Teknik Analisis Data Pembahasan

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang mendekati 0 berarti memiliki reliabilitas alat ukur yang rendah Azwar, 2010: 83.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif dengan metode statistik deskriptif prosentase. Analisis data deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis Azwar, 2012: 126. Adapun rumus statistik deskriptif prosentase adalah sebagai berikut: n Presentase Skor = × 100 N Keterangan: n = Jumlah skor jawaban responden N = Jumlah skor jawaban ideal 43 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat serta pembahasan secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat tercapai. Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut.

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kesamaan karakteristik subjek penelitian dengan lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan semua sekolah dasar yang berjumlah 21 di daerah Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Subjek yang digunakan adalah guru-guru honorer yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjumlah 67 guru honorer. Penelitian yang bertempat di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang bertujuan untuk mengetahui tingkat psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Pertimbangan melakukan penelitian pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang adalah ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian sesuai dengan fenomena yang telah dipaparkan dalam bab satu.

4.1.2 Proses Perijinan

Proses perijinan terhadap pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal yang paling penting dalam penelitian demi kelancaran sebuah penelitian. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan proses perijinan. Pertama, peneliti melakukan wawancara atau studi pendahuluan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti meminta surat ijin untuk melaksanakan penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang No 3183UN37.1.1KM2014 yang ditujukan kepada Kepala UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang. Kemudian UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal membuat surat balasan yang menyatakan bahwa peneliti di ijinkan untuk melakukan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala UPTD Disdikpora kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian

Penelitian membutuhkan suatu alat pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari satu skala psikologi yaitu skala psychological well-being. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well- being yang dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi psychological well-being yaitu penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Berdasarkan pada dimensi psychological well-being tersebut kemudian dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator perilaku untuk selanjutnya dijadikan pernyataan-pernyataan. Pernyataan yang disusun sebanyak 66 item pernyataan yang terdiri dari pernyataan 33 favorable dan 33 pernyataan unfavorable.

4.2.2 Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 sampai selesai pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal. Pengumpulan data ini menggunakan skala psychological well-being yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai SS, Sesuai S, Tidak Sesuai TS, dan Sangat Tidak SesuaiSTS. Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala, peneliti datang ke tiap sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal sebagai tempat subjek penelitian dan peneliti membawa bukti surat ijin penelitian dari kantor UPTD Disdikpora Kecamatan Wonotunggal untuk diperlihatkan kepada tiap kepala sekolah. Kemudian peneliti membagikan skala dan menjelaskan kembali mengenai petunjuk cara pengisian skala tersebut kepada para guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk menyelesaikan mengisi skala. Setelah guru honorer sekolah dasar selesai mengisi skala, peneliti langsung mengumpulkan kembali skala-skala yang sudah diisi.

4.2.3 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi responden kemudian dilakukan skoring atau penyekoran. Langkah-langkah penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai dengan empat pada skala psychological well- being yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data yang meliputi pengujian statistik deskriptif .

