Gambaran Umum Kota Subulussalam

BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran umum lokasi penelitian yang berkaitan dengan “Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh“. Lokasi dalam objek penelitian ini adalah Kota Subulussalam dan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh terhadap objek penelitian maka penulis akan menggambarkan lokasi penelitian dari berbagai aspek, untuk lebih jelasnya gambaran lokasi objek penelitian ini akan digambarkan secara jelas pada sub bab di bawah ini:

4.1 Gambaran Umum Kota Subulussalam

Secara historis Subulussalam merupakan nama yang diberikan oleh ulama kharismatik yang sekaligus Gubernur Aceh dulu yaitu Alm. Prof. Ali Hasymi pada saat berkunjung ke daerah Subulussalam pada tanggal 15 September 1964. Nama Subulusalam diambil dari bahasa arab yang berarti jalan menuju kedamaian kesejahteraan. Kota Subulussalam dibentuk berdasarkan UU No. 8 Tahun 2007 dan diresmikan pada tanggal 15 Juni tahun 2007. Pembagian Wilayah Administrasi Kota Subulussala dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kota Subulussalam No . Kecamtan Ibukota Kecamatan Luas Km² Wilayah Jumlah Desa Jumlah Mukim 1 Simpang Kiri Subulusalam 213 15,31 14 2 2 Penangalan Penanggalan 93 6,69 10 1 3 Runding Pasar Runding 320 23,01 23 2 4 Sultan Daulat Jambi Baru 602 43,28 17 2 5 Longkip Longkip 163 11,72 10 1 JUMLAH 1.391 100,00 74 8 Sumber: BPS Kota Subulussalam Dalam Angka Tahun 2014 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4.1. Secara administrasi kota Subulussalam memiliki 5 Kecamatan dan 74 Desa dan 8 Kemukiman dengan luas wilayah 1.391 km². Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sultan Daulat yaitu 602 km atau 43,28 persen, sedangkan kecamatan yang terkecil wilayahnya adalah kecamatan Penanggalan dengan luas hanya 93 Km² atau 6,60 persen dari Luas Kota Subulussalam. Luas wilayah dan jumlah setiap kecamatan dalam Kota Subulussalam dapat dilihat pada tabel 4.1. 4.1.1 Letak dan kondisi geografis Kota Subulussalam merupakan satu–satunya kota yang terletak diwilayah pantai barat Provinsi Aceh. Secara geografis Kota Subulussalam terletak pada posisi 02° 27’ 30” - 03° 00’ 00” LU North Latitude dan 0 97° 45’ 00’ - 98° 10’ 00” BT EastLatitude. Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian Sumber: Pemerintah Subulussalam, 2014 Universitas Sumatera Utara Dari Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian Kota Subulussalam memiliki kontelasi regional yang berada dibagian perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat, Provinsi Sumatera Utara. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Singkohor dan Kecamatan Suro, Kabupaten Aceh Singkil. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trumon dan Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan. 4.1.2 Keadaan kependudukan Jumlah penduduk Kota Subulussalam sampai akhir tahun 2012 mencapai 70.707 jiwa yang terdiri atas 35.596 jiwa penduduk laki laki 50.3 dan 35.111 jiwa penduduk perempuan 49,7 . Jumlah tersebut menempati urutan kedua terendah di Propinsi Aceh setelah Kota Sabang, dari tahun ke tahun jumlah penduduk selalu mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun sebelumnya 2011 yang sebesar 68.990 jiwa, maka sampai dengan akhir tahun 2012 terdapat kenaikan jumlah penduduk sebesar 1.717 jiwa atau laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,28 persen pertahun. Ratio beban tanggungan merupakan angka menyatakan perbandingan antara banyaknya penduduk yang tidak produktif dengan Universitas Sumatera Utara banyaknya penduduk yang produktif secara ekonomis. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja, meskipun tidak terlaku akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Subulussalam sudah tergolong tinggi karena sudah tumbuh diatas 2 persen pertahunnya seperti dijelaskan pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Kepadatan dan laju pertumbuhan Penduduk di Kota Subulussalam Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan JiwaKm2 Jumlah Rumah Tangga RT Pertumbuhan Penduduk Simpang Kiri 28.898 136 2,81 Penanggalan 12.317 132 3,69 Rundeng 11.543 36 1,42 Sultan Daulat 13.404 22 2,07 Longkib 4.546 28 1,24 Total 70.707 51 15.152 2,28 Sumber: BPS, Subulussalam Dalam Angka, 2014 Berdasarkan tabel 4.2 data jumlah penduduk tahun 2012, jumlah penduduk menurut kelompok umur usia produktif 15–64 tahun mencapai 40.219 jiwa, sedangkan untuk usia non produktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas mencapai 30.488 jiwa, dengan data tersebut maka dapat diketahui rasio beban tanggungan dependency ratio penduduk usia produktif atas penduduk usia non produktik, yaitu sebesar 75,80 persen. Angka ini bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 mengalami sedikit kenaikan yakni sebesar 0,21 persen, karena tahun 2011 dependency ratio mencapai 75,59 persen. Nilai ketergantungan pada tahun 2012 ini semakin tinggi dikarenakan jumlah penduduk usia produktif semakin menurun Universitas Sumatera Utara sementara jumlah penduduk usia belum dan tidak produktif semakin meningkat jumlahnya, dari data tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif di Kota Subulussalam mempunyai tanggungan sebanyak 76 orang penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Kepadatan penduduk rata-rata Kota Subulussalam tahun 2012 adalah 51 jiwa km2. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk per kecamatan tertinggi terdapat di Kecamatan Simpang Kiri 136 jiwakm 2 dan terendah di Kecamatan Sultan Daulat 22 jiwa km 2 . Konsentrasi jumlah penduduk di Kota Subulussalam terpusat pada wilayah Simpang kiri, hal ini bisa dipahami karena selain lokasi pusat pemerintahan berada di wilayah ini karena dekat dengan akses utama gerbang Medan–Banda Aceh yang menghubungkan Kabupaten-kabupaten di wilayah pantai Barat Provinsi Aceh. 4.1.3 Fasilitas wilayahinfrastruktur Infrastruktur yang telah ada merupakan fasilitas untuk melayani kepentingan publik diantaranya: jalan, perbankan, hotel dan restoran, tempat wisata, konsumsi listrik rumah tangga penduduk kota Subulussalam. Sarana publik seperti jalan yang telah dibangun menurut status diantaranya jalan negara, jalan provinsi, jalan kabupaten sedangkan jalan dilihat menurut jenis permukaan pemermukaan tanah dan lainnya. Sedangkan panjang jalan menurut kondisinya diantaranya jalan kondisi baik, jalan kondisi sedang, kondisi jalan rusak dan kondisi jalan rusak berat. Universitas Sumatera Utara a. Jalan Kota Subulussalam yang merupakan wilayah perlintasan kendaraan dari pantai barat ke Medan memerlukan sarana dan prasarana infrastruktur yang memadai, sehingga akan memperlancar perekonomian Kota Subulussalam. Adanya peningkatan infrastruktur panjang jalan yang signifikan di Kota Subulussalam harus diikuti dengan perawatan yang memadai, mengingat jalan-jalan lintas Negara di Kota Subulussalam setiap hari dilalui oleh kendaraan berbeban berat sehingga apabila kualitas aspal tidak baik ditambah dengan kurangnya perawatan dari dinas terkait akan mempercepat kerusakan jalan yang ada. Panjang ruas jalan menurut status di Kota Subulussalam seperti dijelaskan pada table 4.3. Tabel 4.3 Panjang Jalan Menurut Status di Kota Subulussalam Tahun 2004-2012 Km Status Jalan Panjang Jalan Km 2008 2009 2010 2011 2012 Negara 67,00 67,00 67,00 67,00 67,00 Provinsi 99,80 99,80 99,80 99,80 98,80 Kabupaten 422,34 443,86 452,79 452,79 579,59 Total 589,14 610,66 619,59 619,59 745,39 Sumber: Subulussalam Dalam Angka, 2014 Pada tabel 4.3 panjang jalan di Kota Subulussalam pada tahun 2008 mencapai 589,14 km dan jalan negara sepanjang 67 km, jalan provinsi mencapai 99,80 km dan panjang jalan kabupaten sepanjang 422,34 km. Seiring proses pembangunan terus dilakukan oleh Pemerintah, maka panjang jalan i Kota Subulussalam tahun 2012 meningkat sebesar 27,13 Universitas Sumatera Utara .persen atau 745,39 km. Peningkatan tertinggi jalan Kabupaten dimana tahun 2012 menjadi 579,59 km. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Subululussalam dapat dilihat pada table 4.4. Tabel 4.4 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kota Subulussalam Tahun 2008-2012 Km Jenis Permukaan Panjang Jalan Km 2008 2009 2010 2011 2012 Diaspal 67,00 200,13 253,98 325,98 Kerikil 170,76 93,00 92,00 99,00 Tanah 249,57 219,46 166,61 154,61 Lainnya 0,00 40,00 40,00 00,00 Total 487,33 552,59 552,59 579,59 Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2014 Pada tabel 4.4 diatas menunjukkan adanya peningkatan jenis permukaan jalan aspal dari tahun 2008 hanya 67,00 km meningkat sebesar 386,53 persen menjadi 325,98 km pada tahun 2012. Pada saat ini semua jalan menuju ibukota Kecamatan dari Ibukota Subulussalam Subulussalam sudah terhubung dengan jalan aspal, sehingga diharapkan akan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan akses pelayanan baik itu pendidikan, kesehatan maupun jasa, sehingga perekonomian akan semakin cepat berkembang. Jalan yang telah dibuat perlu perawatan sehingga memperkecil kerusakan. Berbagai penyebab jalan rusak, diantaranya adalah struktur tanah, kualitas aspal dan kerusakan jalan digerus waktu dan cuaca yang selalu berubah, hujan sering mengakibatkan longsor sehingga aspal tertimbun tanah, kendaraan berat yang melampaui kekuatan beban jalan untuk melewatinya mempercepat rusaknya jalan raya. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2008 panjang jalan yang rusak mencapai 66,00 km sedangkan yang berkondisi baik hanya 17,02 km. Panjang jalan menurut kondisi di Kota Subulussalam dijelaskan pada table 4.5. Tabel 4.5 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Subulussalam Tahun 2008-2012 Km Kondisi Panjang Jalan Km 2008 2009 2010 2011 2012 Baik 17,02 39,43 58,02 142,86 149,86 Sedang 82,80 143,70 120,80 151,70 151,70 Rusak 66,00 71,70 100,20 92,00 90,00 Rusak Berat 189,66 173,76 193,04 188,03 Total 164,82 444,49 452,78 579,60 579,59 Sumber: Subulussalam Dalam Angka 2014 Pemerintah Kota Subulussalam terus meningkatkan prasarana infrastruktur demi mencapai kesejahteraan rakyat, hal ini memberikan dampak yang positif bagi kondisi jalan yang ada. Pada tahun 2012 panjang jalan yang rusak turun sebesar 66,43 persen menjadi 90,00 km, sementara itu jalan yang berkondisi baik meningkat menjadi 149,86 km atau naik 698,99 persen. b. Perbankan Bank adalah sarana yang memudahkan aktivitas masyarakat untuk menyimpan uang, baik dalam hal perniagaan, maupun untuk investasi masa depan. Bank merupakan salah satu institusi yang sangat berperan penting dalam bidang perekonomian suatu daerah khususnya dibidang pembiayaan perekonomian. Ada beberapa Bank sebagai jantung perekonomian di Kota Subulussalam dapat dilihat pada tabel 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Statistik Perbankan di Kota Subulussalam Tahun 2012 Nama