Daftar Fasilitas Umum di Kampoeng Laweyan dan Sekitarnya
Daftar Fasilitas Umum di Kampoeng Laweyan dan Sekitarnya
No.
Jenis Fasilitas
Alamat
1 1. Hotel
a. Kategori Melati
1) Hotel Laweyan
2) Hotel Sapta Jaya
3) Hotel Roemahku
b. Kategori Bintang
1) Indah Palace Hotel
2) Riyadi Palace Hotel
Jl. Dr. Rajiman No.568 Jl. Dr. Rajiman No.580 Jl. Dr. Rajiman No.510
Jl. Veteran No. 284 Jl. Slamet Riyadi No.335
2. Restaurant / Cafe
a. Restaurant Rumahku
b. Diamond Cafe
Jl. Dr. Rajiman No.510 Jl. Slamet Riyadi No.396
3. Gedung Pertemuan
a. Graha Niekmat Rasa
Jl. Dr. Rajiman No.523
4. Masjid / Langgar
a. Masjid Laweyan
b. Masjid Baiturrahim
c. Masjid Al Makmur
d. Langgar Merdeka
e. Langgar Darul Arqom
f. Gedung Wanita Islam
g. Langgar Dirham Kakung
h. Masjid Al Khirmani
i. Masjid Jannatul Firdaus
Kampung Belukan Sayangan Kulon RT 01/ RW 03 Setono RT 02/ RW 02 Jl. Dr. Rajiman Kidul Pasar Mati RT 04/ RW 01 Jl. Sidoluhur No.13 Klaseman RT 03/ RW 01 Jl. Sidoluhur No.17 Jl. Dr. Rajiman
5. Kelurahan Jl. Dr. Rajiman No.521
6. IPAL Setono RT 04/ RW 01
7. Laweyan Batik Training Centre Sekretariat di Jl. Dr. Rajiman No.521
8. Pusat Pelatihan Budaya Jawa
a. Bidang Tari
b. Bidang Bahasa
Klaseman RT 03/ RW 01 Sayangan RT 01/ RW 03
9. Pasar
a. Pasar Kabangan
b. Pasar Jongke
Jl. Dr. Rajiman No.522 Jl. Dr. Rajiman No. 616
10. Makam
a. Makam Ngingas
b. Makam Dowo
c. Makam Kramat
d. Makam Klaseman
Kidul Pasar Mati RT 04/ RW 01 Jl. Tiga Negeri No.1 Kramat RT 02/ RW 03 Klaseman RT 02/ RW 01
11. Koperasi Sidoluhur Sekretariat di Jl. Rajiman 521 Sumber : www.kampoenglaweyan.com
Obyek wisata di Kampoeng Batik Laweyan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Obyek Wisata Era KH Samanhudi
Ketika masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1905 berdiri suatu organisasi Serikat Dagang Islam yang diprakarsai oleh KH. Samanhudi. Beliau sebagai tokoh saudagar batik di Laweyan berjuang menyatukan para saudagar batik muslim bumiputera yang terutama berada di kawasan Laweyan untuk menghadapi kolonial Belanda yang pengaruhnya semakin kuat di dalam keraton.
Atas jasa KH. Samanhudi yang sangat besar dalam pergerakan nasional menentang Belanda, Presiden Soekari memberikan sebuah rumah untuk KH. Samanhudi yang sampai sekarang masih digunakan oleh cucu dan keturunan KH. Samanhudi. Letak rumah tersebut berada di selatan Komplek
Makam K.A. Henis, di sebelah timur komplek SD Laweyan.
