117
aspek perjanjian yang teraktakan melalui ritus minum darah dan bersumpah untuk saling mengasihi dalam persaudaraan telah menjadi spirit: keyakinan dan perilaku
yang dapat melahirkan kedamaian. Akhirnya, praktek hubungan Pela Gandong Batumerah
–Passo yang berakar secara historis dan pada kenyataannya memiliki guna nilai bagi masyarakat
kedua negeri. Hal tersebut sejalan dengan pikiran Van peursen
6
, tentang realitas fakta dan nilai, maka budaya Pela Gandong dalam hubungan Batumerah-Passo
instrinsik memperlihatkan realitas nilai kultural, agama dan sosial yang saling berkaitan, terdapat relasional antara seluruh komponen adat Pela Gandong,
masyarakat-ritual-leluhur yang terwujud dalam perilaku antar sesama komunitas yang saling membantu, menolong solider, penghargaan, dan penerimaan fakta
keragaman, perbedaan keberagamaan tidak memisahkan masyarakat untuk bersekutu, bekerjasama demi kepentingan bersama.
Berdasarkan kajian diatas, maka salah satu hal penting berkaitan dengan pemaknaan terhadap hubungan Pela dalam praktik Batumerah-Passo terpahami
dalam dua segi. Pertama, hubungan Pela Gandong sebagai hubungan yang didasari oleh pengakuan bahwa kedua negeri berasal dari keturunan yang sama
geneologis; dan Kedua, sebagai sebuah kontrak sosial. Keduanya secara bersamaan mengarahkan individu-komunitas untuk berperilaku inklusif, kolektif,
dan aktif bagi pemenuhan kepentingan bersama.
2. Dampak Praktik Pela Gandong Batumerah-Passo Terhadap hubungan
Islam-Kristen
Hubungan antar Islam-Kristen di Kota Ambon sebelum peristiwa pecahnya konflik berdarah tahun 19 januari 1999 sangat rukun. Hal tersebut ditandai ketika
pada masing-masing negeri Batumerah Mayoritas Islam- Passo Mayoritas Kristen terdapat penduduk Kristen dan pemeluk Islam, yang walaupun minoritas
tetapi keduanya dapat hidup berbaur erat dalam kebersamaan yang saling percaya, menghargai dan berbagi antar sesama yang berbeda keyakinan. Keadaan ini turut
didukung dengan jalinan komunikasi antar umat maupun pimpinan umat kedua agama untuk memediasi silaturahmi, khusus pada moment-moment perayaan hari
6
Van Peursen, Fakta, Nilai dan Peristiwa. Terj Jakarta: Gramedia, 1990,,viii
118
besar keagamaan masing-masing. Dengan demikian maka, interaksi Pela Batumerah-Passo memiliki dampak yang luas terhadap hubungan antar agama. di
dalam relasi komunitas berPela, semua orang warga yang berbeda keyakinan, tanpa membedakan latar budaya, suku, asal usulnya mengalami dinamika
hubungan layaknya orang basudara bersaudara yang saling tolong-menolong atau membantu dalam memenuhi kebutuhan fisik individual, dan spiritual
komunal. Dinamika hubungan antar agama dalam pengalaman Islam-Kristen di Kota
Ambon menyiratkan kedudukan dan peran Pela Batumerah-Passo dengan kandungan nilai persaudaraan orang Maluku, khususnya di Kota Ambon sangat
tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Coley
7
tentang fungsi sosial Pela. Dikatakan sejalan karena secara sosiologis adat Pela menghubungkan anak negeri
Maluku dengan anak negeri yang lain sebagai satu persekutuan masyarakat adat. Pada titik ini, nilai dasar Pela Gandong: persaudaraan seperti yang telah
diungkapkan Ruhulessin
8
terimplementasi secara praksis dalam aktivitas-aktivitas kerjasama lintas masyarakat berPela, lintas masyarakat agama, Islam-Kristen
membawa kesejahteraan bersama. Praksis tersebut tidak saja berguna bagi hubungan berpela tetapi bagi masyarakat Islam-Kristen secara keseluruhan.
Dengan demikian maka, kajian terhadap dampak hubungan Pela Islam- Kristen Batumerah-Passo melahirkan satu pemahaman akan adanya dimensi
pemberdayaan yang mewujud dalam dinamika relasional mutual lintas masyarakat dan agama di Ambon.
B. Hubungan Pela Gandong Pada Saat Konflik