Metode Penyusunan Instrumen Penelitian

29 Langkah ini dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal. Dengan demikian akan diperoleh soal-soal yang memenuhi kualitas yang disyaratkan dalam penyusunan perangkat tes untuk diujikan pada kelompok perlakuan.

D. Metode Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah berbagai rancangan pembelajaran yang berupa silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar dan tes hasil belajar. Sebelum mengadakan pembelajaran maka harus dipersiapkan rancangan pembelajaran yang dituangkan dalam silabus, rencana pembelajaran dan dijabarkan dalam bahan ajar. Berbagai rancangan pembelajaran yang disusun peneliti disesuaikan dengan kurikulum 2004 dan dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran. Bahan ajar pembelajaran yang peneliti gunakan adalah bahan ajar pembelajaran bervisi SETS yang dilengkapi dengan pengetahuan lainnya yang bersumber dari buku- buku, surat kabar, media masa maupun media elektronik. Prosedur validasi silabus, rencana pembelajaran dan bahan ajar adalah dengan mengkonsultasikannya dengan ahlipakar di bidangnya expert validity. Salah satu pakar tersebut adalah dosen pembimbing. Apabila sudah disetujui oleh dosen pembimbing maka instrumen tersebut dapat digunakan. Materi tes yang digunakan dalam penelitian berupa soal-soal obyektif yang berbentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya satu jawaban yang benar. Sebelum seperangkat tes dipakai dalam pengambilan data, maka diujicobakan dulu kepada siswa di luar sampel. Maksud uji coba tes adalah mengetahui kualitas tiap item soal. Hasil uji coba dianalisis untuk mengetahui 30 instrumen itu memenuhi syarat atau tidak untuk digunakan sebagai alat ukur hasil belajar. Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen tes adalah: 1. Penyusunan tabel spesifikasi kisi-kisi soal 2. Penulisan butir-butir soal atau penyusunan perangkat tes 3. Penyuntingan instrumen disertai pedoman mengerjakan dan kunci jawaban 4. Uji coba instrumen 5. Analisis item yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. 6. Merevisi atau memilih item yang akan digunakan Perangkat tes perlu diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa di luar sampel untuk mengetahui mutu perangkat tes yang telah dibuat. Tes uji coba dilakukan pada siswa di luar sampel penelitian untuk menghindari biasnya hasil penelitian. Hasil dari uji coba kemudian dianalisis dan siap digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dari kelompok perlakuan. Suatu tes dapat dikatakan baik sebagai alat ukur hasil belajar apabila memenuhi kualitas persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda. Berdasarkan data hasil tes uji coba perangkat tes kemudian dihitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda sebagai berikut: 1. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu 31 mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat Arikunto, 2002b: 145. Validitas dalam penelitian ini ada dua macam yaitu validitas isi soal dan validitas butir. a. Validitas isi soal Untuk memenuhi validitas isi soal sebelum instrumen disusun, peneliti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu berdasarkan kurikulum yang berlaku. b. Validitas butir soal Untuk mengukur validitas butir digunakan rumus korelasi biserial yaitu: r pbis = St Mt - Mp q p Keterangan: r pbis = koefisien korelasi biserial Mp = rata-rata skor total yang menjawab benar Mt = rata-rata skor total St = Standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir q = proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir Arikunto, 2000a: 79. Harga r pbis yang diperoleh pada tiap-tiap butir soal dikonsultasikan dengan tabel nilai r point biserial dengan taraf signifikan 5 dan jumlah sampel N. Kriteria pengujian dikatakan valid jika r hitung r tabel. 32 2. Reliabilitas Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila tes tersebut digunakan pada kesempatan lain. Sebagaiman diungkapkan oleh Arikunto 2002a: 96 bahwa instrumen yang sudah dapat dipercaya atau yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan maka berapa kali pun diambil, hasilnya akan tetap sama. Untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini digunakan rumus Kuder and Richardson K-R 21 seperti yang tercantum dalam Arikunto 2002a: 103 sebagai berikut: r 11 = ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − t kV M k M k k 1 1 Keterangan: r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M = skor rata-rata V t = varians total Nilai r 11 yang diperoleh dikonsultasikan dengan r tabel dengan taraf signifikan 5 . Jika nilai r 11 r tabel maka instrumen tersebut reliabel. Harga r 11 yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel sebagai berikut: 0,00 r 11 0,20 = reliabel sangat rendah 0,20 r 11 0,40 = reliabel rendah 0,40 r 11 0,60 = reliabel sedang 33 0,60 r 11 0,80 = reliabel tinggi 0,80 r 11 1,00 = reliabel sangat tinggi 3. Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal adalah derajat atau tingkat kesukaran yang dimiliki soal. Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan mudah dan sukarnya soal disebut indeks kesukaran dengan diberi simbul IK. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: IK = B A B A JS JS JB JB + + Suherman, 1990: 213. Keterangan: IK = Indeks kesukaran JB A = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas JB B = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah JS A = banyaknya siswa pada kelompok atas JS B = banyaknya siswa pada kelompok bawah Adapun indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Soal dengan IK = 0,00 termasuk soal terlalu sukar Soal dengan 0,00 IK 0,30 termasuk soal sukar Soal dengan 0,30 IK 0,70 termasuk soal sedang Soal dengan 0,70 IK 1,00 termasuk soal mudah Soal dengan IK = 1,00 termasuk soal terlalu mudah 34 4. Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Besarnya daya pembeda ditunjukkan dengan indeks diskriminasi yang disingkat D. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung daya pembeda soal antara lain: a. seluruh kelompok tes dibagi dua yaitu kelompok atas dan kelompok bawah b. seluruh siswa diurutkan mulai dari skor teratas sampai tebawah c. menghitung indeks diskriminasi soal dengan rumus: DP = A B A JS JB JB − Keterangan: DP = daya pembeda soal JB A = banyaknya peserta tes kelompok atas menjawab benar JB B = banyaknya peserta tes kelompok bawah menjawab benar JS A = jumlah siswa kelompok atas Klasifikasi daya pembeda soal adalah: DP 0,00 : sangat jelek 0,00 DP 0,20 : jelek 0,20 DP 0,40 : cukup 0,40 DP 0,70 : baik 0,70 DP 1,00 : sangat baik 35 Suherman, 1990: 201

E. Rancangan Penelitian

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN PENDEKATAN CTL DILENGKAPI MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS X

1 52 101

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN NHT YANG DILENGKAPI MEDIA WORKSHEET TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM.

0 4 25

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DAN TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK DI SMA.

0 2 21

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN MEDIA TTS DAN MEDIA SCRAMBEL PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR.

0 4 16

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING) DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON.

0 0 18

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR ATOM DAN SISTEM PERIODIK UNSUR.

0 0 27

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTRUKTIVISME DAN PENDEKATAN EKSPOSITORI PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP N 3 CEPIRING.

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DENGAN PENDEKATAN SETS TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MA NEGERI KENDAL KELAS X.

0 1 1

Komparasi Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 1 Bae Kudus Pada Pembelajaran Kimia Bervisi SETS Antara Siswa Yang Diberi LKS Berstruktur Dengan Tanpa LKS Berstruktur Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan.

0 0 1

Komparasi Hasil Belajar Kimia Materi Pokok Sistem Periodik dan Struktur Atom antara Siswa yang diberi Pembelajaran dengan Pendekatan SETS dan Pendekatan NONSETS pada Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Kendal Tahun Ajaran 2005/2006.

0 0 1