Gaya Penyajian Asrāru `sh-Shalāt

2. Gaya Penyajian Asrāru `sh-Shalāt

Gaya penyajian merupakan gaya pengisahan pengarang dalam menyampaikan cerita, pikiran atau pendapatnya. Gaya pengisahan teks Asrāru `sh-Shal āt menggunakan bentuk interlinier. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

commit to user

Teks Asrāru `sh-Shalāt diawali dengan pembukaan berupa bacaan basmalah , dilanjutkan dengan puji-pujian kepada Allah Swt., salawat kepada Nabi Muhammad saw., keluarganya dan para sahabatnya. Keseluruhannya itu ditulis dalam bahasa Arab, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu. Struktur ini terus digunakan oleh pengarang sampai akhir karangan, seperti pada penulisan firman Allah Swt. dan hadis Nabi Muhammad saw., yang dapat dilihat pada penggalan teks berikut.

“Syahdan / barang [sia]pa sembahyang diketahui ilmu yang zhahir, maka sahlah pada / jua tiada sempurna pada hakikatnya seperti sabda nabi shall ā / `l-Lāhu „alaihi wa sallam:

“Wa man «„abbada `l-isma» dūnu `l-ma‟nā / faqad kafar”. Dan barang siapa sembahyang tatkala takbira / tu `l-ihr ām dikatanya Allahu Akbar dan tiada dalam hatinya // suatu jua pun adalah seolah- olah menyemah nama / maka yaitu kufur tiada sah sembahyang.

“Wa man «„abbada»/ `l-ma‟nā dūnu `l-asma fahuwa munafīq”. Dan / barang siapa menyemah ma‟nā tiada dengan nama maka / yaitu munafik. Yakni barang siapa sembahyang tatka[la] / takbiratu `l-ihr ām dikatanya Allahu Akbar pada hatinya / jua tiada pada mulutnya maka yaitu munafik tiada / sah sembahyang. ” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 2).

Pada bagian isi, pengarang menyampaikan dua pembahasan, yakni pembahasan mengenai sembahyang dan ma‟rifatu `l-Lāh. Pada pembahasan sembahyang, pengarang menguraikan sempurnanya sembahyang dengan mengetahui ilmu yang zhahir dan yang b āthin. Hal pertama yang diterangkan adalah soal sembahyang sebagai ketentuan yang berasal dari Allah Swt., dilanjutkan dengan makna dan kedudukan sembahyang sebagai tiang agama. Setelah itu pembahasan mengenai sembahyang disajikan dalam bentuk tanya jawab. Pada permulaan pembahasan, selalu diawali dengan kalimat tanya yang diteruskan dengan jawaban. Contohnya sebagai berikut.

commit to user

“Soal sembahyang <se> / sehari semalam lima waktu itu siapa asal yang / mengerjakan dia?

Jawab: adapun sembahyang subuh dua rakaat / Nabi Allah Adam „alaihi sallam. Kedua sembahyang waktu / zuhur empat rakaat awal mengerjakan dia Nabi Ibrahim [ „alaihi sallam].” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 8).

“Soal apa sebab sembahyang subuh dua rakaat dan sembahyang / zuhur empat rakaat dan sembahyang asar empat rakaat / dan sembahyang magrib tiga rakaat dan sembahyang isya / empat rakaat dan sembahyang subuh dua rakaat dan / sembahyang witir serakaat? Jawab: bahwasanya sabda / Rasulullah shall ā `l-Lāhu „alaihi wa sallam , ia kepada sahabatnya / Abu Bakar, dan Umar, dan Ustman, dan Ali mereka itu bertanya. ” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 9).

Demikian seterusnya sampai pada akhir teks, termasuk dalam pembahasan mengenai ajaran ma‟rifatu `l-Lāh, yakni jalan yang ditempuh seorang sufi untuk mengenal Allah. Contohnya sebagai berikut.

“Syahdan pada menyatakan syahadat dan taharah dan / sembahyang dan puasa dan zakat dan naik / haji dan sekayanya wajib ketahui supaya sempurna / jalan tiga perkara itu, yakni jalan syariat, / dan jalan tarekat, dan hakikat. ” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 26).

“Soal apa / faedah Islam dan iman dan tauhid <dan> / dan makrifat? Jawab: Adapun faedah Islam (dan) / itu akan memasukkan ke dalam

syarikat. Dan faedah iman / itu akan rukyatu `l-Lah Taala. Dan tauhid itu muntahī / yang „inabah Allah. Dan faedah makrifat itu akan mengenal / antara qadim dan muhadist-nya tiadalah ia jadi bertukar- tukar / dan bersamaan antara keduanya itu. ” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 31).

“Soal apa sebab Allah Taala menjadikan insan? / Jawab: Karena Allah hendak menyatakan qadim dan / muhadist-nya, dan lagi Allah Taala hendak menyempurnakan / sifat rahman dan sifat rahim-Nya kepada insan. ” (Asrāru `sh-Shalāt, hlm. 32).

Bagian akhir, teks Asrāru `sh-Shalāt diakhiri dengan doa kepada Allah Swt. dalam bahasa Arab dan ditutup dengan kata “tamat”, seperti berikut.

commit to user

“Inna `l-Lāha yan fa„unna bibakartihi fidunya wa `l-ahirati. Tamat risalah /ini yang dinamai/ akan dia Asr ā[ru] `sh-Shalāt...” (Asrāru `sh-

Shal āt, hlm. 36).