunyai kesempatan yang seluas- luasnya untuk berperan dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat.
UU No. 4 Tahun 1997 :
5. Negara menjamin terpenuhinya
aksesibilitas fisik, transportasi, informasi dan komunikasi,
termasuk teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, serta
fasilitas dan pelayanan lainnya yang terbuka atau disediakan bagi
difabel penyandang disabilitas Pasal 9 :
Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 meliputi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang
cacat dan lanjut usia. UU No. 28 TAHUN 2002 [Pasal 27
ayat 2] :
1 Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat
dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat 2
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah
tinggal. Pasal 31 :
2 Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1, termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan
fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya.
UU No. 22 Tahun 2009 [Pasal 25
ayat 1 Setiap jalan yang digunakan untuk
lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:
huruf g] :
g. fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan
penyandang cacat;
Fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan
angkutan jalan meliputi: Pasal 45 ayat 1 huruf e :
e. fasilitas khusus bagi penyandang cacat
dan manusia usia lanjut.
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dilakukan dengan: Pasal 93 ayat 2 huruf c :
c. pemberian kemudahan bagi penyandang cacat
Surat Izin Mengemudi untuk Kendaraan Bermotor perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat 2 huruf a digolongkan
menjadi: Pasal 80 huruf e :
e. Surat Izin Mengemudi D berlaku untuk mengemudikan kendaraan
khusus bagi penyandang cacat.
Pejalan Kaki penyandang cacat harus mengenakan tanda khusus yang jelas
dan mudah dikenali Pengguna Jalan lain.
Pasal 132 ayat 3 :
Pemerintah, Pemerintah Daerah, danatau Perusahaan Angkutan
Umum wajib memberikan perlakuan khusus di bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-
anak, wanita hamil, dan orang sakit. Perlakuan khusus sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 meliputi: aksesibilitas; prioritas pelayanan; dan
Pasal 242 :
fasilitas pelayanan Perusahaan Angkutan Umum yang
tidak memenuhi kewajiban menyediakan sarana dan prasarana
pelayanan kepada penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak,
wanita hamil, dan orang sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal
242 ayat 1 dapat dikenai sanksi administratif berupa:
Pasal 244 ayat 2 :
a. peringatan tertulis; b. denda administratif;
c. pembekuan izin; danatau d. pencabutan izin.
6. Pemerintah menjamin hak hidup
bagi penyandang disabilitas. Pasal 10 :
Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
UU No. 4 Tahun 1997 Pasal 5 :
7. Negara menjamin perlindungan
dan keamanan bagi difabel penyandang disabilitas dalam
situasi beresiko, termasuk situasi- situasi konflik bersenjata, darurat
kemanusiaan, dan terjadinya bencana alam.
Pasal 11 : Perlindungan terhadap kelompok
rentan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf e dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan,
dan psikososial. UU No. 24 tahun 2007 Pasal 55 :
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri atas:
c. penyandang cacat
8. Negara pihak harus menjamin
perlindungan hukum bagi difabel penyandang disabilitas atas
dasar kesetaraan. Pasal 12 :
Belum ada peraturan perundang- undangan yang secara khusus
mengatur hal tersebut.
9. Negara menjamin akses peradilan
bagi difabel penyandang disabilitas berdasarkan
kesetaraan. Pasal 13 :
Belum ada peraturan perundang- undangan yang secara khusus
mengatur hal tersebut.
10. Negara menjamin kebebasan dan
keamanan para difabel penyandang disabilitas dari
Pasal 14 : Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
perampasan kebebasannya.
11. Negara menjamin para difabel
penyandang disabilitas untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi,
atau merendahkan martabat. Pasal 15 :
Belum ada peraturan perundang- undangan yang secara khusus
mengatur hal tersebut.
12. Negara melindungi kebebasan
difabel penyandang disabilitas dari eksploitasi, kekerasan, dan
penganiayaan. Pasal 16 :
Belum ada peraturan perundang- undangan yang secara khusus
mengatur hal tersebut.
