Teori Intensitas Penatalaksanaan Nyeri Riwayat nyeri Lokasi

d. Nyeri berdasarkan lamanya serangan

Nyeri berdasarkan lamanya serangan diklasifikasikan atas nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut merupakan nyeri atau ketidaknyamanan yang parah yang dirasakan selama periode penyembuhan yang biasanya dari satu detik hingga enam bulan, baik yang terjadi secara tiba-tiba maupun lambat tanpa memperhatikan intensitasnya. Di sisi lain, nyeri kronis berlangsung berkempanjangan, biasanya nyeri menetap dan berulang sampai enam bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh Asmadi, 2008; Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009; Carpenito, 2009.

1.3 Mekanisme Transmisi Nyeri

Mekanisme transmisi nyeri dapat diterangkan dengan beberapa teori, yaitu:

a. Teori spesifik

Teori spesifik menerangkan bahwa sensasi nyeri berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas olah pencetus nyeri, lalu informasi tersebut diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus.

b. Teori Intensitas

Teori intensitas menjelaskan bahwa ransangan sensori berpotensi menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat. Sedangkan teori kontrol pintu menjelaskan bahwa mekanisme transmisi nyeri bergantung pada aktivitas serat saraf aferen yang dapat mempengaruhi sel saraf di substansia gelatinosa, jika serat saraf kecil akan mempermudah transmisi pintu dibuka, namun bila serat saraf berdiameter besar, maka menghambat transmisi pintu ditutup Asmadi, 2008.

1.4 Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan nyeri yang efektif oleh seorang perawat memerlukan pengkajian nyeri yang akurat. Pengkajian nyeri sangat luas dan frekuensinya bervariasi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan situasi, namun biasanya perawat berfokus pada lokasi, kualitas, keparahan, dan intervensi awal dari nyeri. Perawat harus memulai pengkajian nyeri karena banyak pasien yang tidak memberitahu tentang nyeri yang dirasakannya, kecuali ditanya. Banyak hal yang membuat pasien enggan untuk melaporkan nyeri yang mereka rasakan, diantaranya, tidak ingin merepotkan petugas, takut terhadap pemberian analgesik injeksi terutama anak-anak, percaya bahwa nyeri yang dirasakan adalah bagian normal, kesulitan mengekspresikan ketidaknyamanan, dan lain-lain. Pengkajian nyeri tersebut terdiri dari riwayat nyeri dan observasi langsung terhadap respon perilaku dan psikologi dari pasien, yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman yang subjektif Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009.

1.5 Riwayat nyeri

Riwayat nyeri secara komprehensif terdiri dari lokasi nyeri, intensitas, kualitas, pola, faktor presipitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri, makna nyeri, sumber koping dan respon afektif Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009. Riwayat nyeri dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Lokasi

Penentuan lokasi nyeri dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk menunjukkan daerah yang dirasakan tidak nyaman. Pasien dapat menandai lokasi nyeri pada peta gambar tubuh, sehingga memudahkan pasien untuk mengidentifikasi lokasi nyeri tersebut, terutama bagi pasien yang memiliki lebihlokasi nyeri lebih dari satu.

b. Skala Intensitas Nyeri atau Tingkat nyeri