Deskripsi Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo
1. Deskripsi Benda Cagar Budaya Kota Gorontalo
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dari hasil penelitian yang telah dilakuakan ada tiga benda cagar budaya Kota Gorontalo yang tidak sempat terdokumentasikan, yakni makam keramat Haji Bu’ulu, Makam Keramat Titidu Hulawa, dan makam keramat Jogugu Inaku, hal ini disebabakan oleh faktor cuaca yang tidak memungkinakan pada saat peneliti melakukan penelitian. Adapun deskripsi singkat yang didapat dari dokumen Dinas Kebudayaan Kota Gorontalo, observasi dan dari hasil wawancara tentang keberadaan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo adalah sebagai berikut :
a. Benteng Otanaha
Gambar 3. Benteng Otanaha ( dok. Pribadi )
commit to user
Benteng Otanaha dibangun sekitar tahun 1522 M oleh Raja Ilato atas prakarsa para nahkoda kapal Portugis yang berlabuh di pelabuhan Gorontalo untuk memperkuat pertahanan dan keamanan negeri dari serangan musuh. Benteng ini dibuat dari bahan-bahan berupa pasir, batu kapur dan telur burung maleo sebagai semen atau bahan perekatnya.
Menurut Iskandar Daulima,( Wawancara 13 Oktober 2011 ) dan dipertegas lagi oleh Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo, bahwa Raja Ilato memiliki dua orang putri dan seorang putra, yaitu Ndoba, Tiliaya dan Naha. Ketika berusia remaja, Naha pergi merantau ke negeri seberang, sedangkan kedua saudara perempuannya tinggal di wilayah Kerajaan Gorontalo. Singkat cerita, tahun 1585, Naha kembali ke negerinya dan memperistri Ohihiya. Hasil perkawinan mereka melahirkan Paha (Pahu) dan Limonu. Suatu ketika, terjadi perang melawan pemimpin transmigran dari wilayah barat Gorontalo yang di pimpin oleh Hemuto. Naha dan Paha tewas dalam perang tersebut. Limonu pun menuntut balas atas kematian ayah dan kakaknya.
Dalam perang melawan Hemuto, Limonu dan Ohihiya memanfaatkan ketiga benteng tersebut sebagai pusat kekuatan pertahanan. Untuk mengenang perjuangan mereka, ketiga benteng di atas diabadikan dengan nama benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu. Namun, dalam perkembangannya, benteng ini lebih dikenal dengan nama Benteng Otanaha.
Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit. Untuk sampai ke puncak Benteng Otanaha, pengunjung harus mendaki dengan melewati 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga. Uniknya, jumlah anak tangga pada setiap
commit to user
persinggahan tidak sama. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, dari persinggahan I ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, dari persinggahan II ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan dari persinggahan III ke persinggahan IV terdapat 89 anak tangga. Selanjutnya, untuk sampai ke area benteng terdapat 71 anak tangga. Adapun tujuan utama dibuatkannya anak tangga hingga IV tingkatan adalah untuk mempermudah akses perjalanan menuju puncak benteng, sebab posisi benteng berada dipuncak perbukitan yang berhadapan langsung dengan danau Limboto.
b. Makam Keramat Ju Panggola
Gambar 4. Makam Keramat Ju Panggola ( dok. Pribadi ) Ju Panggola Adalah makam seorang Raja Gorontalo yang bernama Ilato yang bergelar Du Panggola (Bapak Tua) dan Ta'Aulia (Waliyulla), Du Panggola dalam memerintah sangat adil, bijak penuh kearifan serta mengayomi rakyatnya, disamping itu pula beliau adalah orang yang sangat mendalami agama. Wafat pada tahun 1689, makam ini berada dilereng bukit berjarak 500 meter dari Benteng Otanaha.
commit to user
Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju berarti ‘ya’, sedangkan Panggola berati ‘tua’. Jadi, Ju Panggola artinya Ya Pak Tua. Konon nama Pak Tua tersebut adalah Ilato, yang artinya kilat. Karena kesaktian dan sifat keramatnya Ilato, mempunyai kemampuan untuk menghilang dan muncul jika negeri dalam keadaan gawat.(Sumber : Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo )
Dari sumber yang didapat dari arsip dinas kebudayaan Kota Gorontalo dan arsip tugas mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UNG, bahawa Pak Tua atau “Ju Panggola” gelar ini muncul dari masyarakat karena setiap beliau tampil, dengan profil Kakek Tua yang mengenakan jubah putih. Ia mempunyai jenggot putih yang sangat panjang yang melewati lutut. Ia juga dijuluki sebagai “Awuliya” ( Wali ) karena beliau adalah penyebar agama Islam sejak tahun 1400, sebelum para Wali Songo berada di Pulau Jawa. Makam tersebut memiliki banyak keajaiban,antara lain, tanah di atas bukit itu berbau harum.
c. Makam Keramat Nenek Taibi
Gambar 5. Makam Keramat Nenek Taibi ( dok. Pribadi )
commit to user
Menurut Suleman Hunou 4 : 2007 yang diperkuat oleh Marlin Liputo ( wawancara 12 Oktober 2011 , bahawa makam keramat Nenek Taibi adalah sebuah makam yang memancarkan air dari Bonggo Lopaita ( batu nisan ). Nenek Taibi adalah seorang tabib yang pertama kali menemukan obat-obat tradisional Gorontalo. Nenek Taibi dapat menolong orang sakit dengan obat tradisional akar baluntha, kunyit, pala, cengkeh, pinang, dan sirih. Adapun penyakit yang pada saat itu menjadi ketakutan terbesar sebahagian masyarakat Kota Gorontalo adalah diare, penyakit kulit ( abongo ), dan penyakit sejenis dengan malaria.
Bagi masyarakat Gorontalo pada masa hidupnya Nenek Taibi adalah seorang yang ramah dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menagih upah dari hasil pengobatanya.
d. Makam Keramat Pulubanga
Gambar 6. Makam Keramat Pulubangga ( dok. Pribadi ) Dari hasil wawancara Roys Pakaya ( 13 Oktober 2011 ) dan diperkuat oleh Heriyanto Ibrahim ( 13 Oktober 2011 ), bahwa makam keramat Pulubangga terletak di kelurahan Tanjung Kramat sekitar 4 Km, beliau adalah seorang
commit to user
pemberani yang berasal dari Gorontalo yang memiliki ilmu yang tinggi yang dihidayahi oleh Tuhan. Hidayah ini dipergunakan beliau dalam menegakkan keadilan dan kebenaran serta melindungi rakyat yang tertindas, hal itu terbukti dengan beberapa perlawana frontal beliau terhadap petingi-petinggi kerajaan Gorontalo yang semena-mena terhadap rakyat Gorontalo saat itu.
e. Makam Kramat Haji Bu’ulu
Menurut Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo makam keramat Haji Bu’ulu letaknya dipusat Kota Jl. Teuku Umar. Haji Buulu artinya Haji Rusa. Konon kenapa beliau di beri gelar Haji Rusa karena pada saat melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci beliau terbang dengan mengenderai seekor rusa. Disana beliau sempat melanggar satu aturan yakni memasuki Ka'bah tanpa ijin dan melihat sesuatu didalamnya. Karena keingutahuannya beliau menengadah ke langit-langit Ka'Bah perbuatan ini diketahui oleh seorang syekh dan ia dikutuk untuk tujuh turunan tidak diperkenankan menunaikan Ibadah Haji. Apabila memaksakan diri maka akan berlaku kutukan yang diberikan kepada beliau yakni semacam daging yang tumbuh di kepala menyerupai tanduk rusa. Deskripsi dari Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Farha Daulima ( 1991 : 12 ) bahawa menurut kepercayaan masyarakat Gorontalo bahwa Gorontalo senantiasa luput dari bencana alam maupun bencana lainya adalah berkat roh-roh para aulia-aulia tersebut.
