Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA

10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini merupakan analisa berkaitan dengan teori. Adapun teori yang dianalisa adalah mengenai partisipasi masyarakat; jenis dan bentuk partisipasi; tingkat dan jenjang partisipasi.

2.1 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam beberapa hal tidak dapat timbul begitu saja dalam diri masyarakat. Partisipasi malah sering diartikan sebagai bentuk mobilisasi dengan pendekatan pembangunan yang dirancang dari atas. Dalam kondisi ini, maka makna partisipasi menjadi pasif atau tidak berasal dari dalam diri masyarakat, tapi berasal dari luar dirinya. Uphoff 1986 dalam Cohen 1988:500 bahwa paradoks sering mendorong salah satu partisipasi adalah bahwa dalam mempromosikan pembangunan dari bawah bottom-up planning justru sering pula membutuhkan upaya dari atas, hal ini terlihat dalam wacana yang menggunakan pendukung atau promoter yang direkrut, dilatih dan ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan dan mengembangkan kapasitas organisasi di antara mereka. Universitas Sumatera Utara Partisipasi tidak menjadi tidak penting, namun justru adalah unsur yang sangat signifikan, baik sebagai tujuan ataupun alat means. Pusic dalam Adi 2001:206-208 menyatakan bahwa perencanaan di desa tanpa memperhitungkan partisipasi masyarakat hanya akan menjadi perencanaan di atas kertas. Lebih lanjut diungkapkan Mendoza 1981 dalam Korten dan Alfonso 1981:vii, “The need to participate, to participate fully, is a very basic and fundamental need” Kebutuhan untuk berpartisipasi secara penuh adalah kebutuhan yang paling mendasar dan utama. Dalam konteks ini perlu pemenuhan kebutuhan untuk berpartisipasi. Defenisi partisipasi belakangan ini, dalam pembangunan sering ditemukan dalam proyek dan program pembangunan, sebagai sarana penguatan relevansi, kualitas serta kesinambungannya. Dalam sebuah pernyataan yang berpengaruh, Kelompok Kajian Bank Dunia 1995 mengenai partisipasi Gaventa, 2001:5 mendefenisikan “partisipasi sebagai proses dimana para pemilik kepentingan stakeholders mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada mereka. Terkait dengan pemahaman bahwa partisipasi memiliki makna yang berbeda sesuai situasi atau konteksnya, maka Schneider 1995:11 berpendapat bahwa: Although the need for more popular participation inthe development process generally acknowledged, the concept of participation has been given different meanings in different situations. Increasingly, however, it is accepted that genuine participation should embody some form of empowerment of the population especially participation in decision making. Genuine participation means that people should be Universitas Sumatera Utara involved throughout project or programme cycle, from the design stage through monitoring evaluation. Kebutuhan untuk lebih memperkenalkan partisipasi walaupun dalam proses pembangunan sudah diketahui secara umum, konsep partisipasi memiliki arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda, namun demikian hal yang diterima sebagai partisipasi asli adalah merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat terutama partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi yang asli berarti bahwa semua orang harus dilibatkan dalam proyek atau program, dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasi. Defenisi partisipasi asli menurut Schneider tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep partisipasi tidak dapat diartikan secara baku, makna partisipasi itu seringkali kabur. Namun akhirnya yang diterima sebagai partisipasi yang “genuine” atau asli adalah partisipasi yang merupakan perwujudan dari “empowerment of population” atau pemberdayaan masyarakat, terutama partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut tentu saja mengandung konotasi politik, karena jelas bahwa partisipasi memiliki hubungan atau terkait dengan demokrasi. Hal tersebut diatas sejalan dengan pandangan Adi 2002:84 bahwa Partisipasi masyarakat sebagai salah satu pilar dari demokrasi dan value based social development merupakan hal yang penting dalam diskursus komunitas. Karena melalui partisipasi masyarakat ini diharapkan akan tercapai pengambilan keputusan yang demokratis. Proses pengambilan keputusan secara demokratis itu sendiri pada Universitas Sumatera Utara dasarnya dilakukan berdasarkan sistem egaliter, dimana masing-masing pihak berusaha saling melengkapi tanpa merasa menjadi yang super power. Defenisi menurut Mubyarto 1988:35 bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri. Pendapat ini menyatakan bahwa partisipasi yang dilakukan masyrakat tidak harus dilakukan pada tingkat level yang sama oleh para anggotanya dan merupakan suatu hal yang tidak dipaksakan atau bersifat sukarela. Partisipasi yang baik hanya akan timbul apabila pada awalnya muncul kesadaran pada diri individu-individu masyarakat untuk ikut mengembangkan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Defenisi partisipasi dari sekian banyak pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dan mungkin persamaan dalam pandangan yang dikemukakan mengenai partisipasi. Pada Tabel 2.1 sebagai berikut akan diuraikan lebih lanjut defenisi para ahli mengenai konsep partisipasi sebagai upaya untuk mengkaji lebih dalam defenisi dan makna partisipasi masyarakat. Tabel 2. 1 Definisi Partisipasi Dari Bebarapa Ahli No. Ahli Defenisi 1. Arnstein 1969, Jurnal of The American Institute Of Planners. 35 4:216-224. 1. The redistribution of power that enables “have- nots” excluded in the political and economic processes to deliberately be included in the future. 2. The conception of empowerment:the ability to make decisions that control your own future. pembagian kekuasaan yang memungkinkan masyarakat untuk ikut serta dalam proses politik dan ekonomi untuk terlibat dalam penentuan masa depan dan konsep pemberdayaan sebagai upaya peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan mengkontrol masa depan masyarakat sendiri. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 1 lanjutan 2. Cohen Uphoff 1997 Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan perspective. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam mengimplementasi kan program, serta menikmati keuntungan dari program tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka. 3. Santoso S. Hamidjoyo dalam Sastropoetro 1988:51, Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggungjawab terhadapnya, dan terwujudnya kreativitas dan oto-aktivitas. 4. Keith Davis 1962 dalam Sastropoetro 1988:13 “ as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages him to contribute to group goal and share responsibility in them ” sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang di dalam sebuah situasi kelompok yang mana mendorong untuk berkontribusi pada tujuan kelompok dan merasa bertanggungjawab di dalamnya. 5. Paul dalam Priyono 1996:133 “….. partisipasi menjadi sebuah proses yang aktif dimana penerima mamfaat mempengaruhi arah dan menentukan proyek-proyek pembangunan dibandingkan dengan hanya menerima manfaat dari proyek.” 6. Ida 2002:23 Kontribusi masyarakat dalam mewujudkan partisipasi memiliki 4 unsur utama yaitu: 1. ada inisiatif dari masyarakat 2. usaha-usaha yang terorganisir 3. adanya sumber daya yang luas yang harus dipertahankan 4. adanya upaya untuk mengontrol kebijakan 7. In Young Wang Makmur, 2003:57 “ an action process undertaken by individuals and groups to reflect their own interest on to contribute their energies and resources to the institution and system which govern their lives.” Partisipasi merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh sese-orangindividu atau kelompok orang dalam merumuskanmenyatakan kepentingan mereka dalam memberikanmenyumbangkan tenaga dan sumberdaya lainnya kepada suatu lembaga institusi kepada sistem mengatur kehidupan mereka. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 1 lanjutan No. Ahli Defenisi 8. Tim Peneliti FIKB 2002:6 “secara umum partisipasi dapat dipahami serang- kaian kegiatan yang dilakukan oleh warga negara dalam rangka mempengaruhi proses pembuatan kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah”. Perwujudan partisipasi dapat dilakukan baik secara individu atau berkelompok, bersifat spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau sesaat serta dengan cara damai atau kekerasan. 9. Thoha dikutip oleh Tim FIKB 2002:6 Bahwa dilihat dari sifatnya, partisipasi dibedakan dalam dua jenis yaitu: 1. Partisipasi otonom mandiri yaitu suatu bentuk partisipasi yang lahir dari kesadaran masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan publik. 2. Partisipasi mobilisasi, termasuk di dalamnya partisipasi seremonial yaitu bentuk partisipasi yang yang digerakkan oleh orang atau kelompok tertentu, umumnya negara berkembang dilakukan oleh kelompok elit, bukannya berangkat dari kesadaran masyarakat.Sedangkan partisipasi seremonial adalah bentuk seperti partisipasi dalam pemilihan umum. 10. James Midgley 1986:8 Participation …… strengthens the capacities of individual and communities to mobilize and help themselves. Partisipasi merupakan upaya memperkuat kapasitas individu masyarakat untuk mendorong mereka menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 11. Makmur 2003:48 Partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan secara sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. 12. Supriyadi dalam Makmur 2003:58 Bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibedakan ke dalam 4 empat cara meliputi: 1. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah secara dominan, 2. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah dan masyarakat, 3. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, 4. Partisipasi yang timbul secara sendirinya yang dominan dari masyarakat. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 1 lanjutan No. Ahli Defenisi 13. FAO dalam Mikkelsen 2001:64 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah pemekaan membuat peka pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan meng- gunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. 4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat degan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial. 5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela masyarakat dalam perubahan ditentukan sendiri. 6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan 14. Gordon Allport dalam Sastropoetro 1988:510 Partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri sendiripribadipersonalitas kejiwaan lebih daripada hanya jasmaniahfisik saja. 15. Achmadi dalam Sastrosapoetro 1988:51 Partisipasi dalam bentuk swadaya gotongroyong merupakan modal utama. “Swadaya adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat yang dengan kesadaran dan inisiatif sendiri mengadakan ikhtiar pemenuhan kebutuhan”. 16. Alastraire White dalam Sastropoetro 1988:51 Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggungjawab terhadapnya dan terwujudnya kreativitas dan otoaktivitas. 17. Daryono, SH dalam Sastropoetro 1988:51 Partisipasi berarti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan, dalam rangka mengeksploitasikan sumber-sumber potensial dalam pembangunan. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. 1 lanjutan No. Ahli Defenisi 18. Bank Dunia dalam John Gaventa dan Camillo Valderrama, 2001: 4-5 Partisipasi sebagai proses dimana para pemilik kepentingan stakeholders mempengaruhi dan berbagai pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada mereka. Dari sudut pandang ini, partisipasi terlihat pada tataran konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek, dari evaluasi kebutuhan, sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi. 19. Okley 1991:1-10 1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu intepretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela bentuk kontribusi lain dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan. 2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang panjang di antara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instrumen yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk organisasional sebagai sarana bagi partisipasi, seperti organisasi yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk sebagai hasil dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi masyarakat dapat melakukannya melalui beberapa dimensi yaitu: a. Sumbangan pikiran ide atau gagasan, b. Sumbangan materi dana, barang, alat, c. Sumbangan tenaga bekerja memberi kerja, d. Memanfaatkanmelaksanakan pembangunan. 3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, merupakan latihan pemberdayaan masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan, tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembangunan. Sumber: Data primer diolah , 2014 Universitas Sumatera Utara Partisipasi menurut uraian tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa, pertama, partisipasi memang merupakan sebuah konsep yang problematis dan memiliki banyak makna dan dimensi, tergantung kepada situasinya, atau dari sudut mana memandangnya, namun partisipasi yang asli adalah merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat terutama partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi yang asli berarti bahwa semua orang harus terlibat dalam proyek atau program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi. Kedua, dilihat dari perkembangannya partisipasi tidak lagi diasumsikan sebagai pemberian kontribusi berupa uang atau sarana masyarakat secaraa sukarela, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan kapasitas masyarakat yang didalamnya terdapat unsur pengambilan keputusan terhadap kebijakan yang mempengaruhi masa depan masyarakat itu sendiri. Ketiga, partisipasi masyarakat adalah:keikutsertaan atau keterlibatan secara sukarela oleh masyarakat dalam suatu kegiatan untuk menyatakan kepentingan mereka atau untuk menyumbangkan tenaga serta sumber daya lainnya yang menjadikan masyarakat tersebut dapat berperan baik secara aktif maupun pasif. Masyarakat berpartisipasi bukan didasarkan atas paksaan atau tekanan dari pihak lain, namun atas kesadaran sendiri sehingga apa yang dilakukan didasarkan kesukarelaan, hubungan dengan beberapa pendapat ahli berkaitan dengan makna dari partisipasi, dibawah ini terdapat beberapa pandangan lain yang mendukung makna dari atau tidak adanya partisipasi masyarakat tersebut, diantaranya dalam artikel Framework of Universitas Sumatera Utara Participation 2002 yang menyatakan bahwa pelibatan masyarakat dilihat melalui ada atau tidak adanya: a. Information: The least you can do is tell people what is planned. Pemberian Informasi: paling tidak adanya pemberitahuan kepada masyarakat tentang hal yang direncanakan. b. Consultation: You offer a number of options and listen to the feedback you get. Konsultasi: Penawaran beberapa pilihan dan mendengarkan jawabanrespon dari masyarakat. c. Deciding together: You encourage others to provide some additional ideas and options, and join in deciding the best way fordward. Pengambilan keputusan:mendorong masyarakat terhadap ide baru dan pilihan setelah itu memutuskan langkah selanjutnya yang terbaik. d. Acting together:they form a partnership to carry it out. Bertindak bersama secara bekerja sama melaksanakan keputusan tersebut. e. Supporting independent community initiatives: You help others do what they want perhaps within a framework or grants, advice and support provided by the resource holder. Mendukung kemandirian inisiatif masyarakat: membantu mewujudkan keinginan masyarakat, baik dengan bantuan dana, saran dan dukungan peralatan. Universitas Sumatera Utara keterlibatan masyarakat dapat dilakukan melalui “konsultasi, kehadiran dan keterwakilan masyarakat dan pengaruh dari masyarakat”. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Consultation It involves getting the state to listen directly to citizens needs and demands. The state may provide mechanisms for these consultation or in cases where the state is not pre-disposed to participatory measures, citizens may assert their right to be heard and claim or create space for participation, for example, through protest to mass mobilization. For consultation to be effective, though, its outputs need to be taken up and listened to by those with the power to act on them. It is, therefore, most effective when done in an interactive manner and in an environment of genuine dialogue and information sharing. Konsultasi, dimulai dari negara mendengarkan keinginan dan kebutuhan warga negara. Negara seharusnya meningkatkan mekanisme konsultasi dan apabila negara kurang menekankan hal tersebut, sesungguhnya warga negara berhak untuk didengarkan dan memprotes ataupun membentuk ruang partisipasi seperti demonstrasi. Konsultasi yang efektif apabila hasil konsultasi diterima dan didengarkan serta dilaksanakan oleh mereka. Oleh karena itu konsultasi yang efektif biasanya dilakukaan secara interaktif dalam suasana dialog murni dan pembagian informasi. Universitas Sumatera Utara 2. Presence and Representation Citizens have on going to decision making processes and are able to engage beyond a mere presentation og needs and concerns. At this point, citizens are able to negotiate with government for better plans, solution and proceedures. With presence and representation, government not only listen but starts to actually work with citizens. Kehadiran dan Keterwakilan, masyarakat seharusnya mempunyai akses terhadap pengambilan keputusaan dalam menentukan kebutuhan masyarakat, disini warga masyarakat dapat bernegosiasi dengan pemerintah dalam perencanaan yang lebih baik, pemecahan masalah dan pelaksanaan. Dengan kehadiran dan keterwakilan, pemerintah tidak hanya mendengarkan tetapi juga awal kerjasama dengan masyarakat. 3. Infuence Influence occurs when citizens demands actually find their way into policies, programs and service delivery. Influence is visible when government begins to act on such demands and begins producing actual outputs. The challenge for citizens, then, to remain vigilant so that commitments undertaken by governments are fulfilled and carried out in a transparant manner. Pengaruh, dapat dilihat ketika keinginan masyarakat dapat terwujud dalam kebjakan, program dan pelayanan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan ketika pemerintah mulai menghasilkan keluaran yang nyata. Tantangan Universitas Sumatera Utara Pengaruh; dapat dilihat ketika keinginan masyarakat dapat terwujud dalam kebijakan, program dan pelayanan masyarakat, hal ini dapat dilakukan ketika pemerintah mulai menghasilkan keluaran yang nyata. Tantangan untuk masyarakat untuk tetap waspada bahwa komitmen tersebut di bawah kekuasaan pemerintah dan tidak dipublikasikaan. Partisipasi masyarakat dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa partisipasi masyarakat merupakan hak warga negara untuk dapat menerima informasi, dalam melakukan konsultasi dan untuk berperan serta aktif dalam proses pengambilan keputusan serta kewenangan kontrol terhadap kebijakan yang mempengaruhi kehidupannya. Ada banyak alasan mengapa partisipasi menjadi penting dalam pembangunan, baik itu kita berbicara mengenai pembangunan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya dalam kerangka organisasi ataupun masyarakat di tingkat manapun. Partisipasi menjadi sangat penting dalam menjamin keberhasilan dan keberlanjutan suatu program pembangunan, jika saja partisipasi masyarakat benar ada dalam proses itu secara menyeluruh. Conyers 1991:154-155 menyatakan ada 3 tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu: 1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya, program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal. Universitas Sumatera Utara 2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyaihak untuk turut memberikan saran urun rembug dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka, hal ini selaras dengan konsep man centered development suatu pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan manusia yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri”. Partisipasi masyarakat berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya dilakukan melalui keterlibatan dalam programproyek pembangunan, tetapi lebih merupakaan hak dari setiap warga negara, hal ini didukung oleh pandangan yang ada dalam Citizen Participation in Governance IDS, 2002 bahwa: Participation is a right, the right to participate in governance is seen as a premise rather than a favor bestowed by government. Direct citizen participation in governance promotes a healthy democracy because it enhances active citizenship and government responsiveness in way far more effective than traditional forms of representative democracy”. Universitas Sumatera Utara Partisipasi hendaknya diletakkan pada posisi yang proporsional dan sesuai dengan hakikatnya pada masyarakat dalam suasana keberdayaan yang aktif, bukan secara pasif, apalagi sampai dimobilisasi oleh outsider stakeholders. Lebih jelasnya dapat disimak dari pernyataan Uphoff dalam Carnea 1988:500 yang menyatakan salah satu paradoks dalam mendorong partisipasi adalah bahwa dalam mempromosikan pembangunan dari bawah bottom up planning, justru sering pula membutuhkan upaya dari atas. Hal ini terlihat dalam wacana yang menggunakan pendukung atau promotor yang direkrut, dilatih dan ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan dan mengembangkan kapasitas organisasi di antara mereka. Menciptakan partisipasi sebagaimana yang diharapkan, juga memerlukan adanya hubungan timbal balik yang koperatif antara masyarakat dengan outsider stakeholder dalam hal ini tentunya pemerintah. Uphoff dalam Cernea 1988:498 menekankan keharusan pemerintah untuk menghilangkan sikap paternalistik atau ketergantungan masyarakat dan memberikan kesempataan kepada masyarakat untuk mengambil alih tanggung jawab pembangunan, sehingga penduduk memperoleh kemampuan tawar menawar. Disisi lain masyarakat juga harus bersifat terbuka dan bersedia menerima perubahan sebagai hasil dari proses pembangunan. Sejalan dengan pentingnya peranan partisipasi dalam pembangunan, Soetrisno 1955:221-222 mengemukakan bahwa Peranan partisipasi masyarakat dalam pembangunan: Universitas Sumatera Utara 1. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan rakyat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan dutentukan tujuannya oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi rakyat dalam defenisi ini diukur dengan kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan. 2. Partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerjasama erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan rakyat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga ada tidaknya hak rakyat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Pentingnya partisipasi masyarakat menurut Ramlan Surbakti yang dikutip oleh Tim Peneliti FIKB 2002:101 adalah: 1. Masyarakat, bukan pemerintah yang paling mengerti tentang apa yang terbaik buat mereka. 2. Masyarakat berhak ikut serta dalam perumusan setiap kebijakan publik yang pasti akan mempengaruhi kehidupan mereka. Sedangkan White dalam Sastropoetro 1998:32 menyatakan, ada 10 sepuluh alasan tentang pentingnya partisipasi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai. 2. Dengan partisipasi pelayanan atau services dapat diberikan degan biaya yang murah. 3. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta karena menyangkut kepada harga dirinya. 4. Partisipasi merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya. 5. Partisipasi mendorong timbulnya rasa tanggung jawab. 6. Partisipasi menjamin, bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah dilibatkan. 7. Partisipasi menjamin, pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar. 8. Partisipasi menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian. 9. Partisipasi membebaskan orang dari ketergantungan kepada keahlian orang lain. 10. Partisipasi lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan, sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya. Peranan partisipasi dalam pembangunan juga diutarakan oleh Supriatna 2000:212 yaitu, “Tanpa partisipasi, pembangunan justru akan mengganggu manusia dalam upayanya untuk memperoleh martabat dan kemerdekaannya “. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan hal tersebut, Adi dan Laksmono 1990:174 berpendapat bahwa Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam setiap perencanaan, program dan kegiatan sosial karena: 1. Merupakan suatu sarana untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat. Tanpa informasi ini, maka program tidak akan berhasil. 2. Masyarakat akan lebih antusias terhadap programkebijakan pembangunan, apabila mereka dilibatkan dalam perencanaan dan persiapan sehingga mereka akan menganggap bahwa program atau kebijakan tersebut adalah mereka, hal ini perlu untuk menjamin program diterima oleh masyarakat, khususnya dalam program yang bertujuan untuk merubah masyarakat dalam cara berpikir, merasa dan bertindak. 3. Banyak negara-negara yang menganggap bahwa partisipasi masyarakat merupakan “hak demokrasi yang bersifat dasar”, dimana masyarakat harus dilibatkan dalam proses pembangunan dimaksudkan untuk memberi keuntungan pada manusia. Adapun mengenai tujuan partisipasi menurut Glass 1972:182 ada 5 tujuan partisipasi yaitu: 1. Pertukaran informasi, hal ini terutama bertujuan untuk memungkinkan adanya kebersamaan antara pengambil keputusan dan rakyat untuk memungkinkan rakyat biasa yang secara bersama mengembangkan ide-ide dan keinginan. Universitas Sumatera Utara 2. Pendidikan, ini berhubungan dengan penyebaran informasi secara terinci dari suatu rencana sehingga memungkinkan masyarakat mengerti akan rencana tersebut. 3. Bangunan dukungan support building ini terutama melibatkan kegiatan yang bersifat menciptakan suasana yang baik sehingga memungkinkan tidak terjadi benturan di antara kelompok-kelompok masyarakat, dan antara kelompok masyarakat dan pemerintah. 4. Proses pembuatan keputusan yang terbuka, ini terutama bertujuan untuk memungkinkan masyarakat biasa memberikan ide-ide baru atau pilihan dalam proses perencanaan. 5. Masukan dari masyarakat, sebagai suatu usaha mengumpulkan dan mengidentifikasikan sikap dan pendapat dari kelompok masyarakat. Ramlan Surbakti dalam FIKB, 2002:101 berpendapat bahwa, alasan pentingnya partisipasi masyarakat adalah: 1. Masyarakat, bukan pemerintah yang paling mengerti tentang apa yang terbaik buat mereka. 2. Masyarakat berhak ikut serta dalam perumusan setiap kebijakan publik yang pasti akan mempengaruhi kehidupan mereka. partisipasi masyarakat dalam praktiknya membutuhkan saluran-saluran. Althoff dan Rush Ed. Kartini Kartono 2003:255-260 mengemukakan saluran- saluran dalam partisipasi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Media massa koran, majalah, tabloid, televisi, radio sebagai sarana utama bagi penyaluran informasi-informasi politik. Peranan media massa dalam komunikasi politik menggambarkan cara-cara tertentu dalam mana seluruh proses politik terintegrasi dengan jaringan komunikasi sosial yang lebih luas. 2. Organisasi yang bersifat formal seperti partai politik dan kelompok kepentingan, dimana organisasi-organisasi tersebut dapat menyajikan saluran yang dapat mengadakan kontak antara pejabat politik dan pejabat administratif serta rakyat pada umumnya. 3. Kontak antara individu dan kelompok individu. Individu dan kelompok individu, saluran ini tidak seluruhnya diselubungi oleh media massa dan organisasi formal, disamping itu saluran ini merupakan basis dari teori komunikasi yang penting.

2.2 Jenis dan Bentuk Partisipasi Masyarakat