Bank Keadaaan Dana Nasabah Rp.000 Tabungan Giro Deposito Bank BRI KCP 2.400 Bank BRI Unit 25.219.668 673.240 5.000 Bank BRI Unit Siaga 9.944.720 49.169 PT. Bank Aceh 40.381.118 19.604.835 3.285.000 Bank Syariah Mandiri 18.657.405 856.000 2.089.000 Total 94.205.311 21.183.244 5.379.000 Sumber: Masing-masing Bank Tahun 2014 Dari tabel 4.6 pada tahun 2012 di Kota Subulussalam terdapat 5 unit bank yaitu Bank Aceh, BRI Unit Siaga, BRI Unit Subulussalam, BRI Kantor Cabang Pembantu dan Bank Mandiri Syariah. Jumlah tabungan masyarakat Kota Subulussalam terbesar berada pada Bank Aceh dengan dana tabungan sebesar 40,381 Miliar Rupiah, kemudian Bank BRI Unit Subulussalam dengan dana 25,219 Miliar Rupiah dan terakhir Bank Mandiri Syariah dengan dana tabungan sebesar 18,657 Miliar Rupiah. Keadaan dana perbankan berupa giro paling besar dimiliki oleh Bank Aceh sebesar 19,604 Miliar Rupiah. Begitu juga dengan dana Deposito. Bank Aceh merupakan bank pembangunan daerah sehingga banyak masyarakat yang menyimpan dananya baik berupa tabungan, Giro dan deposito pada bank tersebut. c. Hotel dan Restoran Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik di Kota Subulussalam, ditambah adanya pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer menjadi Universitas Sumatera Utara sektor tertier menyebabkan semakin tumbuhnya sarana dan prasarana ekonomi seperti toko, hotel, restoran dan pedagangan kaki lima. Jumlah hotel dan restoranrumah makan di Kota Subulussalam dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Jumlah Hotel dan RestoranRumah Makan di Kota Subulussalam Tahun 2007-2011 Uraian Jumlah Unit 2008 2009 2010 2011 2012 Hotel Berbintang 1 2 2 NA Hotel Non Bintang 1 7 7 7 NA R. Makan Restoran 5 7 13 13 NA Sumber: BPS, Subulussalam Dalam Angka, 2014 Dari tabel 4.7 pada tahun 2008 jumlah hotel non berbintang yang memiliki izin hanya 1 unit. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan semakin banyaknya pendatang yang melakukan aktivitas ekonomi di Kota Subulussaam juga memicu pertumbuhan jumlah hotel, dimana pada tahun 2011 mencapai 9 unit yang terdiri dari 2 hotel berbintang dan 7 hotel non berbintang dengan tingkat hunian mencapai rata-rata 22 persenbulan untuk hotel berbintang. Sementara itu jumlah rumah makan juga meningkat menjadi 13 unit pada tahun 2011. d. Pariwisata Pariwisata adalah salah satu wadah bagi daerah untuk dapat dikenal oleh pihak luar, seperti Bali yang dikenal dengan Pantai Kuta dan tari kecaknya sehingga orang asing lebih mengenal Bali dibanding dengan daerah lainnya. Kota Subulussalam memiliki beberapa tempat pariwisata yang cukup potensial, namun pengelolaan tempat pariwisata belum maksimal, seperti banyak sampah yang berserakan, ditambah minimnya Universitas Sumatera Utara fasilitas yang ada serta akses menunju tempat wisata yang sulit ditambah kurangnya promosi pemerintah kota tentang tempat wisata yang ada di Kota Subulussalam. Adapun tempat-tempat wisata yang ada di Kota Subulussalam seperti pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Tempat Wisata dan Jarak dari Ibukota di Kota Subulussalam Tahun 2012 No Nama Tempat Wisata Lokasi Jarak dr Ibu Kota Km 1 Nan Tampuk Mas Lae Bersih Kec. Penanggalan 5,0 2 Alam Indah Lae Pandulangan Namo Buaya Kec. Slt. Daulat 13,0 3 SKPC Lae Bersih Kec. Penanggalan 1,5 4 Wisata Pulau Penang Penanggalan Lae Bersih Kec. Penanggalan 1,0 5 Air Terjun Kedabuhan Kedabuhan Kec. Penanggalan 10,0 6 Taman Kota Tangga Besi Kec Sp. Kiri 2,0 7 Makam Sultan Daulat Kampong Singgersing Kec. Slt. Daulat 12,0 Sumber: Dishubkomtelpar Kota Subulussalam, 2014 Dari Tabel 