commit to user
f. Mesjid Hunto
Gambar 7. Mesjid Hunto ( dok. Pribadi )
Hunto Sultan Amay merupakan Mesjid tertua di Gorontalo. Mesjid ini berdiri pada tahun 899 Hijriah bertepatan 1495 Masehi. Dibalik tiang-tiangnya yang kokoh Mesjid ini memiliki kisah sejarah yang unik dan menarik untuk diketahui. Menurut Syamsuri Kaluku ( wawancara 13 Oktober 2011 ) yang biasa di sapa Pak Haji oleh masyarakat sekitar merupakan satu diantara jemaah yang mengetahui betul cerita berdirinya Mesjid tua itu. Ia mengisahkan dan mengungkapkan beberapa sejarah Mesjid Sultan Amay yang menjadi tempat pusat awal perkembangan agama Islam."Islam sebenarnya sudah masuk di Gorontalo semenjak 1300an Masehi, hanya saja perkembangannya nanti pada tahun 1490an tepatnya pada saat Mesjid ini berdiri," ujar Pak Haji mengawali kisah cerita Mesjid tua . Lanjutnya sebelum Mesjid tersebut berdiri wilayah yang kini telah menjadi Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo dipimpin oleh Raja Amay seorang pemimpin muda, ganteng, dan masih lajang. Raja dan para pengikutnya saat itu menganut kepercayaan animisme. Patung, pohon, dan hal-hal yang dianggap mistik merupakan sesembahan masyarakat saat itu.
commit to user
Sang Raja kemudian jatuh cinta pada putri raja. Putri Boki Antungo yang merupakan putri Raja Palasay, gadis cantik asal Mautong Sulawesi Tengah. Berniat hendak meminang sang putri, Raja Amay kemudian mendatangi langsung sang Raja Palasay ayahanda sang putri. Ungkapan ingin memimang pun disampaikan langsung dan Raja Palasay menerima baik niat Raja Amay. Raja Palasay yang ketika itu merupakan pengikut agama Islam yang taat, kemudian mengajukan satu syarat kepada Raja Amay. Jika disepakati maka Raja Palasay merestui anaknya dinikahi Raja Amay. "Satu syarat yang diajukan yaitu Raja Amay harus masuk Islam dengan bukti Raja Amay harus mendirikan Mesjid," lanjut Pak Haji yang juga merupakan Pengurus Badan Ta'mirul Mesjid Hunto Sultan Amay.
Permintaan Raja Palasay kemudian disetujui oleh Raja Amay. Pembangunan Mesjid pun dilakukan di Gorontalo. Mesjid tersebut kemudian diberi nama Hunto Sultan Amay. Hunto singkatan dari Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam ketika itu. Sebelum menikah Raja Amay mengumpulkan seluruh rakyatnya. Raja Amay dengan terang-terangan mendeklarasikan diri telah memeluk agama Islam secara sah dan kemudian meminta seluruh pengikutnya untuk melakukan pesta meriah. Pada pesta tersebut Raja Amay meminta kepada rakyatnya untuk menyembelih babi disertai dengan pelaksanaan sumpah adat. "Tepatnya dihalaman Mesjid ini, digelar pesta dan sumpah adat dengan hidangan babi, darah babi kemudian dijadikan simbol sumpah adat yang diteteskan dibagian kepala (jidat) dengan isi sumpah hari tersebut merupakan hari terakhir rakyatnya memakan babi," ungkap Pak Haji
commit to user
dengan semangat. Usai proses sumpah adat, Raja Amay kemudian meminta rakyatnya untuk masuk Islam dengan membaca dua kalimat syahadat. Pernikahan Raja Amay dan Putri Boki Antungo pun dilakukan di Mautong dan Mesjid Hunto Sultan Amay menjadi hadiah pernikahan Raja Amay kepada istrinya.
Syekh Syarif Abdul Aziz ahli agama Islam dari Arab Saudi didatangkan langsung oleh Raja Amay untuk menyebarluaskan agama Islam di Gorontalo. Dan sampai saat ini masih terbukti sebagian besar masyarakat Gorontalo menganut kepercayaan agama Islam atas upaya dari Raja Amay. Saat ini bentuk dan ukuran Mesjid Hunto Sultan Amay telah dipugar dan diperbesar tanpa menghilangkan keasliannya. Diantaranya mimbar yang biasa digunakan untuk berkhotbah dan tiang-tiang Mesjid yang masih kokoh berdiri serta ornamen-ornamen beraksen kaligrafi Arab. Adapula bedug yang terbuat dari kulit kambing yang sudah mulai menipis dengan kondisi telah dihiasi lubang-lubang kecil tetapi masih digunakan hingga saat ini. Posisinya terletak dibagian dalam, tepatnya di sudut kanan depan Mesjid. Semuanya asli dan telah berumur lebih dari 600 tahun.
