27
pertama, Kepala sekolah sebagai Manager dalam proses planning, organizing, directing, coordinating, controlling
dan evalution sekolah. Kedua, Kepala Sekolah sebagai administrator,
yaitu administrator
pendidikan dan
pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan,
hubungan dengan masyarakat dan prasarana dan sarana. Ketiga, kepala sekolah sebagai motor hubungan
sekolah dengan masyarakat. Kepala sekolah harus tampil didepan dalam memajukan kerjasama sekolah
dengan masyarakat.
Mulai dari
belajar budaya
masyarakat setempat,
kondisi sosial
ekonomi, keyakinan dan kepercayaan masyarakat dan kesemua
itu dijadikan media integrasi sekolah dan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam manajemen sekolah ada
kriteria-kriteria tertentu
yang harus
dimiliki oleh
seorang manajer pendidikan Kepala Sekolah. Yaitu Pertama,
memiliki pengetahuan
dasar tentang
pendidikan dan sekolah yang meliputi ruang lingkup manajemen
sekolah. Kedua,
memilili ketrampilan
dalam siklus
manajemen sekolah
Pidarta, 2011
Tilaar, 2012 serta ketiga, Memiliki sikap memahami, melaksanakan,
menghargai, berfikir
rasional, demokratis, kreatif, terbuka dan mempercayai atas
kebijakan, aturan dan relasi dengan atasan serta bawahan.
2.3. Integrasi Manajemen
Sekolah dalam
Pengurangan Risiko Bencana
Secara khusus
pada kontek
kebencanaan, Sekolah dapat mengintegrasikan manajemen sekolah
dan risiko
bencana dengan
mempertimbangkan
28
pertama, Kepala Sekolah adalah tokoh kunci untuk menjamin berjalannya model manajemen sekolah yang
terintegrasi dengan
kebutuhan lingkungan,
masyarakat, guru, siswa dan orang tua siswa. Keahlian kepala sekolah dalam kontek ini dapat merupakan re-
organizing, kebutuhan dan pengalaman manajemen bencana yang telah mereka miliki menjadi kebijakan
sekolah Badawi, 2013. Kedua, Kepala Sekolah menggunakan kekuatan
otonomi pengelolaan sekolah sebagai basis utama
Amtu, 2011. Kebijakan Manajemen Sekolah Membuka otonomi luas sekolah untuk mengembangan model-
model sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan Tilaar, 2011 Mulyasa, 2012,
Zaenuddin, 2008.
Ketiga, memfokuskan
pada kebutuhan pembelajaran dan psikologi siswa, guru dan
tenaga kependidikan yang merupakan korban dalam kontek bencana. Pemahaman secara psikologis atas
korban Powell, 2005 menjadi krusial bagi sekolah dan pengajaran Santrock, 2008.
Keempat, Pembelajaran yang terintegrasi dengan lingkungan
dan kebencanaan
serta berbasis
pengalaman dan kebutuhan lokal adalah inti dari pembelajaran seutuhnya Kolb, 1984 dimana proses
membangun pengetahuan bermuara dan bergulir di wilayah
pendidikan. Kelima,
mengembangkan kebijakan-kebijakan
yang terukur
bagi monitoring,
evaluasi dan
pengembangan sekolah
secara berkelanjutan.
Dalam kontek
ini kelemahan
dan kerentanan
sekolah merupakan
kekuatan untuk
membangun model
manajeman sekolah
dan ilmu
29
pengetahuan bagi semua fihak. Karakteristik inilah yang perlu ditonjolkan sebagai sekolah diwilayah risiko
tinggi bencan erupsi Merapi.
