80
BAB V ANALISIS
Bab ini merupakan deskripsi hasil temuan lapangan mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Subulussalam Provinsi Aceh. Bab ini berisi segala sesuatu hasil temuan lapangan berupa fakta, kejadian atau peristiwa, hasil wawancara atau data-data lainnya selama
penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya hasil temuan lapangan akan dibahas dan dianalisa dengan kerangka pemikiran dalam tulisan ini.
5.1 Perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam
Kota Subulussalam dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Subulussalam di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Hal ini dikarenakan pertimbangan perkembangan dan kemajuan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada umumnya dan Kabupaten Aceh Singkil pada
khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan
pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Aceh Singkil mempunyai luas wilayah kurang lebih 3.576,00 km2,
dimekarkan menjadi 2 dua daerah otonom yang terdiri dari Kabupaten Aceh Singkil sebagai kabupaten induk, dan Kota Subulussalam sebagai kota pemekaran. Kota
Subulussalam mempunyai luas wilayah kurang lebih 118.404,48 Ha, terdiri dari 5
Universitas Sumatera Utara
81
lima kecamatan, yaitu Kecamatan Simpang Kiri, Kecamatan Penanggalan, Kecamatan Rundeng, Kecamatan Sultan Daulat, dan Kecamatan Longkip.
Pasca terbentuknya Kota Subulussalam dan dalam rangka pengembangan daerah khususnya guna kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan masyarakat pada masa yang akan datang, serta pengembangan
sarana dan
prasarana pemerintahan,
pembangunan dan
kemasyarakatan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan, untuk itu Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam harus benar-benar serasi dan terpadu
penyusunannya dalam satu kesatuan sistem Rencana Tata Ruang Wilayah yang terpadu dengan Tata Ruang Nasional, Tata Ruang Provinsi Aceh serta juga dengan
rencana pembangunan sektoral Kota Subulussalam. Penataan RTRW dalam pelaksanaan kegiatan penataan ruang, Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan beberapa hal mendasar diantaranya bahwa penataan ruang dilakukan secara berjenjang dan
komplementer sehingga dapat memadukan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam agar selalu tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan. Produk
rencana tata ruang harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penyusunan penataan ruang perlu disusun secara prosedural dengan melibatkan partisipasi masyarakat, hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Walikota Subulussalam 2009-2014 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
82
Sebagai daerah otonom baru maka Pemerintah Kota Subulussalam wajib sesegera mungkin melakukan penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Banyak
dokumen perencanaan yang wajib disusun berdasarkan aturan diantaranya adalah dokumen tata ruang. Khusus mengenai dokumen RTRW ini merupakan kewajiban
yang diatur dalam Undang-Undang Pembentukan Kota Subulussalam sehingga pasca pelantikan saya menjadi Walikota terpilih pada tanggal 5 Maret 2009 yang lalu
penyusunan dokumen ini menjadi prioritas pemerintahan kami. Disamping itu, dalam menghasilkan dokumen tersebut kami menginginkan agar melibatkan seluruh elemen
masyarakat sehingga dokumen ini benar-benar dapat dipergunakan dan masyarakat merasa memiliki dokumen RTRW ini ” MS, 5 Maret 2012.
Senada dengan dengan pendapat tersebut, hal yang sama juga diungkapkan oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
BKPRD Kota Subulussalam sebagai berikut: “Penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam menjadi
prioritas semua pihak karena sudah lama sekali proses penyusunan RTRW ini dilakukan namun belum menjadi dokumen resmi. Dulu pada tahun 2007-2009
dokumen ini pernah disusun oleh pihak dinas perumahan dan pemukiman Provinsi Aceh melalui APBD Aceh sebagai bantuan kepada daerah otonom baru namun
karena kurang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maka dokumen itu ketika dilakukan konsultasi publik ditolak, oleh karena itu maka ketika dokumen
tersebut kembali disusun menggunakan dana APBK Subulussalam saya secara khusus meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum selaku pelaksana pekerjaan ini
agar sungguh-sunguh melibatkan para pihak dalam penyusunannya sehingga kejadian-kejadian penolakan agar tidak kembali terulang ” An, 5 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
83
5.2 Temuan Lapangan Langkah-Langkah dan Proses dalam Penyusunan