Sedangkan menurut
Lembaga Administrasi
Negara 23122003,
http:www.sida.lanri.infomot.htm tentang pedoman umum penyelenggaraan pelatihan bagi pengelola pendidikan dan pelatihan, aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam pasca pelatihan adalah kemampuan dan pendayagunaan alumni, sejauh mana para alumni mampu menerapkan pengetahuan dan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan dalam tugas yang dibebankannya, dan sejauh mana para alumni didayagunakan potensinya.
Sedangkan pelaksanaan pasca pelatihannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu a.
Pembinaan Fungsional Pelaksanaan pembinaan fungsional yang langsung dapat diwujudkan dengan
berbagai cara : 1
Kegiatan tatap mula antara unsure tenaga pendidikan dan pelatihan dengan lulusan pelatihan, baik secara perorangan maupun dalam kelompok, sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan. 2
Pemanfaatan forum-forum pertemuan yang ada yang khusus dikondisikan dalam rangka pasca pelatihan, misalnya: rapat koordinasi, rapat konsultasi,
staf
meeting
, dan lain-lain. 3
Pendayagunaan media yang berfungsi sama dengan tatap muka, yakni melalui program pembinaan jarak jauh, dengan sistem korespondensi, dan
sebagainya.
b. Pembinaan Melekat
Pembinaan melekat adalah cara pembinaan yang dilaksanakan pleh atasan langsung atau oleh komponen atau bidang terkait dalam rangka pelaksanaan
pembinaan pasca pelatihan. Pembinaan ini tidak langsung dilakukan oleh unsure ketenagaan balai diklat. Teknik yang digunakan, adalah dalam bentuk tatap
muka, forum-forum yang tersedia, staff meeting, dan lain-lain. Dalam kegiatan pelaksanaannya dapat dilakukan secara perorangan atau secara kelompok Oemar
Hamalik, 2007 : 141-142.
7. Kewirausahaan
a. Definisi Kewirausahaan
Secara sederhana arti kewirausahaan
entrepreneurship
adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari
peluang menuju sukses. Kreatifitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang, sedangkan
inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inti kewirausahaan menurut Drucker Kasmir,
2007 : 16-17 adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi tercapainya
peluang. Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
berbeda dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu, Zimmerer masih dalam sumber yang sama mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreatifitas dan
inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
Wirausaha dapat dijalankan seseorang atau sekelompok orang. Dengan kata lain, seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat
menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka perusahaan dengan inisiatif dan modal seorang diri. Sementara itu,
kelompok adalah secara bersama-sama dua orang atau lebih dengan cara masing- masing menyetor modal dalam bentuk uang atau keahliannya.
Jenis usaha yang dijalankan dapat bersifat komersial dan sosial atau kedua- duanya. Komersial artinya usaha yang dijalankan memang diarahakan untuk
mencari keuntungan semata. Sementara itu, usaha yang bersifat sosial lebih menekankan pada pelayanan masyarakat. Namun, dalam praktiknya sangat
jarang ditemui usaha yang hanya melalukan kegiatan sosial. Kebanyakan perusahaan yang bersifat sosial selalu didiringi dengan kegiatan bisnis meskipun
kecil. Hal ini penting agar lembaga sosial itu dapat hidup mandiri dan tidak selalu tergantung pada sumbangan dari masyarakat dalam membiayai operasinya.
b. Etika Wirausaha
Pengertian etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya. Tata cara ini diperlukan dalam berbagai sendi kehidupan manusia agar terbina
hubungan yang harmonis, saling menghargai satu sama lainnya. Adapun ketentuan yang diatur dalam etika wirausaha secara umum adalah sebagai
berikut: 1
Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu Negara atau masyarakat
2 Penampilan yang ditunjukkan seorang pengusaha harus selalu apik, sopan,
terutama dalam menghadapi situasi atau acara-acara tertentu. 3
Cara berpakaian pengusaha juga harus sopan dan sesuai dengan tempat dan waktu yang berlaku.
4 Cara berbicara seorang pen gusaha juga mencerminkan usahanya, sopan,
penuh tata karma, tidak menyinggung atau mencela orang lain. 5
Gerak-gerik seorang pengusaha juga dapat menyenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerik yang dapat mencurigakan Kasmir, 2007 : 21
Kemudian, etika atau norma yang harus ada dalam benak dan jiwa setiap pengusaha adalah sebagai berikut:
1 Kejujuran
Seorang pengusaha harus selalu bersikap jujur baik dalam berbicara maupun bertindak.