2.4. Bencana
2.4.1. Pengertian dan Jenis Bencana
Pengertian umum yang dipakai oleh komunitas internasional
adalah merujuk
pengertian bencana
dalam dokumen United Nation - International Strategy for Disaster Reduction UN-ISDR Nurjanah, 2012,
Bencana adalah:
A serious disruption of the functioning of a community or a society causing widespread human, material,
economic or environmental losses which exeed the ability of the affected communitysociety to cope using
its own resources
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
UU 24,
2007 disebutkan pengertian bencana adalah
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan
dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya
korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Secara spesifik Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyusun
pengertian dan
batasan khusus
pada tiga
jenis bencana,
pertama, Bencana
Alam: Bencana
yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan, dan tanah longsor. Kedua, Bencana non- Alam: Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
30
rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Ketiga,
Bencana Sosial:
Bencana yang
diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar
kelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Dalam kontek pengertian dan jenis bencana tersebut dapat di simpulkan bagian-bagian penting
yang membentuk pengertian batasan bencana yaitu 1. ada Peristiwa 2. Terjadi karena faktor alam, faktor
manusia maupun faktor kombinasi alam dan manusia 3. Terjadi tiba-tiba sudden maupun secara perlahan
slow 4. Menimbulkan korban jiwa, harta benda, kerugian
sosial-ekonomi-budaya dan
kerusakan lingkungan. 5. Berada diluar kemampuan masyarakat
untuk menanggulanginya. Ruang
lingkup paparan
bencana dapat
dibedakan berdasarkan level scup perhatian bencana. Menurut Dwyer Dwyer et. al, 2004 dapat diuraikan
sebagai berikut: pertama, Individual yang meliputi pendapatan, gender, status kerja, jenis tempat tinggal,
rumah tinggal sendiri dan kelompok keluarga besar, beban kerusakan bangunan rumah terkait rumah milik
pribadi, sewa atau kredit, asuransi kesehatan, asuransi rumah, kepemilikan kendaraan, kecacatandissabilitas
dan status tabungan para korban. Kedua, kewilayahan. Kewilayahan
dapat di
ukur dari
potensi wilayah
mengalami kerusakan
dan kapasitas
coping yang
diukur dengan
GDP nasionalperkapita.
Indikator untuk mengukur kerusakan potensial terdiri dari GP
31
regional, densitas populasi, dan bagian wilayah alam. Sementara berdasarkan ruang lingkup pengurangan
dan kesiapsiagaan
dapat di
analisis dalam
level organisasi
terkecil meliputi
1. Rumah
tangga household 2. Organisasiinstitusi 3. Komunitas 4.
Pemerintah 5.
Antar organisasi
lintas sektoral
Susanto, et. al, 2011.
2.2.3. Analisis Risiko Bencana
Didalam memahami dan menganalisis bencana, faktor utama yang harus dikaji dalam dua aras, yaitu
pemahaman bencana dan konsep pengurangan risiko bencana. Pertama, Pemahaman Komprehensif Risiko
Bencana disaster risk. Pemahaman risiko bencana akan membantu semua fihak mengenali dan menyusun
strategi pengurangan risiko bencana disaster risk reduction. Pengertian risiko bencana secara sederhana
difahami sebagai the probability of meeting danger or sufferingharm atau berbagai kemungkinan pertemuan
bahaya atau penderitaan dan kerugian. Menurut Krishna S. Vatsa, tingkat risiko bencana
disaster risk dapat diukur melalui dua hal, yaitu kerentanan
dan ketahanan
Vatza, 2004.
Secara fundamental
Risiko Bencana
merupakan proses
mengidentifikasi secara
teliti ancaman
bahaya, kerentanan, kapasitas dan ketahanan baik secara
individu, wilayah maupun institusi. Keluaran langsung dari kegiatan Analisis Risiko bencana adalah Peta
Risiko Bencana disaster risk map. Rumusan analisis risiko bencana bagi korban adalah paparan bahaya
hazard dikalikan Kerentanan vulnerability dan dibagi Kapasitas capacity Heijmens, 2012. Nurjanah, 2012.
32
IIDR, 2007, Affeltranger, 2008. Secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Kedua, Konsep
Pengurangan Risiko
Bencana disaster risk reduction. Adalah a frame work and tool
that determines the degree of
risk and describes
measures to increase capacities and reduce hazard impact on the elements at risk so that disaster will be
avoided. IIRR, 2007. Formula komprehensif tentang pengurangan risiko bencana adalah dengan mengelola
hazard, menurunkan kerentanan vulnerability dan meningkatkan kapasitas ketahanan korban capacity
resilience. Heijmens, 2012. Nurjanah, 2012. IIDR, 2007, Affeltranger, 2008.
