Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa dari hasil uji statistik didapatkan pvalue = 0,001 nilai probabilitas p  0,05, dapat diartikan bahwa ada hubungan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan dengan kekuatan korelasi sedang.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tes Emotional Quotient EQ pada siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang sebagian besar hasilnya sangat tinggi yaitu sebanyak 40 responden 56,3 yang berarti sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang dapat mengelola emosinya dengan baik. Hal ini sangat penting karena kecerdasan emosi dapat diterapkan untuk pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Nggermanto 2001 bahwa kecerdasan emosi seseorang dapat dikembangkan menjadi lebih baik, lebih menantang, dan lebih prospek dibanding IQ yang mana dapat diterapkan secara luas untuk belajar, bekerja, mengajar, mengasuh anak, persahabatan dan rumah tangga. Lebih jauh lagi, pengembangan EQ membuka pintu bagi kemajuan kecakapan manusia di bidang kecerdasan spiritual. Pendapat paling tinggi yaitu dari 58 responden 81,7 tentang siswa yang mengaku selalu yakin dalam meraih cita-cita dan tujuannya. Keyakinan ini berarti sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang mempunyai perasaan motivasi yang positif. Kemampuan ini tentunya didasari dari kemampuan mengendalikan emosinya, yaitu menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosinya merupakan modal pokok untuk meraih cita-cita dan tujuannya. Ada beberapa siswa yang belum dapat mengelola emosinya dengan maksimal. Hal ini diketahui dari hasil analisis data yang menujukkan bahwa siswa tidak setuju melakukan pertimbangan sebelum melakukan tindakan, mengharapkan kritikan dari teman atau orang lain demi kebaikannya, yakin dalam meraih cita-cita atau tujuan hidupnya, mendengarkan masalah temannya serta ikut membantu memecahkan masalah. Hal ini diduga karena beberapa siswa masih ada yang lebih senang menutup diri. Anak yang cenderung menutup diri seperti itu akan memunculkan emosi-emosi negatif yang membuatnya mudah stress dan bosan dalam belajar sesuatu. Hal ini seperti yang disebutkan pada hasil penelitian Arsawan 2013 bahwa tingkat stres berakibat pada rendahnya kecerdasan emosional. Hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan sebagian besar nilainya tuntas yaitu sebanyak 56 responden 78,9. Nilai tuntas yaitu apabila siswa mendapatkan nilai ≥72. Hal ini berarti siswa harus menguasai tentang materi ini. Materi ini mengajarkan tentang bagaimana mengaplikasikan peranan manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Nilai ketuntasan ini dapat dicapai sebagian besar siswa dikarenakan berbagai faktor yaitu ketika ulangan harian siswa mampu menjelaskan konsekuensi penebangan hutan, menjelaskan pengaruh aktivitas manusia yang mengakibatkan pencemaran serta menyebutkan upaya untuk mengatasi dan mencegah pencemaran lingkungan. Tujuan domain kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi. Apabila siswa mampu menguji ingatannya dengan baik dan berusaha semaksimal mungkin, maka hasil belajar domain kognitifnya pun maksimal. Namun di samping itu, masih didapatkan 15 responden 21,1 yang belum mencapai ketuntasan karena mendapatkan nilai 72. Hal ini dapat dikarenakan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi. Penyebab dari menurunnya prestasi belajar diantaranya yaitu berupa faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang meliputi kondisi kesehatan, minat belajar, motivasi belajar dan kebiasaan belajar sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sejalan dengan hasil penelitian Khafid 2007 bahwa faktor intern dan ekstern yang ada pada diri siswa tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap kesulitan belajar siswa. Hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan sebagian besar hasilnya yaitu bersikap baik yakni sebanyak 42 responden 59,2 sedangkan sebanyak 29 responden 40,8 yakni menunjukkan sikap sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VII SMP Negeri 29 Semarang sudah menampakkan tingkah laku yang positif seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, memiliki motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosialnya. Sumayku 2011 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran memiliki hubungan yang kuat dengan hasil prestasi belajar siswa. Sikap siswa itu berupa kemampuan