Rumah K.H. Samanhudi Hadiah dari Presiden Soekarno
Sumber : www.kampoenglaweyan.com
2. Obyek Wisata Jaman KA Henis
Ada beberapa obyek wisata yang masuk dalam kategori obyek wisata jaman KA Henis, antara lain :
a. Masjid Laweyan
Masjid Laweyan dibangun pada masa Djoko Tingkir sekitar tahun 1546. Merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang. Awalnya merupakan pura agama Hindu dengan seorang biksu sebagai pemimpin. Namun dengan pendekatan secara damai, seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi Masjid. Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena Masjid Laweyan dibangun pada masa Djoko Tingkir sekitar tahun 1546. Merupakan masjid pertama di Kerajaan Pajang. Awalnya merupakan pura agama Hindu dengan seorang biksu sebagai pemimpin. Namun dengan pendekatan secara damai, seiring dengan banyaknya rakyat yang mulai memeluk agama Islam, bangunan dirubah fungsinya menjadi Masjid. Bersamaan dengan itu, tumbuh sebuah pesantren dengan jumlah pengikut yang lumayan banyak. Konon karena
Gambar 16 Kondisi Masjid Laweyan
Sumber : www.kampoenglaweyan.com
b. Makam Ki Ageng Henis
Kompleks masjid Laweyan menjadi satu dengan makam kerabat Keraton Pajang, Kartasura dan Kasunanan Surakarta. Pada makam terdapat pintu gerbang samping yang khusus dibuat untuk digunakan oleh Sunan Paku Buwono X
karena 1 tahun setelah kunjungan itu beliau wafat. Di makam ini terdapat tumbuhan langka Pohon Nagasari yang berusia lebih dari 500 tahun yang merupakan perwujudan penjagaan makam oleh naga yang paling unggul. Selain itu pada gerbang makam terdapat simbolisme perlindungan dari Betari Durga. Makam direnovasi oleh Paku Buwono X bersamaan dengan renovasi Keraton Kasunanan. Sebuah bangunan semacam pendapa yang diangkat dari pindahan Keraton Kartasura.
Beberapa orang yang dimakamkan di tempat itu diantaranya adalah :
1. Kyai Ageng Henis
2. Susuhunan Paku Buwono II yang memindahkan Keraton Kartasura ke Desa Sala hingga menjadi Keraton Kasunanan Surakarta. Konon Paku Buwono II ingin dimakamkan dekat dengan Kyai Ageng Henis dan bertujuan untuk menjaga Keraton Kasunanan Surakarta dari serangan musuh.
3. Permaisuri Paku Buwono V
4. Pangeran Widjil I Kadilangu sebagai Pujangga Dalem Paku Buwono II-Paku Buwono III yang memprakarsai pindahnya Keraton dari Kartasura ke Surakarta.
6. Nyai Pandanaran
7. Prabuwinoto anak bungsu dari Paku Buwono IX
8. Dalang Keraton Kasunanan Surakarta yang menurut legenda pernah diundang oleh Nyi Roro Kidul untuk mendalang di Laut Selatan.
9. Kyai Ageng Proboyekso, yang menurut legenda merupakan jin Laut Utara yang bersama pasukan jin ikut membantu menjaga keamanan Kerajaan Kasunanan Surakarta.
Gambar 17 Makam Ki Ageng Henis
Sumber : www.kampoenglaweyan.com
c. Bandar Kabanaran
Semenjak tahun 1546 Kyai Ageng Henis bermukim di Laweyan dengan mengemban misi dakwah Islam. Beliau juga menyajikan teknik pembuatan batik kepada penduduk setempat. Sejak itu dunia perdagangan dan perindustrian semakin ramai. Untuk mendukung arus lalu lintas Semenjak tahun 1546 Kyai Ageng Henis bermukim di Laweyan dengan mengemban misi dakwah Islam. Beliau juga menyajikan teknik pembuatan batik kepada penduduk setempat. Sejak itu dunia perdagangan dan perindustrian semakin ramai. Untuk mendukung arus lalu lintas
Gambar 18 Bandar Kabanaran
Sumber : www.kampoenglaweyan.com
d. Pasar Laweyan
Pasar Laweyan berada di timur kampung Setono, di selatan Kampung Lor Pasar, di utara Kampung Kidul Pasar. Pasar Laweyan merupakan pusat transaksi perdagangan bahan pakaian dan kain tenun. Dan semenjak penduuk Laweyan memproduksi batik di sekitar tahun 1546, Pasar Laweyan
Kabanaran.