4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being

4.2.4.1 Validitas Instrumen

Berdasarkan uji validitas yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan menggunakan skala terpakai try-out terpakai, skala psychological well-being yang telah disusun oleh peneliti dengan bantuan program SPSS versi 20 for Windows menunjukkan bahwa dari 66 item yang diuji validitasnya dengan N = 67, terdapat 57 item yang valid dan 9 item yang tidak valid, diketahui hasil koefisien validitas skala psychological well- being memiliki rentang antara 0,248 sampai 0,792, item-item tersebut dikatakan valid karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari = 0,05 atau = 0,01. Sementara item yang tidak valid dinyatakan tidak valid karena tingkat signifikansinya lebih besar dari = 0,05 atau = 0,01. Adapun sebaran item yang valid dan yang tidak valid dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Skala Psychological Well-being No. Dimensi-dimensi psychological well- being Indikator Sebaran item Jumlah F UF 1. Penerimaan diri a. Memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. 1, 2 34, 35 12 b. Menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk. 3, 4 36, 37 c. Merasa positif dengan kehidupan yang dijalani 5, 6 38, 39 2. Hubungan positif dengan orang lain a. Mempunyai hubungan yang intim dan hangat. 7, 8 40, 41 13 b. Saling percaya dengan orang lain. 9, 10 42 c. Memperhatikan kesejahteraan orang lain. 11, 12 43 d. Empati 13, 14 44 3. Otonomi kemandirian a. Mengarahkan diri dan mandiri 15, 16 45 13 b. Menghadapi tekanan sosial. 17 46, 47 c. Mengatur tingkah laku sendiri. 18, 19 48, 49 d. Mengevaluasi dengan standar pribadi. 20 50, 51 4. Penguasaan lingkungan a. Menguasai dan mengatur lingkungan. 21, 22 52, 53 11 b. Mengontrol kegiatan luar yang kompleks. 23,24 54, 55 c. Menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya. 25 56, 57 5. Tujuan hidup a. Memiliki tujuan dan arah hidup 26 58, 59 7 b. Merasakan adanya arti makna dalam hidup masa kini dan masa lampau. 27, 28 60, 61 6. Pertumbuhan pribaadi a. Merasakan ada pengembangan potensi yang berkelanjutan. 29, 30 62 10 b. Terbuka terhadap 31 63, 64 pengalaman baru. c. Menyadari potensi diri. 32 65 d. Melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu 33 66 Jumlah Total 20 33 33 66 Keterangan: merupakan item yang tidak valid Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total dari item valid yang ada pada skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang adalah 57 item. Dari 66 item yang ada pada skala, terdapat 9 item yang tidak valid. Implikasi dari banyaknya item yang tidak valid adalah dikhawatirkan skala tersebut tidak mampu mengukur dengan baik apa yang seharusnya diukur, yakni variabel psychological well-being. Namun, jika dicermati lebih lanjut sebaran item yang valid pada skala tersebut mampu merepresentasikan dimensi-dimensi yang terdapat pada variabel tersebut. Artinya, sebaran item yang valid mampu mewakili tiap dimensi yang ada pada variabel psychological well-being. Dengan tidak adanya dimensi yang tidak terwakili oleh item yang ada pada psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, maka validitas konstruk dari variabel tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

4.2.4.2 Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas skala psychological well-being diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,950, sehingga instrumen tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas dengan taraf baik. Interpretasi reliabilitas didasarkan pada tabel berikut: Tabel 4.2 Interpretasi reliabilitas Besarnya Linear r Interpretasi 0,800-1,00 Tinggi 0,600-0,800 Cukup 0,400-0,600 Agak Rendah 0,200-0,400 Rendah 0,000-0,200 Sangat Rendah

