Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kota Gorontalo
2. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Kota Gorontalo
Perkembangan masyarakat Kota Gorontalo terjadi dalam bentuk perubahan baik kualitatif maupun kuantitatif. Sebab-sebab perubahan itu dapat di tinjau dari beberapa hal, antara lain pengaruh kemajuan di bidang pendidikan yaitu dengan adanya sekolah-sekolah unggulan sampai dengan perguruan tinggi yang semakin lama semakin bertambah. Perubahan lain bisa kita lihat dengan terbukanya komunikasi dan transportasi darat, laut, udara yang makin membaik sehingga mempercepat arus informasi dari luar.
commit to user
Akibat perkembangan itu tentu saja berpengaruh pada pola pikir serta pandangan penilaian terhadap kebudayaan dan adat istiadat. Untuk mencegah terjadinya perubahan ke arah yang negatif atau pemusnahan nilai-nilai luhur dalam tradisi daerah, maka perlu di adakan pembakuan dan pelestarian adat istiadat itu.
Dalam peradatan itu terekam ciri khas masyarakat Kota Gorontalo yaitu: (1) Mementingkan hubungan kekeluargaan dan kerjasama. (2) Bersifat ramah terhadap siapa saja. (3) Pengaruh adat yang kuat dalam perilaku kehidupan-kehidupan sebab
berlaku prinsip ”Adat Bersedikan Syara, Syara Bersendikan Kitabullah”. Arti dari ungkapan ini adalah bahwa adat dilaksanakan berdasarkan syara (aturan), sedangkan aturan ini harus berdasarkan AI-Quran. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sendi-sendi kehidupan masyarakat Kota Gorontalo adalah sangat religius dan penuh tatanan nilai-nilai yang luhur. Dengan ungkapan di atas maka Kota Gorontalo disebut dengan Serambi Medinah.
(4) Suka berfikir yang kritis, walaupun menampilkan pola kesederhanaan. (5) Suka menghormati dan menghargai orang, dengan dasar bahwa
penghargaan terhadap orang lain itu berarti penghargaan terhadap orang lain itu berarti penghargaan diri sendiri dan tidak bertentangan dengan agama.( Taufik Polapa 13 : 2006 )
Antara agama dan kebudayaan di dalam masyarakat mempunyai hubungan erat. Banyak pengaruh agama terhadap budaya diantaranya butir-butir ajaran
commit to user
agama yang diberlakukan menjadi budaya masyarakat Kota Gorontalo itu sendiri. Adapun contoh kecil dari pengaruh agama terhadap budaya pada masyarakat Kota Gorontalo dapat kita lihat pada pelaksanaan tahunan tradisi Meeraji ( Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW ). Kerukunan antar umat beragama di Kota Gorontalo terjalin hubungan yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada kondisi masyarakat yang hidup berdampingan dengan tenang dan damai yang telah terjalin selama ini. Dengan berpegang pada falsafah “Adat bersendikan syara' dan syara' bersendikan kitabullah” ciri religius sangat lekat pada masyarakat Gorontalo.
Hal ini lebih dipertegas dengan banyaknya simbol-simbol religi yang ditemui di hampir seluruh wilayah Kota Gorontalo seperti keberadaan mesjid dan sarana keagamaan lainnya seperti Taman Pengajian, TK Alquran dan pesantren. Disamping itu keberadaan tempat - tempat peribadatan bagi agama-agama lainnya seperti gereja-gereja, Vihara dan Klanteng dapat ditemui di beberapa tempat di Kota Gorontalo sebagai tempat beribadat bagi pemeluk-pemeluk agam Kristen, Budha dan Hindu. Namun demikian nuansa Islami lebih mewarnai kehidupan masyarakat Kota Gorontalo.