3. Obyek Wisata Era Sekarang
Ada 2 jenis obyek wisata era sekarang, antara lain yaitu :
a. Wisata Batik
Kampoeng Batik Laweyan merupakan tempat cagar budaya dan salah satu tujuan wisata di kota Solo. Selain bisa melihat proses pembuatan Batik, wisatawan juga bias mencoba sendiri bagaimana asyiknya membatik. Wisata ini disebut Short Course , dimana wisatawan bisa membuat Batik diatas kain ukuran 30x30 cm dalam waktu 2 jam, hasil karya dan canthing dapat dibawa pulang. Ada 2 macam paket Short Course, yaitu : - Paket Laweyan 1 :
Harga Rp 30.000 / orang, untuk peserta minimal 10 orang. - Paket Laweyan 2 :
Harga Rp 25.000 /orang, untuk peserta minimal 20 orang. Dan hanya dengan menambah Rp 10.000 /orang, wisatawan dapat menikmati makanan ditambah minuman khas Jawa.
Selain mengambil paket Short Course, para wisatawan juga bisa mengikuti acara kunjungan ke berbagai Pabrik Batik dan Showroom Batik di Laweyan. Selain melihat langsung Selain mengambil paket Short Course, para wisatawan juga bisa mengikuti acara kunjungan ke berbagai Pabrik Batik dan Showroom Batik di Laweyan. Selain melihat langsung
b. Wisata Kuliner
Untuk Paket Wisata Kuliner telah disiapkan acara sebagai berikut : - Mengunjungi produsen aneka Makanan Khas Solo di
Kampoeng Laweyan, guna melihat langsung proses pembuatannya.
- Mencoba aneka Masakan Khas Solo di warung-warung / restaurant-restaurant di Kampoeng Laweyan dan sekitarnya.
- Mengunjungi komplek “Pusat Oleh-oleh Khas Solo” di Jl. Dr. Rajiman (sebelah barat perempatan Jongke).
2) Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)
A. Sejarah Terbentuknya FPKBL
Sekitar tahun 1546M semasa pemerintahan kerajaan Pajang, Ki Ageng Henis beserta Sunan Kalijaga melakukan syiar agama Islam di desa Laweyan. Sambil berdakwah Ki Ageng Henis juga mengajarkan teknik pembuatan Batik kepada penduduk Laweyan. Sejak saat itu
Nusantara. Itulah mengapa Laweyan disebut-sebut sebagai Kampoeng Batik Tertua di Indonesia.
Pada tahun 1911 industri batik Laweyan mengalami masa keemasan dan munculah tokoh-tokoh perbatikan yang juga giat berjuang melawan penindasan dari penjajah Belanda. H. Samanhudi yang mendirikan Sarikat Dagang Islam adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam pergerakan dagang dan politik nasional Indonesia. Para saudagar batik Laweyan juga merintis pergerakan koperasi dengan didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta” pada tahun 1935.
Setelah masa puncak terlewati dan memasuki masa orde baru, para pengusaha batik laweyan semakin terhimpit oleh masuknya produk batik printing yang sangat murah dan diproduksi secara masal. Sejak saat itu eksistensi pengusaha batik tulis dan cap mulai surut dan banyak yang gulung tikar.
Masih banyak faktor lain yang menyebabkan Kampoeng Batik Laweyan tidak dapat berkembang seperti dulu, antara lain masuknya budaya-budaya modern yang menggeser eksistensi batik serta pengelolaan dan promosi yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta yang dirasa sangat kurang sehingga keberadaan Kampoeng Batik Laweyan kurang begitu dikenal dan tidak berkembang seperti pada tahun 1970-an.
kemudian para pengusaha batik laweyan mempunyai gagasan untuk merintis gerakan guna membangkitkan usaha batiknya supaya kembali berjaya seperti dulu. Berbagai pihak terkait baik dari pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat digandeng guna merealisasikannya.
