b.jika perusahaan berproduksi, output-nya harus tetap diterapkan pada titik di mana MC = MR.
Jika perusahaan memproduksi dengan MC = MR, ia mencapai ekuilibrium karena bagi perusahaan monopoli MR lebih kecil dari pada harga, maka jika
MR = MC, keduanya lebih kecil dari pada harga. Hubungan antara elastisitas dan penerimaan revenue mempunyai implikasi
yang menarik bagi ekuilibrium perusahaan monopol. Karena MC selalu lebih besar dari pada nol, maka monopolis yang memaksimumkan keuntungan
yang beroperasi dengan MR = MC akan selalu memproduksi dimana MR adalah positif, artinya, dimana permintaan adalah elastis. Jika perusahaan
beroperasi bila permintaan adalah inelastis, dia dapat menurunkan outputnya, dengan demikian menaikkan TR-nya dan menurunkan TC-nya. Jadi
monopolis yang memaksimumkan keuntungan tidak akan mendorong push penjualan kedalam ‘range’ dimana kurva permintaan adalah inelastic.
Output yang memaksimumkan keuntungan profit maximizing output adalah qo, dimana MR =MC, harga = p0, yang lebih besar dari pada MC pada output
tersebut. peratran bagi memaksimumkan keuntungan menghendaki MR = MC, dan p lebih besar dari pada AVC . adanya keuntungan ditentukan oleh
kedudukan kurva ATC.
3. EKUILIBRIUM MONOPOLI JANGKA PANJANG
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
Jika perusahaan monopoli menanggung rugi dalam jangka pendek, ia akn terus beroprasi selama ia dapat menutup biaya variabelnya. Tetapi dalam
jangka panjang ia akan meninggalkan industri akan tutup usaha kecuali jika ia dapat menemukan skala operasi a scale of operation yang dapat
menutup seluruh ‘oportunity cost’nya. Jika perusahaan monopoli mendapat keuntngan, perusahaan-perusahaan
lain ingin masuk industri tersebut, dan perusahaan yang ada berhenti menjadi monopolis.
4. PEMAKSIMUMAN KEUNTUNGAN DALAM MONOPOLI
Sifat umum dari permintaan barang-barang yaitu ; makin tinggi harga sesuatu barang, makin sedikit jumlah yang diminta. Permintaan ke atas produksi
monopoli tidak menyimpang dari sifat umum ini. Permintaan yang dihadapi oleh monopoli adalah berbeda dengan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dalam
persaingan sempurna. Sebagai akibatnya dalam monopoli, harga selalu lebih tinggi dan hasil penjualan marginal.
Kesimpulan yang dapat diambil, apabila harga barang menjadi semakin menurun pada waktu jumlah produksi semakin meningkat, maka:
• Hasil penjualan total akan mengalami pertambahan, tetapi pertambahan
itu semakin berkurang apabila poduksi bertambah banyak. Setelah mencapai satu tingkat produksi tertentu pertambahannya akan menjadi
negatif.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
• Pada umumnya hasil penjualan marginal nilainya adalah lebih rendah
daripada harga. Hanya pada waktu produksi mencapai satu unit hasil penjualan marginal = harga.
Jumlah output yang ditawarkan oleh pengusaha tergantung dari titik optimum usahanya. Keputusan untuk menetapkan output dan harga pada pasar
monopoli padda dasarnya sama seperti pada pasar persaingan sempurna. Kurva penerimaan total TR pada monopoli berbentuk U terbalik. Hal ini disebabkan
oleh sifat permintaan yang dihadapi oleh monopoli, yaitu jika harga diturunkan maka permintaan akan naik, dan sebaliknya jika harga dinaikkan maka
permintaan akan turun. Maksimum laba dicapai pada saat kemiringan kurva TR sama dengan
kemiringan kurva biaya total jangka pendek SRTC. Padahal, kemiringan TR berarti MR dan kemiringan TC jangka pendek berarti SRMC short run marjinal
cost. Sehingga laba maksimum dicapai jika MR=SRMC.