13. Negara melindungi integritas fisik
dan mental difabel penyandang disabilitas atas dasar kesetaraan.
Pasal 17 : Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
14. Negara menjamin bagi paradifabel
penyandang disabilitas untuk mendapatkan kebebasan mobilitas
memiliki tempat tinggal, dan memiliki kebangsaan mereka.
Pasal 18 : Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
15. Negara menjamin hak individu
para difabel penyandang disabilitas dan keterlibatannya
dalam masyarakat serta menjunjung nilai-nilai
kemandirian. Pasal 19 :
Kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan dilaksanakan melalui penyediaan
aksesibilitas. Penyediaan aksesibilitas dimaksudkan untuk
menciptakan keadaan dan lingkungan yang lebih menunjang
penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat.
UU No. 4 tahun 1997 Pasal 10 :
16. Negara
menjamin kebebasan mobilitas bagi difabel
penyandang disabilitas untuk tercapainya kemandirian mereka.
Pasal 20 : Kesamaan kesempatan bagi
penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan
dilaksanakan melalui penyediaan aksesibilitas. Penyediaan
aksesibilitas dimaksudkan untuk menciptakan keadaan dan
lingkungan yang lebih menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya
hidup bermasyarakat. UU No. 4 tahun 1997 Pasal 10 :
17. Belum ada peraturan perundang-
Pasal 21 :
Negara menjamin hak difabel penyandang disabilitas dalam
kebebasan berkspresi dan
berpendapat, serta akses terhadap informasi.
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
18. Negara menjamin penghormatan
terhadap privasi difabel penyandang disabilitas.
Pasal 22: Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
19. Negara menjamin penghapusan
diskriminasi terhadap difabel penyandang disabilitas yang
berkaitan dengan perkawinan, keluarga, status orangtua dan
hubungan personal atas dasar kesetaraan.
Pasal 23: Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
20. Negara menjamin pemenuhan hak
memperoleh layanan pendidikan yang layak bagi difabel
penyandang disabilitas secara inklusif di semua jenis, jenjang,
dan jalur pendidikan. Pasal 24 :
Setiap penyandang cacat berhak memperoleh pendidikan pada semua
satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
UU No. 4 Tahun 1997 Pasal 6 :
Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk
mendapatkan pendidikan pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kelainannya.
Pasal 11:
Setiap lembaga pendidikan memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama kepada penyandang cacat sebagai peserta
didik pada satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan sesuai dengan
jenis dan derajat kelainan serta kemampuannya.
Pasal 12 :
Setiap warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau
berkelainan intelektual berhak memperoleh perawatan, pendidikan,
pelatihan dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupan yang layak sesuai dengan UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 42 :
martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan
kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual, danatau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
UU No. 20 Tahun 2003 [Pasal 5 ayat 2]:
Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, danatau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Selain hak anak
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, khusus bagi anak cacat juga
berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang
memiliki keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.
Pasal 32:
Anak cacat fisik danatau mental diberikan kesempatan yang sama dan
aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar
biasa. Pasal 51 :
21. Pasal 25
Negara menjamin hak difabel penyandang disabilitas untuk
menikmati pelayanan kesehatan yang setinggi mungkin dapat
dicapai tanpa diskriminasi atas dasar disabilitas.
Upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan
untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial,
ekonomis, dan bermartabat. Pemerintah wajib menjamin
ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi
penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara
sosial dan ekonomis. UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 139 :
22. Negara menjamin perolehan
Pasal 26 : Pemerintah danatau masyarakat
UU No. 4 tahun 1997 Pasal 16 :
habilitasi dan rehabilitasi difabel penyandang disabilitas dalam
hal kesehatan, pekerjaan, pendidikan, dan pelayanan sosial.
menyelenggarakan upaya : rehabilitasi; bantuan sosial;
pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
Rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali dan
mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial penyandang cacat
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan
bakat, kemampuan, pendidikan, dan pengalaman.
