Skala Intensitas Nyeri atau Tingkat nyeri Pola Faktor Presipitasi Kualitas Nyeri

sesuai dengan situasi, namun biasanya perawat berfokus pada lokasi, kualitas, keparahan, dan intervensi awal dari nyeri. Perawat harus memulai pengkajian nyeri karena banyak pasien yang tidak memberitahu tentang nyeri yang dirasakannya, kecuali ditanya. Banyak hal yang membuat pasien enggan untuk melaporkan nyeri yang mereka rasakan, diantaranya, tidak ingin merepotkan petugas, takut terhadap pemberian analgesik injeksi terutama anak-anak, percaya bahwa nyeri yang dirasakan adalah bagian normal, kesulitan mengekspresikan ketidaknyamanan, dan lain-lain. Pengkajian nyeri tersebut terdiri dari riwayat nyeri dan observasi langsung terhadap respon perilaku dan psikologi dari pasien, yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman yang subjektif Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009.

1.5 Riwayat nyeri

Riwayat nyeri secara komprehensif terdiri dari lokasi nyeri, intensitas, kualitas, pola, faktor presipitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruh pada ADL, pengalaman nyeri, makna nyeri, sumber koping dan respon afektif Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009. Riwayat nyeri dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Lokasi

Penentuan lokasi nyeri dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk menunjukkan daerah yang dirasakan tidak nyaman. Pasien dapat menandai lokasi nyeri pada peta gambar tubuh, sehingga memudahkan pasien untuk mengidentifikasi lokasi nyeri tersebut, terutama bagi pasien yang memiliki lebihlokasi nyeri lebih dari satu.

b. Skala Intensitas Nyeri atau Tingkat nyeri

Perawat dapat meremehkan atau melebihkan intensitas nyeri seorang pasien, bahkan ketika nyeri yang hebat cendrung ketidakakuratannya menjadi lebih besar. Oleh karena itu, penggunaan skala intensitas nyeri merupakan suatu metode mudah dan Universitas Sumatera Utara dipercaya yang banyak digunakan untuk mengurangi ketidakakuratan penilaian tersebut. Skala tersebut biasanya dengan rentang 0-5 atau 0-10, dengan 0 e gi dikasika tidak yeri da o or ya g terti ggi e giidikasika ke u gki a yeri terhebat bagi pasie . “kala seperti i i aka e berika ko siste si bagi perawat untuk berkomunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Skala intensitas nyeri skala 10 dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Skala 10 Pasien diminta untuk menunjukkan skala nilai yang paling mewakili intensitas nyeri yang dirasakan. Namun tidak semua pasien dapat menghubungkan nyeri yang dirasakan dengan skala intensitas nyeri berdasarkan angka, terutama anak-anak, lansia yang mengalami kerusakan komunikasi. Oleh karena itu dapat digunakan skala tingkat nyeri wajah Wong-Baker dengan skala 0-5 seperti yang terlihat pada Gambar 2.2 Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009. Gambar 2.2 Skala Tingkat Nyeri Wajah Wong-Baker Dengan Skala 0-5 Universitas Sumatera Utara

c. Pola

Perawat menetukan pola nyeri yang berkaitan dengan kapan nyeri dimulai, durasi nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan jika berulang ditentukan interval tanpa nyeri dan waktu nyeri terakhir muncul.

d. Faktor Presipitasi

Pada faktor ini perawat menentukan aktivitas tertentu yang dapat mengakibatkan rasa nyeri, seperti pengerahan tenaga fisik, aktivitas makan, kondisi ekstrim, emosional dan lain-lain.

e. Kualitas Nyeri

Kualitas nyeri dikomunikasikan dengan kata sifat, perawat perlu mencatat kata- kata sebenarnya yang digunakan oleh pasien untuk menggambarkan nyeri. Beberapa istilah sering digunakan secara umum seperti yang terlihat pada Tabel 2.1. Namun kata- kata dari pasien lebih akurat dan deskriptif dari pada interpretasi kata-kata perawat. Tabel 2.1 Deskriptor Nyeri yang Umum Digunakan Istilah Kata Sensori Kata Afektif Nyeri Terbakar Tidak dapat ditahan Tersiram air panas Membunuh Tajam Hebat Tajam-menusuk Menyiksa Bor Menderita sekali Terpelintir Menakutkan Tertembak Melelahkan Panas Tercekik Hancur berkeping-keping Menakutkan Sakit Tembus Sengsara Tersakiti Berat Universitas Sumatera Utara Tertusuk Berdenyut Tertekan Luka tekan Perih Mati rasa Mengganggu Dingin Khawatir Kelap-kelip Capek Menyebar Menyusahkan Tumpul Menggigit Sakit sekali Tidak nyaman Sakit yang menetap Muak Kram Rapuh Sumber: Berman, Snyder, Kozier dan Erb., 2009

f. Faktor yang Meringankan