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan data skala yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui psychological well-being. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik untuk menganalisis hasil penelitian. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Teoritik µ dan Standar Deviasi σ dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi berdasarkan model distribusi normal. Menurut Azwar 2009: 108 penggolongan subjek kedalam tiga kategori adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik Interval Kategori X ≤ µ - 1,0 σ Rendah µ - 1,0 σ X ≤ µ + 1,0 σ Sedang µ + 1,0 σ ≤ X Tinggi Keterangan: µ : Mean Teoritik σ : Standar Deviasi X : Skor Adapun deskripsi hasil penelitian berdasarkan penggolongan Kategori analisis tersebut adalah sebagai berikut: 4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-being, dimana skala tersebut disusun berdasarkan oleh beberapa dimensi yang menyusun psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Gambaran psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar ini dapat ditinjau baik secara umum maupun secara spesifik ditinjau dari tiap dimensi. Berikut adalah gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang ditinjau secara umum maupun spesifik. 4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Gambaran secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dapat dilihat dari analisis data dengan perhitungan statistik. Skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang terdiri dari 57 item yang valid dengan skor tertinggi empat dan skor terendah satu. Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang: Jumlah item = 57 Skor tertinggi = 57 x 4 = 228 Skor terendah = 57 x 1 = 57 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 228 + 57 : 2 = 142,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 228 – 57 : 6 = 28,5 Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – 1,0 x 28, 5 = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +1,0 x 28,5 = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 171 ≥ X 5 7,5 Sedang 114 ≤ X 171 41 61,2 Rendah X 114 21 31,3 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berada pada kategori tinggi sebanyak 7,5 5 orang, kategori sedang sebanyak 61,2 41 orang, kategori rendah 31,3 21 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar 4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Tiap Dimensi Psychological Well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi kemandirian, dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan pribadi. Gambaran dari masing-masing dimensi psychological well-being dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dimensi Penerimaan Diri Gambaran psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi penerimaan diri dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 10 Skor tertinggi = 10 x 4 = 40 Skor terendah = 10 x 1 = 10 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 7,50 61,20 31,30 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 40 + 10 : 2 = 25 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 40 – 10 : 6 = 5 Perhitungan gambaran dimensi penerimaan diri di atas diperoleh µ = 20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 25 – 1,0 x 5 = 20 µ + 1,0 σ = 25 +1,0 x 5 = 30 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi penerimaan diri sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 30 ≥ X 3 4,5 Sedang 20 ≤ X 30 47 70,1 Rendah X 20 17 25,4 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi penerimaan diri yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4,5 3 orang, kategori sedang sebanyak 70,1 47 orang, kategori rendah 25,4 17 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi penerimaan diri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.2 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi penerimaan b. Dimensi Hubungan positif dengan orang lain Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi hubungan positif dengan orang lain dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 11 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 4,50 70,10 25,40 Skor tertinggi = 11 x 4 = 44 Skor terendah = 11 x 1 = 11 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 44 + 11 : 2 = 27,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 44 – 11 : 6 = 5,5 Perhitungan gambaran dimensi hubungan positif dengan orang lain di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 27,5 – 1,0 x 5,5 = 22 µ + 1,0 σ = 27,5 +1,0 x 5,5 = 33 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 33 ≥ X 4 6 Sedang 22 ≤ X 33 39 58,2 Rendah X 22 24 35,8 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori tinggi sebanyak 6 4 orang, kategori sedang sebanyak 58,2 39 orang, kategori rendah 35,8 24 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.3 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi hubungan positif dengan orang lain b. Dimensi Otonomi 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 6,00 58,20 35,80 Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi otonomi dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 11 Skor tertinggi = 11 x 4 = 44 Skor terendah = 11 x 1 = 11 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 44 + 11 : 2 = 27,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 44 – 11 : 6 = 5,5 Perhitungan gambaran dimensi otonomi di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 27,5 – 1,0 x 5,5 = 22 µ + 1,0 σ = 27,5 +1,0 x 5,5 = 33 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi otonomi sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Otonomi Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 33 ≥ X 19 28,3 Sedang 22 ≤ X 33 31 46,3 Rendah X 22 17 25,4 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi otonomi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3 19 orang, kategori sedang sebanyak 46,3 31 orang, kategori rendah 25,4 17 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi otonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.4 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi otonomi 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 28,30 46,30 25,40 d. Dimensi Penguasaan Lingkungan Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi penguasaan lingkungan dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 10 Skor tertinggi = 10 x 4 = 40 Skor terendah = 10 x 1 = 10 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 40 + 10 : 2 = 25 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 40 – 10 : 6 = 5 Perhitungan gambaran dimensi penguasaan lingkungan di atas diperoleh µ = 20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 25 – 1,0 x 5 = 20 µ + 1,0 σ = 25 +1,0 x 5 = 30 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi penguasaan lingkungan sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 30 ≥ X 14 21 Sedang 20 ≤ X 30 34 50,7 Rendah X 20 19 28,3 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi penguasaan lingkungan yang berada pada kategori tinggi sebanyak 21 14 orang, kategori sedang sebanyak 50,7 34 orang, kategori rendah 28,3 19 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi penguasaan lingkungan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.5 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi penguasaan lingkungan 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 21,00 50,70 28,30 e. Dimensi Tujuan Hidup Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi tujuan hidup dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 6 Skor tertinggi = 6 x 4 = 24 Skor terendah = 6 x 1 = 6 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 24 + 6 : 2 = 15 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 24 – 6 : 6 = 3 Perhitungan gambaran dimensi tujuan hidup di atas diperoleh µ = 15 dan σ = 3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 15 – 1,0 x 3 = 12 µ + 1,0 σ = 15 +1,0 x 3 = 18 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi tujuan hidup sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 18 ≥ X 19 28,3 Sedang 12 ≤ X 18 30 44,8 Rendah X 12 18 26,9 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3 19 orang, kategori sedang sebanyak 44,8 30 orang, kategori rendah 26,9 18 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi tujuan hidup. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 28,30 44,80 26,90 Gambar 4.6 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi tujuan hidup f. Dimensi Pertumbuhan Pribadi Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar berdasarkan dimensi pertumbuhan pribadi dijelaskan sebagai berikut: Jumlah item = 9 Skor tertinggi = 9 x 4 = 36 Skor terendah = 9 x 1 = 9 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 36 + 9 : 2 = 22,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 36 – 9 : 6 = 4,5 Perhitungan gambaran dimensi pertumbuhan pribadi di atas diperoleh µ = 22,5 dan σ = 4,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 22,5 – 1,0 x 4,5 = 18 µ + 1,0 σ = 15 +22,5 x 4,5 = 27 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi pertumbuhan pribadi sebagai berikut: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 27 ≥ X 13 19,4 Sedang 18 ≤ X 27 35 52,2 Rendah X 18 19 28,4 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari dimensi pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 19,4 13 orang, kategori sedang sebanyak 52,2 35 orang, kategori rendah 28,4 19 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi pertumbuhan pribadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.7 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar dimensi pertumbuhan pribadi 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 19,40 52,20 28,40 4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Masing-masing Dimensi Secara keseluruhan, ringkasan hasil perhitungan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari masing-masing dimensi lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Ditinjau dari Masing-masing Dimensi Kelompok Kategorisasi Tinggi Sedang Rendah Dimensi Penerimaan Diri 4,5 70,1 25,4 Dimensi Hubungan Positif dengan Orang lain 6 58,2 35,8 Dimensi Otonomi 28,3 46,3 25,4 Dimensi Penguasaan Lingkungan 21 50,7 28,3 Dimensi Tujuan Hidup 28,3 44,8 26,9 Dimensi Pertumbuhan Pribadi 19,4 52,2 28,4 Berdasarkan penjelasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being di atas, secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut: Gambar 4.8 Diagram Analisis Psychological Well-being pada guru Honorer Sekolah Dasar Penjelasan kategorisasi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan dimensi psychological well-being mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel psychological well-being dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap dimensi. Untuk menetukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor item pada tiap dimensi dengan jumlah subjek, dalam hal ini dibantu program SPSS Statistical Product and Service Sollutions versi 20 for Windows. Adapun perbandingan mean empirik tiap bentuk dapat dilihat pada tabel berikut : 10 20 30 40 50 60 70 80 4,50 6,00 28,30 21 28,30 19,40 70,10 58,20 46,30 50,70 44,80 52,20 25,40 35,80 25,40 28,30 26,90 28,40 Tinggi Sedang Rendah Tabel 4.12 Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-Being Penerimaan Diri Hubungan Positif dengan Orang Lain Otonomi Penguasaan Lingkungan Tujuan Hidup Pertumbuhan Pribadi Mean Empirik 22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dimensi psychological well-being yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah dimensi Otonomi dengan mean empirik sebesar 27,78 yang berarti dimensi otonomi mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Diagram perbandingan mean empirik dari tiap dimensi psychological well-being dijelaskan sebagai berikut: Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well- being 5 10 15 20 22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64 Mean Empirik