a. Ancaman Bahaya,
Kerentanan, Kapasitas
dan Ketahanan
Pengertian ancaman bahaya hazard adalah a potential event that could couse loss of life or damage to
property or the environment IIRR, 2007 atau adalah keadaan atau fenomena alam yang dapat berpotensi
menyebabkan korban jiwa, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan Nurjanah, 2012. Sementara
secara lugas
UU 24
tahun 2007
tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan
pengertian ancaman
bencana adalah
sesuatu kejadian
atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Bentuk
Risiko Bencana Bahaya Hazard X Kerentanan Vulnerability
Disaster Risk: ------------------------------------------------------------
Kapasitas Capacity
33
nyata dari ancaman hazard adalah erupsi, banjir, tanah longsor, kekeringan, angin Topan, gempa bumi
maupun tsunami. Sementara
kerentanan adalah
sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan faktor fisik,
sosial, ekonomi dan lingkungan yang berpengaruh buruk
terhadap upaya-upaya
pencegahan dan
penanggulangan bencana.
Kerentanan masyarakat
merupakan kondisi
masyarakat yang
tidak dapat
menyesuaiakan dengan
perubahan ekosistem
yang disebabkan
oleh suatu
ancaman tertentu
Fussel, 2007. Yaitu suatu kondisi yang dipengaruhi oleh
proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan yang dapat meningkatkan
risiko terhadap
dampak bahaya
Herawaty dan
Santosa, 2007.
Pengertian yang
bervariatif tentang kerentanan memang menjadi salah satu kekayaan dalam analisis kerentanan itu sendiri.
Kerentanan merupakan terminologi yang komplek dan tidak pasti sehingga masih terdapat pengertian tentang
kerentanan tergantung pada lingkup penelitian Olmos, 2001, Fussel, 2007.
Ruang lingkup kerentanan begitu luas, meliputi kerentanan fisik infrastruktur, sosial kependudukan
dan ekonomi Nurjanah, 2012. Dalam kontek sosial merupakan
fungsi dan
paparan exposure,
daya adaptasi dan sensivitas sosial atas ancaman Herawaty
dan Santosa
2007. Sementara
kerentanan dalam
kontek ekonomi menggambarkan tingkat kerapuhan ekonomi
menghadapi ancaman
bahaya. Meliputi
prosentase rumah tangga yang bekerja di sektor rentan dan rumah tangga miskin Nurjanah, 2012. Sementara
34
menurut Cutter 2003 para ahli sosial mensepakati beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap
kerentanan sosial, diantaranya kurang akses terhadap sumber daya informasi, pengetahuan dan teknologi
terbatasnya akses terhadap kekuatan dan keterwakilan politik, modal sosial, koneksi dan jejaring sosial, adat
kebiasaan dan nilai budaya Cutter et al 2003. Secara
garis besar
kerentanan merupakan
kondisi dimana system tidak dapat menyesuaikan dengan dampak dari suatu perubahan Olmos, 2001
Fussle, 2007. Kerentanan individu, organisasi, wilayah maupun komunitas akan berbeda-beda secara temporal
dan spasial Olmos, 2001. IPCC, 2001. Kerentanan merupakan tiga komponen yaitu: exposure paparan,
sensitivity kepekaan
dan adaptive
capacity kemampuan adaptasi IPCC, 2001, Olmos, 2001
Fussel, 2007. Analisis kerentanan digunakan sebagai 1. Alat diagnostik untuk memahami masalah-masalah
dan faktor-faktor
penyebab kerentanan
2. Alat
perencanaan sebagai
dasar penetapan
prioritas kegiatan serta urutan kegiatan yang direncanakan 3.
Alat pengukur
risiko untuk
menilai risiko secara
spesifik 4 alat untuk pemberdayaan dan mobilisasi kelompok masyarakat yang rentan Benson et al,
20017 Djuraidah, 2009. Kapasitas
menurut International
Institute for
Rural Recontruction IIRR, 2007 adalah:
Refers to
individual and
collective strength
and resources
that can
be enhanced,
mobilized and
accessed, to allow individuals and communities to shape their future by reducing disaster risk. This
35 includes
prevention, mitigation
surviviality of
the individual and readiness of the community.
Kekuatan dan
potensi yang
dimiliki oleh
perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat
mereka mampu mencegah, mengurangi, siap-siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu
kedaruratan dan
bencana. Secara
operasional, pengertian kapasitas adalah penguasaan sumber daya,
cara dan kekuatan yang dimiliki masyarakat yang memungkinkan
mereka mempersiapkan
diri, mencegah,
menjinakkan, menanggulangi,
mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana Paripurno, 2011 Heijmans,
2012.
b. Analisis Gender