Komentar Syamsuri Kaluku dipertegas lagi oleh asrsip yang didapat dari dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Gorontalo, bahwa peninggalan asli lainnya dari mesjid Hunto adalah sumur tua yang hingga kini masih digunakan oleh jemaah dan masyarakat sekitar. Posisinya terletak di samping kiri mesjid, berdekatan dengan tempat wudhu. Sumur tua tersebut terbuat dari kapur dan putih telur Maleo dengan diameter lebih dari satu meter dan ketinggian mencapai tujuh meter. Kondisi cuaca Gorontalo yang sering dilanda musim panas berkepanjangan tidak mempengaruhi kondisi airnya yang terus melimpah dan jernih. Masyarakat
commit to user
setempat pun meyakini air sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Luas keaslian Mesjid 144 meter persegi tapi sekarang sudah lebih besar. Ukuran aslinya itu merupakan wilayah pusatnya dan masih tetap asli sampai sekarang. Dilakukan perbaikan dikarenakan sudah rusak dan dipercantik kembali tanpa menghilangkan keasliannya. Area Mesjid yang telah diperlebar diantaranya dibagian depan dan sebelah kanan Mesjid yang dijadikan ruang shalat wanita. Serta ada penambahan bangunan yang hingga kini dalam proses pembangunan di lantai dua. "Rencananya lantai dua juga untuk wanita, Insya Allah puasa ini sudah bisa digunakan," harapnya.
Tidak hanya air sumur tua, Mesjid ini pun diyakini keramat sehingga banyak yang datang berkunjung dan berziarah. Tepat di mihrab berbatasan dengan tempat posisi Imam berdiri merupakan makam Sultan Amay. "Ada batasnya dan sudah di atur antara kuburan Sultan Amay dan tempat posisi Imam berdiri biar tidak terkesan kita menyembah beliau (Raja Amay)," . Lokasi mimbar tersebut sering mengeluarkan aroma yang harum alami tanpa pewangi buatan. Sedangkan dibagian belakang Mesjid merupakan kuburan tua termasuk Syekh-Syekh zaman dulu yang turut serta menyebarkan agama Islam di Gorontalo. Bentuk keramat lain biasanya dapat dirasakan oleh orang-orang tertentu yang datang dari kalangan peziarah. Biasanya dilihat dari tingkat keimanannya masing-masing, semakin tinggi imannya maka semakin tinggi pula ujiannya. Berdasarkan pengalaman yang terjadi terdengar suara orang menangis dimimbar, ada yang melihat banyak orang
commit to user
lagi shalat tetapi sebenarnya tidak ada seorangpun didalam Mesjid. Bahkan ketika shalat sendiri tiba-tiba ada suara dari belakang membalas kata amin atau salam.
g. Titidu Hulawa
Menurut tulisan Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo diketahui ada seorang yang bernama Yunus yang dijuluki Titidu Hulawa ( Sendok Emas ) yang meninggal beberapa ratus tahun yang lalu. Menurut legenda dia mempunyai keajaiban yang luar biasa karena mempunyai sendok emas yang sangat sakti dan bisa dipergunakan untuk melawan musuhnya.