Table 2. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Gorontalo
ISLAM 137.685 151.958 153.956 154.371 157.074 175.616 178.274 KRISTEN
(Sumber : http://www.gorontalokota.go.id/ )
commit to user
Pada tabel 2 di atas menggambarkan bahwa jika dilihat perkembangan dari tahun ke tahun dari agama yang dianut terlihat jelas bahwa pemeluk agama Islam di Kota Gorontalo memiliki jumlah yang terbanyak bila dibandingkan dengan agama-agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Bundha. Jumlah penduduk Islam terus meningkat setiap tahunnya dengan jumlah peduduk Islam sebanyak 178.274 pemeluk, berbeda dengan pemeluk agama lain yang sering berubah dan bahkan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya, sebagai contoh pemeluk agama Kristen pada tahun 2004 berjumlah 3.405, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 ternyata mengalami peningkatan 4.196 pemeluk. Jumlah pemeluk agama Katolik pada tahun 2004 berjumlah 1.740, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 598 pemeluk. Jumlah pemeluk agama Hindu pada tahun 2004 berjumlah 2.361, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 114 pemeluk. Jumlah pemeluk agama Budha pada tahun 2004 berjumlah 2.125, lima tahun sesudahnya yakni pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 995 pemeluk . Adapun faktor yang mendasar terjadinya peningkatan dan penurunan jumlah pemeluk agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha di Kota Gorontalo disebabkan oleh meningkatnya angka kelahiran maupun kematian yang terjadi di Kota Gorontalo.
Penduduk Kota Gorontalo memiliki corak dan budaya tersendiri, yang menjunjung tinggi nilai nilai luhur masyarakat berupa gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan yang dikenal dengan " Huyula, Ambuwa, Ti'ayo, Hulunga ". Ungkapan Adat bersendi Syara, Syara bersendi Kitabullah "
commit to user
merupakan pandangan hidup masyarakat Gorontalo yang memadukan adat dengan agama. Pandangan hidup ini selaras dengan masyarakat yang terbuka , moderen dan demokratis.
Adapun ciri khas Kota Gorontalo lainnya. Pertama, makanan khas Kota Gorontalo yang terbuat olahan dari olahan jagung ada yang berupa kokole, balo binde, binde biluhuta dan lain sebagainya. Namun yang paling diunggulkan adalah binde biluhuta, yaitu makanan yang berasal dari jagung yang direbus dan kemudian diberikan bumbu parutan kelapa, daun bawang, daun kemangi, ebi, kecap, bawang goreng, jeruk nipis, dan cabe rawit yang sudah tumbuk. Kedua, rumah adat dulohupa, rumah adat ini digunakan sebagai tempat bermusyawarat. Pada masa pemerintahan para raja, rumah adat ini digunakan sebagai ruang pengadilan kerajaan, untuk memvonis para pengkhianat negara melalui sidang tiga alur pejabat pemerintahan, yaitu Buwatulo Bala (Alur Pertahanan / Keamanan), Buwatulo Syara (Alur Hukum Agama Islam), dan Buwatulo Adati (Alur Hukum Adat). Ketiga, kesenian yakni tarian yang cukup terkenal di Kota Gorontalo antara lain, Tari Bunga, Tari Polopalo, Tari Danadana, Zamrah, dan Tari Langga. Keempat, kerajinan rakyat. Kerajinan rakyat yang paling terkenal di Kota Gorontalo diantaranya kain sulaman krawang dan anyaman " Upiya Karanji " atau kopiah keranjang yang terbuat dari bahan rotan.
Kondisi sosial budaya masyarakat Kota Gorontalo mengalami perkembangan yang cukup baik. Indikator perkembangan dapat dilihat pada indeks kualitas hidup masyarakat yang antara lain meliputi angka kematian bayi dan ibu melahirkan, status gizi, harapan hidup dan angka partisipasi wajib belajar
commit to user
yang setiap tahunnya mengalami peningkatan (http://www.gorontalokota.go.id/ho me/show/161).
Perkembangan sistim mata pencaharian dalam kurun waktu 4-5 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan semakin membaiknya indikator pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh. Pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo diikuti juga oleh peningkatan pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat pada tahun 2005 sebesar Rp. 4.388.464,84,-, tahun 2006 sebesar Rp. 5.349.998,79,-, tahun 2007 sebesar Rp. 6.039.447,07,- dan tahun 2010 meningkat sebesar Rp. 7.030.812,47,-. Adapun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Gorontalo tahun 2010 sebesar 72,12% naik dari tahun 2008 -2009 yang hanya 71,64%.
Berkembangnya usaha industri kecil dan menengah yang ditunjang oleh pemberian bantuan modal usaha pelatihan teknis usaha industri kecil dan menengah melalui magang teknologi industri. Industri kecil di Kota Gorontalo terbagi atas 2 (dua) kategori yaitu Perusahaan Industri dan Industri Kerajinan Rumah Tangga. Perusahaan Industri menurut jenisnya dibedakan menjadi industri gilingan padi, pabrik kapur, penggergajian kayu, penyortiran rotan, industri mebel kayu/rotan.