Akhirnya pada tanggal 25 September 2004 terbentuk Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang bertujuan mengoptimalkan seluruh potensi masyarakat Laweyan dalam menyongsong sekaligus mengantisipasi globalisasi dan pasar bebas dunia. Keanggotaannya tidak hanya terbatas pada komunitas batik saja tetapi secara otomatis berlaku kepada seluruh masyarakat laweyan. Para pengurusnya terdiri dari berbagai profesi baik kalangan pengusaha batik, mahasiswa, dan wirausaha muda.
Dan setelah berjuang lebih dari 4 tahun akhirnya FPKBL memndapatkan apresiasi dari pemerintah RI berupa penghargaan UPAKARTI untuk Kategori Kawasan Industri Kecil.
Gambar 19
Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan - Solo, Ir. Alpha Febela Priyatmono M.T. sedang menerima Penghargaan UPAKARTI dari Pemerintah RI yang diserahkan langsung oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka pada tanggal
7 Januari 2009
Gambar 20
Piala dan Piagam Upakarti untuk FPKBL
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, merupakan forum yang dibentuk dengan tujuan untuk mengembangkan segala potensi wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan. Dalam menjalankan kegiatannya, FPKBL mempunyai visi, misi, dan tujuan sebagai berikut :
a) Visi FPKBL
Visi dari FPKBL adalah “Menjadikan kawasan Laweyan sebagai Kampoeng Wisata Batik dan Cagar Budaya melalui pengembangan industri batik, pelestarian situs sejarah, arsitektur khas Laweyan, lingkungan alam serta sosial budaya sehingga menjadi salah satu identitas Kota Surakarta”.
b) Misi FPKBL
Misi
dari FPKBL adalah “Memberikan arahan pengembangan/ penataan kawasan dari segi fungsi, aktivitas, struktur ruang, fasilitas pelayanan dan infrastruktur untuk mendukung kawasan wisata dan cagar budaya, arah pengembangan berbasis pada potensi dan keunikan lokal.”
c) Tujuan FPKBL
Tujuan dibentuk FPKBL adalah membangun serta mengoptimalkan seluruh potensi Kampoeng Laweyan untuk bangkit kembali dan menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan globalisasi.
Gambar 21 Bagan Struktur Organisasi Pengurus
Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)
Sumber : Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan
Berdasarkan struktur organisasi yang tergambarkan di atas, berikut susunan pengurus FPKBL Periode Tahun 2012 – 2017 :
a) DEWAN PENASEHAT
1. Kepala Bappeda Surakarta
2. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surakarta
3. Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Surakarta
Ketua Wakil Ketua
Sekretaris
Bendahara
Bidang Pariwisata
Bidang Teknologi Informasi
Ketua Wakil Ketua
Bidang Penelitian dan Pengembangan
(LITBANG)
Bidang Industri Dan Usaha
Guide
Keamanan
Laweyan Batik
IPAL Training Center
Parkir dan Transportasi
Kebersihan dan
Pertamanan
Kelompok Usaha Bersama
Dewan Penasehat
5. Kepala Kelurahan Laweyan Surakarta
6. Ketua Yayasan Warna – Warni
7. Ketua Badan Pengurus Cabang (BPC) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surakarta
8. Ketua Asosiasi Pariwisata (ASITA) Surakarta
9. Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia Surakarta (BPPIS)
b) SUSUNAN PENGURUS
1. Ketua
: Ir. H. Alpha Febela Priyatmono, MT
2. Wakil Ketua
: H. Gunawan Muh. Nizar, SE, M.BA
3. Sekretaris I
: Nur Moch Amin Rusdi, SH
4. Sekretaris II
: Widhiarso
5. Bendahara I
: Poernomo Warasto, BB
6. Bendahara II
: Eni Rusmarin