Data dari Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Oly ( Wawancara 13 Oktober 2011 ) bahwa pernah dilokasi makam ini pernah dijatuhi bom pada saat perang melawan Belanda, berkat keramatnya maka bom tersebut tidak meledak. Selain itu makam keramat Titidu Hulawa pada saat kemarau panjang bisa mengeluarkan sumber mata air yang tidak diketahui dari mana asalnya.
h. Makam Keramat Ta'jailoyibuo
Gambar 8. Makam Keramat Ta'jailoyibuo ( dok. Pribadi )
commit to user
Menurut penuturan Ismail Syukur juru pelihara makam ( Wawancara 14 Oktober 2011 ) dan Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo, bahwa Ta'jailoyibuo yakni seorang anak yang lahir dari seorang ibu yang sudah meninggal dan sudah dilaksanakan pemakamanya. Tiga hari kemudian dari kuburan seorang ibu tersebut terdengar suara tangisan bayi dan setelah ditelusuri suara tersebut muncul dari seorang ibu tadi, dan setelah dikabarkan keseluruh masyarakat dengan segera kuburan itu digali. Setelah penggalian dilakukan ternyata yang ditemukan seorang bayi yang tidak memiliki tali pusar.
Menurut kepercayaan masyarakat sekitar makam apabila ada suami istri yang sudah lama menikah dan belum dikaruniayi anak datang berziarah dan bermohon kepada Allah SWT akan diberi keturunan.
i. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe
Gambar 9. Makam Keramat Aulia Ta Ilayabe ( dok. Pribadi ) Menurut Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo makam keramat Auliay Ta Ilayabe berada di atas bukit sekitar kompleks pelabuhan Gorontalo, keunikan makam kramat ini sempat berpindah tempat,
commit to user
makam tersebut ditandai bendera putih yang artinya makam orang suci yang bernama Tulutani Male dan Gelar Ta Ilayabe. Konon Almarhum adalah seorang Hulubalangi kerajaan Gorontalo dimasa lalu, Gelar adat Ta Ilayabe ini diberikan karena atas jasanya menaklukan hati Raja Ternate melepaskan Gorontalo dari jajahannya.
Sumber Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo tentang makam keramat Auliay Ta Ilayabe dipertegas lagi oleh Joni Nuke ( wawancara 13 Januari 2012), bahwa Ta Ilayabe artinya orang yang dikipas, kipaslah diriku, demikian permintaannya untuk meredam amarahnya saat bersitegang dengan Raja Ternate karena diremehkan saat menyampaikan upeti. Pada waktu itu ia marah besar dan mengeluarkan ilmu kesaktiannya menancapkan ujung jari kaki ketanah, maka menyemburlah air dan ia berkata "Bila Paduka Raja masih menjajah Gorontalo maka tanah ternate akan kutengelamkan. Nah pada saat itu pula Raja Ternate berjanji dan menyatakan melepaskan Gorontalo dari daerah jajahannya.
j. Makam Keramat Jogugu Inaku
Menurut Sumber Asip Dinas Kebudayaan dan Priwisata Kota Gorontalo bahwa pada masa sebelum perang dunia kedua ada sebuah kuba makam yang terletak di kelurahan paguyaman. Setelah perang kuba makam tersebut telah hancurdan yang tersisa hanya sebuah batu nisan.
Asip dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo dipertegas lagi oleh Hadijah Liputo ( wawancara 14 Januari 2012 ), bahwa pada tahun 1939 terjadi suatu keajaiban pada makam tersebut, dimana setiap hari jum’at menjelang subuh
commit to user
dari batu nisan makam itu mengeluarkan cahaya yang diikuti dengan suara azan, zikir dan suara seorang yang sedang beribadah kejadian tersebut terulang kembali disaat menjelang ashar. Keajaiban lain yaitu dulunya bentuk batu nisan berukuran kecil, namun sekarang sudah menjadi besar dan masih memberikan keajaiban – keajaiban yang membuat banya orang berbondong-bondong berziarah ketempat makam tersebut.
k. Pemandian Bak Potanga
Gambar 10. Pemandian Bak Potanga ( dok. Pribadi ) Pemandian Potanga berada di sebelah barat Kota Gorontalo, tepatnya di Kelurahan Pilolodaa Kecamatan Kota Barat. Jarak tempuh yang pendek dari pusat kota ini menjadikan objek wisata pemandian potanga tidak dilengkapi dengan fasilitas penginapan. Waktu tempuh hanya sekitar 20 menit dari pusat kota . Wisata Alam yang mengandalkan pemandian yang bersih dan sejuk dengan menggunakan mata air alami pegunungan yang mengalir dari celah-celah bebatuan disekitar pemandian, merupakan aset wisata peninggalan Belanda dan pemerintah masyarakat Kota Gorontalo pada umumnya.