Pasal 17 :
23. Negara menjamin pemenuhan hak
difabel penyandang disabilitas untuk memperoleh pekerjaan yang
layak. Pasal 27 :
Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya. UU No. 4 Tahun 1997 Pasal 13 :
Perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan
perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan
mempekerjakan penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan jenis
dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya, yang jumlahnya
disesuaikan dengan jumlah karyawan danatau kualifikasi perusahaan.
Pasal 14 :
24. Pasal 28
Negara menjamin tercapainya standar kehidupan dan jaminan
social yang layak bagi difabel penyandang disabilitas.
Setiap penyandang cacat berhak memperoleh :
UU No. 4 tahun 1997 Pasal 6 :
5. rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
sosial; dan 6. hak yang sama untuk
menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan
sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat.
25. Negara menjamin kesetaraan hak
difabel penyandang disabilitas dalam peran serta berkehidupan
Pasal 29: Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau
yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya di
UU No. 23 Tahun 2003 Pasal 50 :
politik. TPS dapat dibantu oleh petugas
KPPS atau orang lain atas permintaan pemilih. Petugas KPPS
atau orang lain yang membantu pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 wajib merahasiakan pilihan pemilih yang dibantunya.
TPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditentukan lokasinya di
tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang cacat,
serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya secara
langsung, bebas, dan rahasia. Pasal 51 ayat 2 :
26. Negara menjamin kesetaraan hak
bagi difabel penyandang disabilitas dalam peran serta
kehidupan berbudaya, rekreasi, pemanfaatan waktu luang, dan
olah raga. Pasal 30:
Belum ada peraturan perundang- undangan yang secara khusus
mengatur hal tersebut.
27. Negara menjamin pencatatan
difabel penyandang disabilitas dalam statistik dan penelitian
untuk penyusunan program penguatan bagi
Pasal 31 :
mereka. Belum ada peraturan perundang-
undangan yang secara khusus mengatur hal tersebut.
Sumber : Eko Riyadi, at.al., 2012, Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya, Yogyakarta, PUSHAM UII, hlm. 284-292
Berdasarkan tabel perbandingan di atas, terlihat bahwa Indonesia telah memasukkan perlindungan hak-hak penyandang disabilitas dalam peraturan
perundang-undangan nasional sebelum Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas lahir, yaitu : hak persamaan di depan hukum tanpa diskriminasi yang
sesuai dengan Pasal 5 Konvensi, hak penyandang disabilitas anak yang sesuai
dengan pasal 7 Konvensi, upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang disabilitas yang sesuai dengan pasal 8 Konvensi, penyediaan fasilitas dan
aksesibilitas yang sesuai dengan pasal 9 Konvensi, hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupanyang sesuai dengan pasal 10 Konvensi,
prioritas kepada kelompok rentan yang sesuai dengan pasal 11 Konvensi, menunjang penyandang cacat dapat sepenuhnya hidup bermasyarakat yang sesuai
dengan pasal 19 dan 20 Konvensi, hak memperoleh pendidikan yang sesuai dengan pasal 24 Konvensi, jaminan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan Pasal 25 Konvensi, pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial yang sesuai dengan Pasal 26 Konvensi, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan
bagi penyandang disabilitas yang sesuai dengan Pasal 27 Konvensi, dan kesetaraan hak dalam peran serta berkehidupan politik bagi penyandang
disabilitas yang sesuai dengan pasal 29 Konvensi. Meski belum semua hak dalam Konvensi termuat dalam peraturan
perundang-undangan nasional Indonesia, namun dengan ratifikasi Konvensi Hak- Hak Penyandang Disabilitas menunjukkan komitmen dan keinginan Indonesia
untuk menghormati, melindungi, memenuhi, dan memajukan hak-hak penyandang disabilitas di Indonesia.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan