Risiko Tinggi Erupsi Merapi Sejarah Erupsi Merapi

17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II dijelaskan tentang Kajian Pustaka yang berisi sub bahasan Erupsi Merapi, Strategi Manajemen Sekolah, Bencana, Kerangka Pikir dan Produk yang akan di hasilkan.

2.1. Erupsi Merapi

2.1.1. Risiko Tinggi Erupsi Merapi

Erupsi atau bahasa lokal masyarakat menyebutnya meletus Sukandarrumidi, 2010 adalah merupakan proses aktivitas vulkanik Nurjanah, et.al, 2012 gunung api aktif yang ditandai dengan perubahan fisik, geologi dan kimia yang menyertai naiknya magma ke permukaan bumi Affeltranger, et al. 2006. Gunung Merapi 2.968 mdpl merupakan salah satu gunung api teraktif di dunia. Tingkat risiko bencana tinggi karena Merapi dikelilingi oleh pemukiman padat penduduk yang tersebar di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Saat ini beberapa pemukiman penduduk ada yang berjarak hanya 4 kilometer dari puncak Merapi. Secara keseluruhan, setidaknya ada setengah juta jiwa penduduk yang tinggal di kawasan dengan paparan risiko tinggi bencana erupsi Merapi yang rata- rata terjadi 2- 5 tahun sekali. Situasi tersebut, membawa Merapi sebagai salah satu proyek penting dunia dengan sebutan Decade VolcanoesGunung Api 18 Dekade selain lima belas gunung api dunia lainnya United State Geological Survey, 1998.

2.1.2. Sejarah Erupsi Merapi

Sejarah erupsi besar Merapi adalah tahun 1006, 1786, 1822, 1872,1930, 1994, 2006 dan 2010 Badan Geologi, 2009. Masing-masing letusan Merapi menyimpan cerita luar biasa. Beberapa letusan besar telah mengubah secara langsung kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi masyarakat Jawa yang tinggal di sekitar kawasan ini. Oleh karena itu, letusan Merapi dalam mitologi Jawa dikaitkan dengan berbagai tanda perubahan jaman, situasi politik atau pertanda munculnya bencana lain yang lebih besar. Letusan Merapi memicu perubahan peradaban karena letak Merapi tepat di jantung peradaban pulau Jawa yang padat penduduk. Rangkuman pendek tentang situasi letusan Merapi adalah sebagaimana dicatat oleh Profesor dari Utrecht University Belanda Reinout Willem van Bemmelen yang menduga letusan besar Merapi tahun 1006 mengakibatkan Kerajaan Medang atau Mataram Kuno harus pindah ke Jawa Timur Bemmelen, 1949. Letusan 15-20 April 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern. Menurut catatan Kemmerling 1921 dan Hartmann 1934 yang menjadi rujukan penelitian B Voight dkk 2000 dalam Historical Eruptions of Merapi Volcano, Central Java, Indonesia, 1768-1998 yang dikutip oleh Kompas.com 2012. Letusan mendadak dengan lava kental, tekanan gas sedang dan dapur magma yang dangkal digambarkan mirip dengan letusan Gunung St Vincent di 19 Kepulauan Antilles Kecil, Karibia. Meski letusan hanya berlangsung lima hari, suara letusan terdengar sampai Kerawang, Madura dan Bawean. Awan panas mengalir melalui hampir semua hulu sungai yang ada di puncak Merapi yaitu Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol. Meski tidak tercatat jumlah pasti korban jiwa akibat letusan tersebut, tetapi dampak dari awan panas dan material letusan menghancurkan desa-desa di atas elevasi 1000 mdpl. Letusan besar lainnya tercatat tahun 1930, menghancurkan 13 desa, merusak 23 desa lainnya dan menewaskan setidaknya 1.369 jiwa penduduk di kawasan ini Badan Geologi, 2009. Secara khusus, dalam catatan hasil wawancara dengan sesepuh Desa Keningar, letusan Merapi tahun 1930 mengakibatkan hilangnya tiga dusun, yaitu Dusun Sisir I, Sisir II dan Dusun Terus, keseluruhan warga tiga dusun tersebut dipindah ke Desa Sumber Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Sementara akibat letusan Merapi tahun 1960-an, sebagian penduduk Keningar diberangkatkan transmigrasi ke Sumatra Selatan wawancara dengan Tarmuji, Kepala Desa Keningar. Letusan November 1994 mengakibatkan 60 orang meninggal dan puluhan ribu mengungsi. Sementara letusan Merapi tahun 2006 mengakibatkan dua sukarelawan meninggal dunia karena awan panas. Letusan besar terakhir terjadi selama bulan Oktober dan November 2010 Scottiati, 2010. Menurut para geolog, tercatat sebagai letusan terbesar sejak 1872. Meski telah merujuk pada sistem peringatan dini yang baik, setidaknya 273 jiwa meninggal Pratama, 20 2010 dan puluhan ribu penduduk harus mengungsi di atas radius 20 kilometer dari puncak Merapi sampai setidaknya 48 hari wawancara dengan Giya dan Tarmuji Kepala Desa Keningar. Tanda-tanda letusan Merapi tahun 2010, telah muncul sejak 21 Oktober 2010, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian BPPTK Yogyakarta menetapkan status “Siaga Merapi”. Pukul 06.00 WIB di tanggal 25 Oktober 2013 status dinaikan menjadi Awas Merapi dan Merapi meletus sehari kemudian di tanggal 26 Oktober 2013 BPPTK, 2010. Itu artinya semua penghuni di radius 10 km dari puncak Merapi harus dievakuasi. Letusan tahun 2010 memuntahkan material hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga mencapai Purwokerto dan Cilacap atau lima puluh kilometer dari pusat letusan. Beberapa hari kemudian debu vulkanik juga mencapai Tasikmalaya, Bandung dan Bogor Jawa Barat Ismail, 2010. Selain ancaman erupsi, pada saat hujan deras di puncak Merapi, terjadi ancaman bahaya banjir lahar dingin di DAS Daerah Aliran Sungai Apu, Trising, Senowo, Blongkeng, Batang, Woro, dan Gendol di daerah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Pada musim penghujan ancaman risiko bencana banjir lahar dingin di kawasan Merapi meningkat. Terutama setelah sungai-sungai utama di lereng Merapi penuh dengan material muntahan erupsi, maka air lahar dingin meluap ke area persawahan, jalan dan perkampungan warga. Belum ada data pasti dampak dari ancaman 21 lahar dingin ini, tetapi merunut luas area paparan banjir, kerugian yang ditimbulkan pasti cukup tinggi.

2.1.3. Membangun Mekanisme Adaptasi Melalui Analisis Risiko Bencana

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi)

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi) T2 942012005 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi) T2 942012005 BAB IV

0 1 107

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi) T2 942012005 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah Berbasis Bencana (Studi Erupsi Gunung Merapi)

0 3 67

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

0 0 28

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu dan Citra (Image) Sekolah T2 BAB II

0 0 15

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah Di SD Negeri Genuk 01 Ungaran Baratabupaten Semarang T2 BAB II

0 1 20

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB II

0 1 35

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB II

0 3 18