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Setelah dilakukan penelitian ternyata tidak hanya faktor status sosial ekonomi saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being, tetapi faktor usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi.

4.4.1 Faktor Usia

Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff 1989: 1070 menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi kemandirian seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 59 guru honorer sekolah dasar yang mempunyai usia rentang usia antara 25-39 tahun, sementara untuk rentang usia 40-59 terdapat 8 guru honore sekolah dasar, dan untuk usia 60-74 tidak ada. a. Usia 25-39 Tahun Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari rentang usia antara 25-39 tahun: Jumlah item = 57 Skor tertinggi = 57 x 4 = 228 Skor terendah = 57 x 1 = 57 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 228 + 57 : 2 = 142,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 228 – 57 : 6 = 28,5 Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – 1,0 x 28, 5 = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +1,0 x 28,5 = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk rentang usia antara 25-39 tahun sebagai berikut: Tabel 4.13 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39 tahun Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 171 ≥ X 5 8,48 Sedang 114 ≤ X 171 33 55,93 Rendah X 114 21 35,59 Jumlah 67 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang rentang usia 25-39 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8,48 5 orang, kategori sedang sebanyak 55,93 33 orang, kategori rendah 35,59 21 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 25-39 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.10 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 29-35 Tahun b. Usia 40-59 Tahun Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari rentang usia antara 40-59 tahun: Jumlah item = 57 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 8,48 55,93 35,59 Skor tertinggi = 57 x 4 = 228 Skor terendah = 57 x 1 = 57 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 228 + 57 : 2 = 142,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 228 – 57 : 6 = 28,5 Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – 1,0 x 28, 5 = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +1,0 x 28,5 = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk rentang usia antara 40-59 tahun sebagai berikut: Tabel 4.14 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 171 ≥ X Sedang 114 ≤ X 171 8 100 Rendah X 114 Jumlah 8 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang rentang usia 40-59 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0 0 orang, kategori sedang sebanyak 100 8 orang, kategori rendah 0 0 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 40-59 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.11 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dengan rentang usia antara 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 0,00 100,00 0,00 25-39 tahun memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah dasar dengan rentang usia antara 40-59 tahun.

4.4.2 Faktor Jenis Kelamin

Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Menurut Ryff 1989: 1070 faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 25 guru honorer sekolah dasar yang berjenis kelamin pria, sementara untuk jenis kelamin wanita terdapat 42 guru honorer sekolah dasar. a. Jenis Kelamin Pria Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari jenis kelamin pria: Jumlah item = 57 Skor tertinggi = 57 x 4 = 228 Skor terendah = 57 x 1 = 57 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 228 + 57 : 2 = 142,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 228 – 57 : 6 = 28,5 Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – 1,0 x 28, 5 = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +1,0 x 28,5 = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang untuk jenis kelamin pria sebagai berikut: Tabel 4.15 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 171 ≥ X 1 4 Sedang 114 ≤ X 171 20 80 Rendah X 114 4 16 Jumlah 25 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang jenis kelamin pria yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4 1 orang, kategori sedang sebanyak 80 20 orang, kategori rendah 16 4 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin pria tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.12 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria b. Jenis Kelamin Wanita Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari jenis kelamin wanita: Jumlah item = 57 Skor tertinggi = 57 x 4 = 228 Skor terendah = 57 x 1 = 57 Mean Teoritik = Skor Tertinggi + Skor Terendah : 2 = 228 + 57 : 2 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 4,00 80,00 16,00 = 142,5 Standar Deviasi = Skor Tertinggi – Skor Terendah : 6 = 228 – 57 : 6 = 28,5 Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut : µ - 1,0 σ = 142, 5 – 1,0 x 28, 5 = 114 µ + 1,0 σ = 142, 5 +1,0 x 28,5 = 171 Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang jenis kelamin wanita sebagai berikut: Tabel 4.16 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase Tinggi 171 ≥ X 4 9,5 Sedang 114 ≤ X 171 21 50 Rendah X 114 17 40,5 Jumlah 42 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten jenis kelamin wanita yang berada pada kategori tinggi sebanyak 9,5 4 orang, kategori sedang sebanyak 50 21 orang, kategori rendah 40,5 17 orang. Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin wanita tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini: Gambar 4.13 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjenis kelamin wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah dasar yang berjenis kelamin pria.

