Kondisi Geografis Kampoeng Laweyan
B. Kondisi Geografis Kampoeng Laweyan
Kampoeng Laweyan mempunyai luas wilayah 24,83 Ha yang terdiri dari 20,56 Ha tanah pekarangan dan bangunan, sedangkan yang 4,27 Ha berupa sungai, jalan, tanah terbuka, serta kuburan. Jenis persil rumah di Laweyan secara garis besar terdiri dari : persil rumah
juragan batik besar (1000 m 2 – 3000m 2 ), persil rumah juragan batik sedang (300m 2 – 1000m 2 ), persil milik buruh batik (25m 2 – 100m 2 ). Kampoeng Laweyan atau Kelurahan Laweyan merupakan daerah yang termasuk wilayah Kecamatan Laweyan. Sedangkan Kecamatan Laweyan memiliki sebelas kelurahan, yaitu kelurahan Bumi, Jajar, Karangasem, Laweyan, Kertur, Panularan, Pajang, Purwosari, Penumping, Sondakan dan Sriwedari. Kampung Laweyan merupakan pusat industri batik tradisional di Indonesia yang berada kira kira 15 km di pinggiran sebelah barat daya Kota Surakarta.
sebagai daerah yang menghubungkan daerah kawasan lua kota,khususnya wilayah Kartasura dan Sukoharjo. Kampung Laweyan saat ini mempunyai luas wilayah 24,83 Ha.
Laweyan merupakan sebuah kawasan kampung dagang dan pusat industri batik,yang perkembangannya dimulai sejak awal abad ke 20. Jalur utama Laweyan adalah jalan protokol kedua setelah jalan Slamet Riyadi yang menjadi penghubung antara Surakarta dan Yogjakarta. Dan apabila di bandingkan dengan wilayah Surakarta yang lain, maka Laweyan merupakan daerah yang paling kecil,baik jumlah penduduk maupun luas wilayahnya.
Selama pemerintahan Kerajaan Mataram, daerah Laweyan terdiri dari 2 wilayah yaitu Laweyan Barat dan Laweyan Timur yang di pisahkan oleh sungai Laweyan. Karakteristik penduduk antara 2 wilayah tersebut sangat berbeda, penduduk di Laweyan Barat dalam masalah ekonomi dan kebudayaan lebih banyak berhubungan dengan
fasilitas yang di sediakan oleh raja, sebaliknya Laweyan Timur yang di huni oleh sebagian pedagang dan pengusaha batik lebih banyak memusatkan kegiatan pada kegiatan pasar. Pasar yang telah mati itu sekarang menjadi Kampung Lor atau Utara dan Kidul atau Selatan Pasar.
Sesudah terjadi pembaharuan dalam bidang administratif daerah kerajaan pada tahun 1918, administratif Laweyan di pecah
Secara umum separuh wilayah bagian timur sungai masuk kecamatan kota Laweyan dan separuh barat sungai ikut kecamatan Kartasura, kabupaten Sukoharjo, dan daerah itu sekarang menjadi kampung Belukan.
Laweyan terus berkembang sebagai pusat industri batik yang makmur di Surakarta selama awal abad ke-20, sebagai akibat di temukannya alat pembatik cap menggantikan canting yang di bawa masuk ke Laweyan. Industri batik Laweyan mengalami modernisasi, fase itu di tandai dengan munculnya gagasan para pengusaha melahirkan produk batik Sandang pada tahun 1925 dan batik Tedjo tahun1956.
Sekarang secara administratif Kelurahan Laweyan atau Kampoeng laweyan ini termasuk di bawah kecamatan Laweyan. Kampung ini dibatasi oleh sungai Jenes, Batangan dan Kabanaran yang merupakan batas alamiah kampung Laweyan dengan daerah Kartasura serta memberikan peranannya untuk menampung pembuangan air limbah kota. Susunan pemukiman Laweyan masih mencerminkan aslinya sebagai kampung saudagar, tetapi sekarang ini pusat geografis daerah Laweyan bukan lagi pasar yang terletak di tepi sungai Laweyan, melainkan sepanjang jalan utama Laweyan yang membentang dari arah kota ke barat, jalan itu menjadi pemisah antara kampung saudagar batik Sondakan di seberang utara dengan kampung Sekarang secara administratif Kelurahan Laweyan atau Kampoeng laweyan ini termasuk di bawah kecamatan Laweyan. Kampung ini dibatasi oleh sungai Jenes, Batangan dan Kabanaran yang merupakan batas alamiah kampung Laweyan dengan daerah Kartasura serta memberikan peranannya untuk menampung pembuangan air limbah kota. Susunan pemukiman Laweyan masih mencerminkan aslinya sebagai kampung saudagar, tetapi sekarang ini pusat geografis daerah Laweyan bukan lagi pasar yang terletak di tepi sungai Laweyan, melainkan sepanjang jalan utama Laweyan yang membentang dari arah kota ke barat, jalan itu menjadi pemisah antara kampung saudagar batik Sondakan di seberang utara dengan kampung
Jalan Dr. Radjiman merupakan jalur utama Laweyan yang terkenal akan batiknya. Dari ujung timur, daerah Pasar Kembang terdapat perusahaan batik Danar Hadi, memasuki kawasan Kampung Kabangan masih di jalan yang sama terdapat Pabrik batik Bratajaya, dan sebagainya.
Gambar 11
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)
Masyarakat Laweyan bukanlah keturunan bangsawan, tetapi karena mempunyai hubungan yang erat dengan keraton melalui perdagangan batik serta didukung dengan kekayaan yang ada, maka corak pemukiman khususnya milik para saudagar batik banyak dipengaruhi oleh corak pemukiman bangsawan Jawa. Bangunan rumah saudagar biasanya terdiri dari pendopo, ndalem, sentong, gandok, paviliun, pabrik, beteng, regol, halaman depan rumah yang cukup luas dengan orientasi bangunan menghadap utara-selatan. Atap bangunan kebanyakan menggunakan atap limasan bukan joglo karena bukan keturunan bangsawan.
Dalam perkembangannya sebagai salah satu usaha untuk lebih mempertegas eksistensinya sebagai kawasan yang spesifik, corak bangunan di Laweyan banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam, sehingga banyak bermunculan bangunan bergaya arsitektur Indisch (Jawa – Eropa) dengan fagade sederhana berorientasi ke
dalam, fleksibel, berpagar tinggi, lengkap dengan lantai yang bermotif karpet khas Timur Tengah. Keberadaan “beteng” tinggi yang banyak memunculkan gang-gang sempit dan merupakan ciri khas Laweyan selain untuk keamanan juga merupakan salah satu usaha para saudagar untuk menjaga privacy dan memperoleh daerah “kekuasaan” di lingkungan komunitasnya.
Kampoeng Laweyan :
Gambar 12
Faqade Rumah Laweyan
Sumber : www.kampoenglaweyan.com