P
SRTC
TR R
0 Q
1
Q Gambar 7 Maksimisasi Laba Monopoli
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
Pada saat laba maksimum, maka output sebanyak Q
1
dan harga ekuilibrium tentunya ditentukan dari kurva permintaannya. Output sebanyak Q
1
tersebut ditentukan oleh titik potomg antara kurva marjinal Revenue MR dan kurva short run marjinal cost SRMC.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
SRMC SRAC
P
A C
B
D MR
0 Q
1
Q P
1
Gambar 8 Penentuan Output dan Harga
Pada gambar diatas, besnya laba adalah selisih antara penerimaan total TR dengan biaya total TC, yaitu:
TR = P x Q TR = 0P
1
x 0Q
1
= 0P
1
AQ
1
TC = AC x Q TC = 0C x 0Q
1
= 0CBQ
1
Jadi, laba bersih sebesar 0P
1
AQ
1
dikurangi 0CBQ
1
= CP
1
AB. Atau sama dengan laba per unit CP
1
kali jumlah output 0Q
1
= CP
1
AB. Dengan memahami analisis yang sudah ada, maka dimungkinkan sekali
orang mempunyai pandangan yang salah mengenai tingkah laku monopolis, yaitu:
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
Pertama, bahwa monopolis selalu memperoleh keuntungan dengan
adanya kenaikan harga. Seorang monopolis, paling sedikit harus memperoleh hasil investasi yang normal normal return on investment dalam jangka panjang.
Tetapi dalam jangka pendek ia pasti dapat menderita kerugian asal saja ia dapat menutup biaya variabel maka ia dapat melanjutkan usahanya.
Kedua, bahwa kenaikan harga akan selalu menguntungkan monopoli.
Kita asumsikan bahwa monopolis berusaha memaksimumkan laba. Oleh sebab itu, jika monopolis menaikkan harga maka penerimaan totalnya akan menurun.
Hal ini terjadi karena untuk memaksimumkan laba, maka MR harus sama dengan MC. Biaya marjinal MC harus selalu positif, sebab biaya marjinal itu
merupakan perubahan dalam biaya total, dan biaya total akan selalu naik jika output diperluas. Penerimaan marjinal yang positif berarti menunjukkan bahwa
permintaannya bersifat elastis, maka kenaikan harga akan menyebabkan turunnya penerimaan total. Pandangan yang salah bahwa kenaikan harga selalu
menguntungkan monopolis adalah jika permintaan yang dihadapi monopolis bersifat inelastis sempurna.
Ketiga, pandangan yang salah mengenai monopolis adalah bahwa ia
akan memproduksi pada tingkat output yang optimum dsan dalam ukuran pabrik yang optimum. Dalam jangka panjang, monopolis tidak perlu mendapat laba
murni, tetapi hanya hasil investasi normal normal return on investment. Agar monopolis mencapai laba maksimum dalam jangka panjang, maka ia harus
memproduksi output dengan menyamakan antara MR dan LRMC, kemudian ia menyesuaikan ukuran pabriknya. Maka harga jual di pasar dapat ditentukan.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
Keputusan mengenai harga dan output dalam monopoli murni diambil dengan cara yang sama seperti dalam persaingan murni. Yakni monopolis ingin
memaksimumkan perbedaan antara pendaoatan total dan biaya total dalam jangka panjang, asal saja perbedaan itu lebih besar dari atau sama dengan nol.
Dalam jangka pendek para monopolis sekali lagi ingin memaksimumkan perbedaan antara pendapatan total dan biaya total, asal saja biaya variabel
dapat ditutup.
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
Satia Negara Lubis : Teori Pasar I : Pasar Monopoli, 2006
USU Repository © 2007
IV. DISKRIMINASI HARGA