Teknik Menghilangkan Miskonsepsi Mengenai Listrik.

4. Teknik Menghilangkan Miskonsepsi Mengenai Listrik.

Banyaknya penelitian yang menunjukkan miskonsepsi listrik, membuat para ahli fisika beralih ke penelitian untuk mengatasi miskonsepsi. Van den Berg

commit to user

18) menyatakan “Ada enam cara untuk mengatasi masalah miskonsepsi

yaitu menyesuaikan silabus dengan cara berpikir siswa, konflik kognitif, analogi, interaksi pasangan, meta learning dan demonstrasi”. Namun dalam mengatasi miskonsepsi listrik tidak semua cara tersebut bisa digunakan. Beberapa cara yang sering digunakan oleh para ahli yaitu :

a. Menyesuaikan Urutan Silabus dengan Cara Berpikir Siswa

Di negara Belanda, Pieter Licth dan rekan - rekannya mengembangkan bahan pengajaran yang yang bertolak dari terangnya lampu dalam berbagai jenis rangkaian. Terangnya lampu adalah variabel yang mutlak, yang nyata daripada arus yang abstrak. Melalui terangnya lampu silabus beralih ke energi dan baru kemudian ke arus dan beda potensial. Pendekatan ini telah di ujicobakan di 10 sekolah di negeri Belanda dengan hasil yang lebih memuaskan daripada urutan tradisional

b. Konflik Kognitif

Jaringan konsep sebenarnya merupakan suatu “teori” atau model yang digunakan siswa untuk menyelesaikan soal dan masalah Fisika. Seandainya konsepsi siswa mengenai hubungan antara potensial dan arus salah, maka dalam banyak soal yang menyangkut hubungan tersebut siswa akan salah.

Seperti teori ilmuwan dal am fisika, “teori siswa” juga dapat diuji. Misalnya siswa dihadapkan dengan suatu masalah, disuruh meramalkan yang terjadi. Kemudian sesudah ramalan, guru atau siswa menguji ramalan dalam demonstrasi di depan kelas. Jika hasil tidak cocok dengan ramalan tadi, siswa menghadapi konflik kognitif yang dapat menghasilkan perubahan jaringan konsep dalam otak siswa (perubahan struktur kognitifnya). Dalam konsep listrik, banyak siswa yang punya miskonsepsi bahwa arus dikonsumsi dalam lampu, maka mereka meramalkan bahwa arus yang masuk lampu lebih besar daripada arus yang keluar, ternyata besarnya sama. Dengan demikian maka siswa akan mengalami perubahan konsep dalam otaknya yang tadinya salah.

commit to user

John Clement yang termasuk “pendiri” penelitian miskonsepsi pada awal tahun 70-an, mengemukakan salah satu cara penggunaan analogi dalam mengajar.

Dalam cara analogi suatu keadaan Fisika yang sulit dimengerti atau yang penyelesaiannya sulit diterima (“tak masuk akal”) dianalogikan dengan

keadaan lain yang lebih nyata yang menjadi „jangkar‟ dalam otak untuk “mengikat” konsepsi baru. Misalnya dalam konsep listrik, Dupin dan Joshua dalam Italo Testa (2008: 120) mengembangkan train analogy untuk menerangkan konsep dalam listrik. Di dalam train analogy diibaratkan rangkaian kereta api yang didorong dengan gaya konstan dan dihambat geraknya oleh rel (hambatan listrik) dengan gaya gesek yang konstan sehingga rata - rata kecepatan alir dari setiap gerbong sama di setiap titik. Siswa yang merasa lelah karena harus mempertahankan gerak kereta api dengan konstan diibaratkan energi dalam batere.

Gambar 2.1 Train Analogy yang Dikembangkan oleh Duphin & Joshua Keterangan lengkap mengenai train analogy dideskripsikan dalam tabel berikut : Tabel 2.3 Keterangan Konsep Listrik Dalam Train Anaogy No

Analogi kereta api (train analogy)

Konsep listrik

1 Gerbong kereta Elektron

2 Pergerakan gerbong kereta Pergerakan elektron

3 Rata - rata banyaknya gerbong kereta yang lewat Arus listrik

commit to user

tiap satuan waktu

4 Gesekan mekanik pada rel Hambatan listrik

5 Dorongan pada kereta Batere

6 Kelelahan otot yang dirasakan Energi yang terpakai dari batere

7 Getaran pada gerbong dan panas yang ditimbulkan karena gesekan gebong dengan rel

Panas dan cahaya yang

dihasilkan antara

elektron dengan atom - atom

filamen lampu