4.5 Pembahasan

Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Ryff dan Singer 2002: 542 mendefinisikan psychological well-being sebagai hasil evaluasi atau penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang 20 40 60 80 100 Tinggi Sedang Rendah 9,50 50,00 40,50 membuat psychological well-being menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan hidupnya yang akan membuat psychological well-being nya meningkat. Secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang berada dalam kategori sedang. Hal ini .dapat dimungkinkan bahwa dengan pendapatan gaji guru honorer yang rendah dapat menyebabkan psychological well-being individu berada dalam kategori sedang cenderung rendah. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. dalam Ryan Deci, 2001:154 menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan psychological well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang sedang, memiliki psychological well-being pada tingkatan sedang cenderung rendah. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa sebagian dari guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya, sudah cukup memiliki tujuan hidup, cukup memiliki hubungan yang hangat dan positif dengan orang lain, cukup memiliki kemandirian, cukup memiliki penguasaan lingkungan, dan cukup memiliki kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan untuk perkembangan pribadi. Terlihat dalam studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kehidupan yang dialami sebagian besar guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang cukup berat, dimana dengan gaji rendah mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru yang sudah PNS karena gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa mencapai apa yang mereka inginkan. Namun ada pula guru honorer yang merasa sudah cukup bahagia walaupun dengan keadaan serupa. Cara yang mereka pilih ketika menghadapi masalah atau keadaan tersebut beragam, diantaranya: ada yang merasa lega setelah bercerita pada teman, minta saran pada seseorang yang berpengalaman, ada pula yang memilih mendekatkan diri pada Allah. Dari hasil yang ditemukan dalam studi pendahuluan dimungkinkan bahwa keadaan psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten batang berada pada kategori sedang cenderung rendah karena sebagian guru honorer sekolah dasar ada yang belum bisa mencapai psychological well- being dan ada yang sudah cukup bisa mencapai psychological well-being tersebut. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruth Priscilla Sumule dan Ni Made Taganing 2008 mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kondisi psychological well-being dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan dukungan sosial. Selain itu dari hasil temuan di lapangan terdapat juga faktor usia dan jenis kelamin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Untuk rentang usia 25-39 memiliki psychological well-being yang lebih tinggi dari rentang usia antara 40-59. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Ryff 1989: 1070, menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi kemandirian seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia. Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi tinggi rendahnya psychologigal well- being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, dari hasil temuan di lapangan guru honorer dengan jenis kelamin wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dari pada guru honorer sekolah dasar dengan jenis kelamin wanita. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Ryff 1989: 1070, faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria. Setelah diuraikan secara umum psychological well-being seperti di atas berikut pembahasan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari dimensi-dimensi yang ada. Pada dimensi penerimaan diri sebagian besar subjek penelitian mempunyai penerimaan diri yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri, belum bisa mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya yang relatif cukup, dan belum memiliki perasaan negatif tentang kehidupan masa lalu, sehingga dapat menyebabkan dimensi penerimaan diri berada pada kategori sedang cenderung rendah Ryff dan Singer, 2002: 543. Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagian besar subjek penelitian mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai sikap hangat dan percaya dalam hubungan dengan orang lain, belum memiliki empati, afeksi, dan keintiman yang kuat, belum memiliki pemahaman mengenai pemberian dan penerimaan dalam suatu hubungan yang relatif rendahsedang, sehingga dapat menyebabkan dimensi hubungan positif dengan orang lain berada pada kategori sedang cenderung rendah Ryff dan Singer, 2002: 543. Pada dimensi otonomi sebagian besar subjek penelitian mempunyai otonomi yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang tidak mempengaruhi mereka untuk menjadi mandiri dalam keadaan apapun sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai pengharapan, tidak terlalu bergantung pada penilaian orang lain dalam mengambil keputusan, cukup mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berfikir dan bertingkah laku, sehingga dapat menyebabkan dimensi otonomi berada pada kategori sedang cenderung tinggi Ryff dan Singer, 2002: 543. Pada dimensi penguasaan lingkungan sebagian besar subjek penelitian mempunyai penguasaan lingkungan yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai kemampuan dan berkompetensi mengontrol lingkungan, belum mampu menyusun kontrol yang kompleks terhadap aktivitas eksternal, belum mampu menggunakan secara efektif kesempatan dalam lingkungan, dan belum mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga dapat menyebabkan dimensi penguasaan lingkungan berada pada kategori sedang cenderung rendah Ryff dan Singer, 2002: 543. Pada dimensi tujuan hidup sebagian besar subjek penelitian mempunyai tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang tidak mempengaruhi akan tujuan hidup dari mereka sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan bahwa terdapat tujuan dan makna didalam hidupnya, baik masa lalu maupun yang sedang dijalaninya kini, sehingga dapat menyebabkan dimensi tujuan hidup berada pada kategori serang cenderung tinggi Ryff dan Singer, 2002: 543. Pada dimensi pertumbuhan pribadi sebagian besar subjek penelitian mempunyai pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum berkeinginan untuk beraktualisasi diri dan belum mampu menyadari bahwa potensi diri merupakan perspektif utama dari dimensi pertumbuhan pribadi, belum memiliki keterbukaan akan pengalaman baru, sehingga dapat menyebabkan dimensi pertumbuhan pribadi berada pada kategori serang cenderung rendah Ryff dan Singer, 2002: 543. Berdasarkan hasil pembahasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkugan, dan pertumbuhan pribadi semuanya berada pada kategori sedang cenderung rendah. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata- rata guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang memiliki psychological well-being pada kategori sedang cenderung rendah. Psychological well-being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar belum mampu menerima keadaan dirinya, belum mampu membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, belum mampu mengontrol lingkungan, dan belum mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi. Hasil berbeda ditunjukkan pada dimensi otonomi dan dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Psychological well- being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar sudah memiliki kemandirian dan memiliki tujuan hidup yang positif.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Hal-hal yang dapat menggangu validitas konstruk dari sebuah instrumen penelitian sekaligus menjadi kekurangan dalam instrumen penelitian dapat disebabkan antara lain oleh: 1 Pada saat melakukan studi pendahuluan peneliti kurang cermat dalam menganalisa fenomena yang ada di tempat penelitian, sehingga masih jauh dari keterpenuhannya terhadap dimensi-dimensi psychological well-being yang diungkap sehingga hasil studi pendahuluan dan hasil penelitian berbeda. 2 Pada saat mengisi skala mungkin responden sedang tidak berminat sehingga kurang bisa berkonsentrasi. Kelemahan dalam penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. 84

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Gambaran secara umum guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang mempunyai psychological well-being yang berada pada kategori sedang.

5.2 Saran

Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Guru Honorer Guru honorer disarankan untuk lebih bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri, bisa menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, bisa menggunakan kesempatan secara efektif, mampu mengembangkan diri mereka sehingga psychological well-being nya meningkat. 2. Pemerintah Sebaiknya pemerintah di Kecamatan Wonotunggal lebih memperhatikan kesejahteraan guru honorer, khususnya untuk guru honorer sekolah dasar, karena dengan tugas yang sama dengan guru PNS mereka kurang diperhatikan.