c) BIDANG INDUSTRI DAN USAHA
1. Ketua
: Ahmad Arif Yulianto, ST
2. Koordinator IPAL
: Sarjono
3. Koordinator Laweyan BTC : Riyanto, SH
4. Koordinator KUB
: Permono Adi Prasetyo
: Setiawan Muhammad, SE
- Taufiq Tri Lutfianto - Bambang Dwi Prihantoko
d) BIDANG PARIWISATA
1. Ketua
: Muh. Syifa’ul Karim, S.Hum
2. Koordinator Guide
: Yanu N Wibisono
3. Koor Parkir dan Transportasi : Sony Wibisono, SSn
4. Koordinator Keamanan
: Agus Sumarso
5. Koor Pertamanan&Kebersihan : Wiryono
e) BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI
1. Ketua
: Arif Budiman Effendi
2. Anggota
: - Nur Hidayah Pujiastuti
- Ade Irma - Mola Maulana
f) BIDANG PAMERAN DAN PROMOSI
1. Ketua
: Sigit Amirudin
2. Anggota
: - Dhany Arifmawan Wibowo, SE
- Badruzzaman
(Sumber: Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL))
A. Sejarah Berdirinya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan daerah bekas kerajaan yang terdiri atas Kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran, sehingga banyak peninggalan sejarah dan obyek-obyek wisata yang mengandung unsur sejarah dan budaya. Untuk melestarikan peninggalan sejarah dan obyek-obyek wisata tersebut, Pemerintah Daerah dalam Rencana Induk Kota (RIK) Masterplan 20 tahun Kodya Dati II Surakarta menetapkan Perda No. 5 Tahun 1975 dan disahkan dengan Keputusan Mendagri No. 412/1997 memutuskan bahwa kota Surakarta diarahkan sebagai Kota Budaya dan Pariwisata.
Dalam rangka pengelolaan dan peningkatan aspek kepariwisataan kota Surakarta, mengingat bahwa kota Surakarta merupakan Kota Budaya dan Pariwisata yang memiliki banyak peninggalan sejarah, nilai budaya, dan obyek wisata; maka dibentuklah Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Dinas Pariwisata Kota Surakarta berdiri pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 108/Kep. I/3/1974 dengan nama Lembaga Perkembangan Pariwisata Kota Surakarta (LPPS) dengan status semi pemerintah. Lembaga ini bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta dengan fungsinya yaitu memberi saran dan membantu Walikota dalam hal-hal tersebut di bawah ini : Dalam rangka pengelolaan dan peningkatan aspek kepariwisataan kota Surakarta, mengingat bahwa kota Surakarta merupakan Kota Budaya dan Pariwisata yang memiliki banyak peninggalan sejarah, nilai budaya, dan obyek wisata; maka dibentuklah Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Dinas Pariwisata Kota Surakarta berdiri pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 108/Kep. I/3/1974 dengan nama Lembaga Perkembangan Pariwisata Kota Surakarta (LPPS) dengan status semi pemerintah. Lembaga ini bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta dengan fungsinya yaitu memberi saran dan membantu Walikota dalam hal-hal tersebut di bawah ini :
2. Mengkoordinasi badan-badan swasta dalam hal kepariwisataan.
3. Mengadakan hubungan kerjasama sebaik-baiknya dengan pemerintah dan swasta yang bersifat nasional maupun internasional.
Mengingat pentingnya lembaga ini, untuk menyempurnakan keberadaannya maka dikeluarkan Surat Keputusan Walikotamadya Surakarta Nomor 439/Kep I/Kp.76 pada tanggal 31 Maret1976 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Surakarta. Dengan keluarnya Surat Keputusan ini, maka secara resmi LPPS berubah nama menjadi Dinas Pariwisata Kota Surakarta dengan statusnya sebagai organisasi pemerintah.
