Dampak Konflik terhadap hubungan Islam-Kristen Di Kota Ambon

124 dimensional, diantaranya: ekonomi, dalam hal ini kecemburuan sosial antar orang asli dan pendatang, kepentingan politik dan kekuasaan aras lokal.

2. Dampak Konflik terhadap hubungan Islam-Kristen Di Kota Ambon

Pada permulaannya, hubungan Islam-Kristen di Kota Ambon pada saat konflik terjalin dalam interaksi yang saling menjaga. Di Batumerah, warga yang mayoritas Islam mengamankan pihak Kristen. Sementara itu, di Passo, warga Islam-Kristen bekerjasama menjaga jalur perbatasan Passo-Leihitu bahkan juga rumah-rumah ibadah kedua komunitas. Namun, kondisi ini tidak dapat dipertahankan ketika kedua belah pihak telah memahami konflik sebagai konflik antar agama. Alhasil, konflik melahirkan perubahan yang signifikan terhadap relasi antar agama Islam-Kristen. Kerekatan hubungan antar masyarakat yang dibingkai dalam budaya orang Basudara di Maluku sebelum konflik telah menjadi renggang pada masa konflik. Hubungan antar agama menjadi eksklusif, tidak ada komunikasi yang terbangun. Masing-masing pemeluk agama enggan untuk bersilatuharmi. Hal ini diperparah dengan munculnya dampak psikologi-sosial yang diakibatkan oleh konflik, antara lain: warga minoritas yang tetap memilih untuk tinggal menetap atas dasar kesalingpercayaan yang telah lama terbangun menjadi tertekan, takut dan terancam akibat teror dari para pendatang pengungsi dari wilayah luar negeri desa. Dampak perubahan demografis kependudukan pada saat terjadinya konflik, seperti yang disebabkan oleh arus masuknya para pengungsi korban konflik dari luar yang kemudian berdomisili tetap pada katong-katong Muslim maupun Kristen pada umumnya, dan di negeri Passo khususnya secara langsung menciptakan kendala sosial berupa melemahnya fungsi kontrol pemerintah negeri untuk menjaga stabilitas keamanan warga lokal. Kenyataan tersebut sejalan dengan gagasan wirawan tentang dampak negatif konflik, salah satunya yakni bahwa konflik menciptakan rasa tidak tenang, dan keterancaman. Dikatakan sejalan karena secara psikologis, pengungsi yang tadinya adalah korban konflik telah membawa emosi negatif yang terpendam dan sekali-kali dapat melampiaskan emosinya: amarah dan kebencian terhadap warga lokal, sehingga mau tidak mau keadaan ini pada akhirnya berpengaruh dalam bagaimana 125 membangun relasi sosial yang baik dan kondusif antar pemeluk yang berbeda agama pada saat konflik. Hal mana juga telah terungkap dalam gagasan Wirawan 17 tentang pengaruh konflik, dalam hal ini mengarah pada pengaruh atau dampak negatif bagi komunitas masyarakat. Dikatakan demikian karena kondisi dampak psiko-sosial konflik telah merusak hubungan komunikasi dan hilangya rasa saling percaya antar masyarakat Islam-Kristen di Ambon. Kajian diatas melahirkan beberapa pemahaman mendasar tentang seluk beluk konflik antar pemeluk agama yang bukan disebabkan atau dilatarbelakangi oleh persoalan agama ajaran dan dogmatik yang terjadi di Ambon. Pertama, konflik di Ambon yang telah “menyeret”individu-komunitas Islam-Kristen sebagai aktor sekaligus korban pada akhirnya menciptakan perubahan pola relasi sosial antar kedua agama. Hubungan-hubungan internal pemeluk agamakomunitas masyarakat setempat yang dulunya rekat: harmonis menjadi renggang: disharmonis, komunikasi terhenti, kehilangan saling percaya, saling curiga, rasa takut dan terancam. Alhasil kerekatan hubungan yang telah terbangun sebelum konflik menjadi renggang. Hubungan antar agama menjadi eksklusif, tidak ada komunikasi yang terbangun. Masing-masing pemeluk agama enggan untuk bersilatuharmi. Kedua, Konflik dipicu oleh maraknya isu-isu simbolisasi agama sehingga Islam-Kristen yang berhasil memunculkan sentimen-sentiman keagamaan yang berakibat fatal bagi hubungan antar agama. Orang Islam adalah musuh orang Kristen dan sebaliknya orang Kristen adalah musuh orang Islam. Agama sebagai sebuah keyakinan memang telah membedakan orang ambon “orang basudara” tetapi tidak menjadi alasan penyebab konflik melainkan agama digunakan atau dipolitisasi, pemeluk agama dibodohi, diberdayakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Ketiga, konflik disebabkan karena faktor-faktor yang tidak tunggal, yakni berdimensi ekonomi, antara lain: kecemburuan sosial, pada wilayah perdagangan yang melibatkan penduduk asli dan para pendatang dari luar daerah; antara warga komunitas Islam-Kristen Batumerah Mardika, serta politik kepentingan. 17 Wirawan, Konflik dan Manajemen. . . 2010,109-110 126

C. Hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo sebagai resolusi terhadap

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Sintuwu Maroso Pasca Konflik di Poso dalam Menciptakan Perdamaian T2 752012005 BAB IV

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB VI

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB II

3 10 60

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB IV

0 1 9

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Ruang Publik Komunitas MudaMudi dalam Ancaman Konflik Ambon Akibat Segregasi T2 BAB IV

0 0 6