4.8 tempat wisata dan jarak yang paling terdekat dari ibukota di Subulussalam tahun 2012 yaitu Wisata Pulau Penang di Lae Mbersih Kec. Penanggalan yang hanya berjarak 1 km dari pusat kota, sedangkan yang terdekat kedua adalah SKPC di Lae Mbersih Kecamatan Penanggalan yang hanya berjarak 1,5 km, sedangkan berikutnya Taman Kota yang terletak di Desa Tangga Besi Kecamatan Simpang Kiri yang hanya berjarak 2 Km dari pusat kota, sedangkan tempat wisata Nan Tampuk Mas yang berada di Desa Lae Mbersih Kecamatan Penanggalan berjarak 5 km dari ibu kota, sedangkan Air Terjun Kedabuhan yang terletak di Kedabuhan Kecamatan Penanggalan Universitas Sumatera Utara yang berjarak 10 km dari pusat kota, Makam Sultan Daulat yang terletak di Kampong Singgersing Kecamatan Sultan Daulat yang berjarak 12 km dari pusat kota sedangkan yang terjauh adalah Alam Indah Lae Pendulangan Namo Buaya Kec. Sultan Daulat yang berjarak 13 km dari pusat kota. e. Kelistrikan Kebutuhan listrik setiap tahunnya akan terus meningkat hal ini berkaitan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan semakin berkem- bangnya perekonomian. Supply listrik di Kota Subulussalam masih tergantung dari Sidikalang Kabupaten Dairi sehingga potensi untuk gangguan listrik cu- kup tinggi mengingat jarak dan kondisi geografis yang sulit. Adapun kebutu- han listrik untuk setiap tahunnya di Kota Subulussalam seperti pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Produksi Listrik, Listrik Terjual, Susut dan Jumlah Pelanggan Listrik di PT. PLN Kantor Cabang Subulussalam Tahun 2008-2012 Uraian Jumlah Persentase 2008 2009 2010 2011 2012 Produksi Listrik KWh 38.317.320 39.917.980 27.053.760 25.287.900 27.628.660 Listrik Terjual KWh 10.247.033 15.266.826 15.250.357 18.841.498 22.199.244 Susut Hilang KWh 6.480.769 7.215.678 2.505.415 1.411.943 1.537.198 Pelang- gan 11.106 12.172 13.047 14.663 16.297 Sumber: PT. PLN Cabang Subulussalam, 2014 Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.9 pada tahun 2008 jumlah produksi listrk di PT. PLN Cabang Subulussalam mencapai 38,31 juta Kwh kemudian meningkat menjadi 27,63 Kwh pada tahun 2012. Hal yang paling menggembirakan adalah jumlah daya yang susuthilang menurun dari 6,48 juta Kwh pada tahun 2008 menjadi 1,53 juta Kwh 2012. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan listrik secara legal semakin meningkat. Sementara itu jumlah pelanggan pada tahun 2008 menca-pai 11.106 pelanggan meningkat menjadi 16.297 pelanggan pada tahun 2012. persentase rumah tangga yang menggunakan sarana listrik PLN dari tahun 2008 sebesar 81,45 persen meningkat menjadi 89,08 persen pada tahun 2012. Penggunaan sarana listrik PLN untuk rumah tangga juga terjadi peningkat setiap tahunnya seperti tabel 4.10. Tabel 4.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kota Subulussalam Tahun 2008-2012 Uraian Jumlah Perentase 2008 2009 2010 2011 2012 PLN 82,31 85,42 87,05 89,08 Non PLN 2,99 5,90 5,07 3,12 Petromak 2,03 4,06 2,79 2,00 Pelita 12,47 4,62 4,68 5,80 Lainnya 0,20 0,00 0,41 0,00 Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2014 Dari tabel 4.10 terlihat gambaran persentase rumah tangga yang menggunakan sarana listrik PLN dari tahun 2008 sebesar 82,31 persen meningkat menjadi 89,08 persen pada tahun 2012. Kenaikan ini tidak terlepas dari komitmen PT. PLN untuk terus menjangkau desa-desa terpencil agar dapat dialiri oleh listrik. Listrik merupakan salah satu kebutuhan yang penting, karena tanpa listrik maka kehidupan sosial ekonomi akan berjalan lambat. Universitas Sumatera Utara

4.2. Dasar Acuan Penyusunan RTRW Kota Subulussalam