Dalam rangka meningkatkan kepariwisataan di daerah, pemerintah pusat mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1979 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan kepada Daerah Tingkat II. Dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah ini, maka pemerintah kota Surakarta mempunyai wewenang yang lebih luas mengenai masalah kepariwisataan dan secara otomatis terjadi perubahan dalam susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pariwisata Kota Surakarta. Untuk menanggapi hal tersebut maka Walikota Surakarta mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 061.7/129/1980 pada tanggal 30 September
Kota Surakarta. Dengan keluarnya Surat Keputusan ini, maka sejak itu secara resmi Dinas Pariwisata Kota Surakarta berubah nama menjadi Dinas Pariwisata Daerah Tingkat II (DIPARDA) kota Surakarta dengan pelaksanaan tugas di bawah pimpinan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Keberadaan Dinas Pariwisata Daerah Tingkat II (DIPARDA) Kota Surakarta semakin kuat posisinya setelah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 556/13309 pada tanggal 9 Juli Tahun 1982 tentang Pembentukan Dinas Pariwisata untuk daerah Kabupaten/Kotamadya di Jawa Tengah. Peraturan Daerah Dati I Jawa Tengah mengenai Kepariwisataan Daerah Tingkat II Surakarta. Secara resmi penyerahan dilaksanakan pada tanggal 17 September 1986 di depan sidang Pleno C/10 DPRD Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. Dengan hal tersebut maka sejak itu nama Dinas Pariwisata Daerah Tingkat II (DIPARDA) kota Surakarta berubah nama kembali menjadi Dinas Pariwisata kota Surakarta dengan pelaksanaan tugas di bawah pimpinan Pemerintah Dati II Kota Surakarta.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka Dinas Pariwisata Kota Surakarta mengusahakan tugas dan fungsinya di bidang Kepariwisataan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Berdasarkan hal-hal di atas, maka Dinas Pariwisata Kota Surakarta mengusahakan tugas dan fungsinya di bidang Kepariwisataan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata
B. Visi, Misi, dan Tujuan Dibentuknya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta
Visi dan misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta dirumuskan dari visi dan misi Walikota terpilih periode 2010-2014. Dengan mengacu pada visi tersebut dirumuskan visi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta sebagai berikut :
“Mewujudkan Kota Surakarta sebagai pusat pelestarian dan pengembangan budaya Jawa Tengah serta daerah tujuan wisata.”
Visi tersebut merepresentasikan suatu kebulatan tekad bersama untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih maju di masa yang akan datang. Kondisi yang lebih baik dan lebih maju harus tercapai di semua sektor kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskanlah misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, antara lain sebagai berikut : Visi tersebut merepresentasikan suatu kebulatan tekad bersama untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih maju di masa yang akan datang. Kondisi yang lebih baik dan lebih maju harus tercapai di semua sektor kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan visi tersebut dirumuskanlah misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, antara lain sebagai berikut :
2. Pelestarian nilai dan kekayaan budaya guna memperkuat kecintaan dan kebanggan terhadap budaya jawa.
3. Pengembangan industri pariwisata yang berbasis budaya dan berdaya saing.
Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Tahun 2011-2015 di atas, maka dirumuskan tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengembangan dan pembinaan seni dan budaya.
2. Meningkatkan pengembangan dan pembinaan sejarah dan kepurbakalaan.
3. Meningkatkan pembinaan dan pelestarian aset budaya.
4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan usaha jasa pariwisata.
5. Meningkatkan promosi dan pelayanan masyarakat.
C. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut di atas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas;
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan;
c. Penyelenggaraan dan pembinaan usaha akomodasi wisata, rekreasi, dan hiburan umum;
d. Pembinaan dan pengembangan kesenian, bahasa, dan budaya;
e. Pelestarian nilai-nilai sejarah dan kepurbakalaan;
f. Pembinaan pelaku wisata;
g. Pengendalian dan pengembangan aset wisata, seni, dan kebudayaan;
h. Pemasaran pariwisata;
i. Penyelenggaraan sosialisasi; j. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya; k. Pembinaan jabatan fungsional; l. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD).
Adapun bagan susunan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta tergambar sebagai berikut :
.u n s.
c.
KELOMPOK
SEKRETARIAT
id
Perencanaa, Evaluasi,
Keuangan
Umum dan kepegawaian
dan Pelaporan
m o m it
BIDANG u
BIDANG
BIDANG
SENI, BUDAYA, SEJARAH
SARANA WISATA ser WISATA