commit to user
Menurut Dunelo (Wawancara 14 Oktober 2011) dan Yuyun P ( wawancara 13 Januari 2012 ) , bahwa nama pemandian Potanga yang mempunyai makna simpang ( Simpan ) dan menjadi nama perkampungan di lokasi tersebut, Wisata potanga dibangun sejak Jaman penjajahan Belanda yang dipergunakan oleh petinggi-petinggi pejabat belanda untuk beristirahat dan mandi.
Ada 2 jalur alternatif menuju lokasi wisata,yang pertama dari Bandara Jalaluddin dan yang kedua dari Pusat Kota Gorontalo. Jarak tempuh yang pendek yakni akses dari Kota Gorontalo, karena hanya berjarak sekitar 5 km dari pusat kota melalui Jalan Raja Eyato dan Jalan Usman Isa. Bagi pengunjung yang ingin menuju ke lokasi wisata langsung dari Bandara Jalaluddin, dengan menggunakan taksi melalui Jalan Raya Batudaa – Bongomeme dan akan melewati lokasi – lokasi wisata lainnya (Taluhu Barakati, Benteng Otanaha, Dermaga Iluta, dan Makam Keramat Ju Panggola). Tepat di simpang empat kelurahan pilolodaa (potanga), akan terlihat gapura menuju ke lokasi wisata. Dari gapura masih berjarak lebih kurang 500 m ke lokasi wisata dengan jalan yang sedikit menanjak, karena wisata alam pemandian potanga tepat berada di kaki bukit.
commit to user
l. Kantor PT Pelni Nusantara ( Pelabuhan Gorontalo )
Gambar 11. Kantor PT Penli Nusantara ( dok. Pribadi ) Kota Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Pare-pare dan Manado. Pelabuhan Kota Gorontalo pada saat itu menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo, Bone. Seiring dengan penyebaran agama tersebut Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar seperti Bolaang Mongondow (Sulut), Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala (Sulteng) bahkan sampai ke Sulawesi Tenggara.
Menurut sumber asip Dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo yang diperkuat oleh pernyataan Surya Kobi ( wawancara 13 Januari 2012 ), bahwa pelabuhan Kota Gorontalo menjadi awaln mula perkembangan pusat pendidikan dan perdagangan di Kota Gorontalo, karena letaknya yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara). Dengan letaknya yang stategis yang menjadi pusat pendidikan dan perdagangan serta penyebaran agama islam maka pengaruh Gorontalo sangat besar pada wilayah sekitar, bahkan menjadi pusat pemerintahan yang disebut dengan Kepala
commit to user
Daerah Sulawesi Utara Afdeling Gorontalo yang meliputi Gorontalo dan wilayah sekitarnya seperti Buol ToliToli dan, Donggala dan Bolaang Mongondow.
m. Kantor Pos Gorontalo
Gambar 12. Kantor Pos Gorontalo ( dok. Arsip Jurusan pendidikan sejarah) Menurut sumber asip dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo, sejarah Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 tidak lepas dari Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang dimulai pada tanggal 28 Desember 1941. Adalah seorang pemuda bernama Nani Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.
Menurut sumber asip Dinas kebudayaan dan priwisata Kota Gorontalo yang diperkuat oleh pernyataan Surya Kobi ( wawancara 13 Januari 2012 ), bahwa pasukan Rimba Nani Wartabone bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie
commit to user
WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah takluk pada pukul 5 subuh. Dengan sebuah keyakinan yang tinggi, pada pukul 10 pagi Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Pos Gorontalo. Dihadapan massa yang berkumpul, ia Nani Wartabone berkata : “Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.”
Dengan demikian kantor pos Gorontalo adalah tempat pertama berkibarnya bendera merah putih dibumi tercinta Gorontalo, walpun pada tahun yang sama masuk pemerintah Jepang yang hanya bertahan tiga setengah tahun.