menerima, menanggapi, menilai, mengelola dan menghayati sesuatu. Oleh karena itu variabel sikap tersebut perlu mendapatkan perhatian penting dalam proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan uji statistik diperoleh pendapat responden tertinggi setuju pada pernyataan selalu berusaha memecahkan persoalan yang ada pada materi pengelolaan lingkungan, yaitu sebesar 52 responden 73,2. Hal ini berarti sebagian besar siswa memiliki karakter berpikir kritis sehingga ketika menemukan permasalahan pada suatu hal siswa berusaha mencari pemecahan masalahnya baik sendiri maupun meminta bantuan orang lain.. Tujuan dari indikator kemampuan menghayati ini yaitu berhubungan kuat dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Keterpaduan dari sistem yang dimiliki tersebut dapat mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Meskipun banyak siswa yang sudah mampu menjaga sikapnya, masih ditemui siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pengelolaan lingkungan dengan sebaik-baiknya dengan adanya pilihan oleh satu responden 1,4. Hal ini dapat terjadi dari beberapa faktor diantaranya kurangnya tingkat pemahaman ajar materi, kurangnya motivasi dan sulit berkonsentrasi. Hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan diperoleh dari kegiatan praktikum yaitu berupa keterampilan pembuatan pupuk organik dengan bantuan bakteri EM4. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar nilainya tuntas yaitu sebanyak 67 responden 94,4. Hal ini diduga karena siswa memahami arahan guru, ikut serta dalam pembuatan pupuk dan mengerjakan laporan sendiri. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian Zulhelmi 2009 yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa, dalam hal ini siswa mencari makna dan mencoba untuk menemukan hubungan urutan di dalam kejadian- kejadian dari dunia informasi yang mereka peroleh berdasarkan pengalamannya learning by experience. Selain itu dipengaruhi pula oleh kemampuan siswa untuk kreatif dan percaya diri menampilkan dirinya dalam menghasilkan produk ilmiah. Namun masih ada beberapa anak yang kurang aktif dimana tampak dari 4 responden 5,6 mendapatkan nilai tidak tuntas karena memperoleh nilai 72. Berdasarkan tanggapan guru, kemungkinan dikarenakan tidak memperhatikan guru, tidak ikut andil dalam pembuatan pupuk, pasif selama kegiatan berlangsung ataupun tidak membuat laporan. Berdasarkan uji korelasi dapat diketahui bahwa Emotional Quotient EQ berhubungan positif dan signifikan dengan hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan termasuk dalam kategori sedang dengan koefisien korelasi sebesar 0,336 dan pvalue sebesar 0,004. Korelasi positif dan signifikan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan memberikan arti bahwa jika Emotional Quotient EQ tinggi, maka hasil belajar siswa domain kognitif pada materi pengelolaan lingkungan juga tinggi. Menurut Festus 2012, ada hubungan yang positif antara Emotional Quotient EQ atau yang biasa disebut dengan kecerdasan emosional dengan prestasi akademik siswa. Oleh karena itu selain pengetahuan, kecerdasan emosional penting dalam pencapaian prestasi akademik sehingga perlu adanya kurikulum sekolah yang memasukkan kecerdasan emosional di dalamnya. Adanya kecerdasan emosional pada diri siswa, dapat mendorong kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial siswa sehingga memberi dampak positif terhadap pencapaian hasil belajar kognitifnya. Hasil belajar domain kognitif berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek pengetahuan seperti pengetahuan, pengertian dan keterampilan berpikir. Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut memiliki tingkat emosional yang baik dan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Seseorang yang sedang berada dalam suasana hati yang baik, hubungan sosial yang baik, tingkat emosional yang baik serta dapat menyesuaikan diri cenderung untuk berpikir positif sehingga dapat berpikir jernih dan berkonsentrasi selama pelajaran. Apabila mampu berpikir jernih dan berkonsentrasi selama pelajaran, siswa siap ketika menghadapi ulangan dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berbeda dengan anak yang susah mengendalikan emosi, sedang ada masalah di rumah atau sedang dalam pertikaian dengan temannya maka sulit untuk berpikir dan berkonsentrasi sehingga cenderung mendapatkan hasil belajar yang kurang maksimal. Emotional Quotient EQ berhubungan positif dan signifikan dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan termasuk dalam kategori tinggi dengan koefisien korelasi sebesar 0,556 dan pvalue sebesar 0,000. Korelasi positif dan signifikan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan memberikan arti bahwa jika Emotional Quotient EQ tinggi, maka hasil belajar siswa domain afektif pada materi pengelolaan lingkungan juga tinggi. Seperti hasil penelitian Nurdin 2009 yang menyebutkan bahwa kecerdasan emosional memiliki peranan yang signifikan dalam mempengaruhi perilaku atau sikap manusia termasuk pola perilaku siswa dalam penyesuaian sosial di lingkungan sekolah. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Domain afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar domain afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Emosi merupakan salah satu elemen dasar pada diri manusia dalam menciptakan perilaku atau sikap manusia. Agar siswa dapat melaksanakan tugas, peranan dan tanggung jawabnya dengan baik di lingkungan sekolah, dituntut untuk dapat bertingkah dan berperilaku menurut aturan, norma, hukum dan nilai-nilai yang berlaku sebagai cara untuk memperoleh penyesuaian bagi persolan-persoalan hidup serta terciptanya penyesuaian diri dan sosial yang sehat. Thorndike dalam Goleman 2001 mengungkapkan peranan kecerdasan emosional terhadap penyesuaian sosial individu adalah kecerdasan sosial yaitu kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan dengan orang lain. Lebih lanjut Goleman 2001 menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan banyak ditentukan oleh kualitas kecerdasannya. Seseorang yang cerdas dalam mengelola emosinya dapat meningkatkan kualitas kepribadiannya. Kualitas kepribadian yang baik dapat membentuk siswa berkarakter. Siswa memiliki kemampuan menerima stimulus dengan baik, aktif dalam pembelajaran, menghargai orang lain serta mengatur diri sehingga mampu membentuk pola tingkah laku yang baik. Pada pembelajaran materi pengelolaan lingkungan hidup dibutuhkan sikap-sikap siswa yang bertanggung jawab dan bekerjasama dalam memahami konsekuensi penebangan hutan, memahami sikap-sikap manusia yang mampu mengakibatkan pencemaran serta mengerti bagaimana upaya mengatasi dan mencegah pencemaran tersebut. Hubungan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan menunjukkan hasil yang positif dan signifikan. Berdasarkan analisis data bivariat dapat dilihat hasil uji korelasi yang menunjukkan bahwa hubungan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan termasuk dalam kategori sedang dengan koefisien korelasi sebesar 0,381 dan pvalue sebesar 0,001. Korelasi positif dan signifikan antara Emotional Quotient EQ dengan hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan memberikan arti bahwa jika Emotional Quotient EQ tinggi, maka hasil belajar siswa domain psikomotor pada materi pengelolaan lingkungan juga tinggi. Godarzi 2013 menyebutkan bahwa kecerdasan emosional yang tinggi menumbuhkan tanggung jawab siswa yang tinggi pula. Tanggung jawab siswa dalam kegiatan praktikum penting untuk menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah serta dapat menghasilkan produk ilmiah. Pengalaman adalah kegiatan yang sifatnya memberikan interaksi langsung yang nyata pada siswa melalui panca inderanya karena pelajaran sains salah satunya bertujuan untuk memberi arti tentang dunia eksperimen. Domain psikomotor merupakan kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik siswa yaitu berupa keterampilan melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual dan keterampilan sosial. Keterampilan pembuatan pupuk organik dengan berbantuan bakteri EM4 menuntut siswa bagaimana mendapat pengalaman langsung dengan melibatkan siswa dalam keterampilan tersebut. Kegiatan tersebut menarik bagi siswa karena dapat mengidentifikasi masalah, melakukan percobaan untuk kemudian menarik kesimpulan dalam bentuk laporan. Emotional Quotient EQ atau kecerdasan emosional merupakan penentu dari keberhasilan kinerja siswa dalam keterampilan pembuatan pupuk tersebut. Sikap siswa yang tidak meninggikan ego dan keinginannya, memiliki motivasi yang tinggi, mampu memahami orang lain serta dapat membina hubungan yang baik dengan temannya, dapat menciptakan suasana kelompok kerja yang dinamis. Orang-orang yang mampu mengelola emosinya dengan baik dapat sukses dalam bidang apapun.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN