Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 8
penting dalam pr oses latihan. Par a pemain har us mempunyai motivasi intr insik jenis ini untuk memastikan bahw a mer eka selalu ter libat dalam pr oses latihan
dengan baik. Untuk selalu menggugah motivasi ini, par a pelatih juga har us selalu kr eatif menciptakan metode latihan yang selalu member i sesuatu yang bar u kepada
par a pemain. Jika pelatih gagal member i sesuatu yang bar u, mungkin motivasi yang sudah dimiliki oleh par a pemain akan luntur per lahan-lahan.
2. Motivasi Intr insik yang ber kaitan dengan pencapaian Accomplishment.
Manusia selalu mempunyai nalur i untuk mencapai sesuatu. Bahkan secar a ekstr em, or ang yang sudah kaya r aya pun tidak per nah ber henti untuk menger uk
har ta. Ini membuktikan bahw a setiap manusia mempunyai keinginan untuk mencapai sesuatu. Dalam konteks olahr aga, at let sebenar nya juga mempunyai hal
ser upa. Motivasi intr insik tipe ini seseor ang melakukan aktivitas kar ena t er dor ong oleh kesenangan mencoba untuk melampaui dir inya sendir i. Ar tinya ada keinginan
untuk lebih dan lebih. Seor ang pelatih bisa menciptakan hal ini dengan selalu membaw a unsur kompetisi dalam pr oses latihan. Par a pemain juga har us selalu
mengikuti kompetisi yang kompetitif dengan jenjang yang selalu meningkat. Selain untuk mengevaluasi kemampuan, tapi juga agar mer eka selalu ter fasilitasi untuk
melew ati pencapaian yang sudah per nah diper oleh.
3. Motivasi Intr insik untuk merasakan stimulasi Stimulation.
Jenis ini mendor ong seseor ang untuk ter libat dalam sebuah aktivitas dalam r angka mer asakan kenikmatan yang sensasional. Par a atlet panjat t ebing, pendaki
gunung dan sebagainya adalah contoh or ang-or ang yang selalu ingin mer asakan pengalaman yang sensasional ini. Untuk atlet lain, bar angkali dengan mendapat
pencapaian ter tinggi, maka pengalaman sensasional ini akan ter capai. Bayangkan jika seseor ang ber hasil mendapatkan medali emas olimpiade, pasti luar biasa. Untuk
itulah, par a atlet har us selalu dir angsang untuk selalu mengeset sasar annya setinggi mungkin.
2. Motivasi Ekstr insik
Motivasi ekstr insik bi asa didefinisikan motivasi yang datang dar i luar individu. Dengan kata lain, motivasi yang dimiliki seseor ang ter sebut dikendalikan oleh objek-objek
yang ber asal dar i luar individu. Contoh-contoh motivasi yang ber sifat ekstr insik adalah: hadiah, tr ofi, uang, pujian, dan sebagainya.
Tipe motivasi Ekstr insik:
Motivasi ekstr insik tidak selamanya hanya ber sifat sement ar a, tapi dengan penanganan yang t epat, motivasi ekstr insik bisa member i kekuatan yang tidak kalah
dengan motivasi intr iksik. Ber ikut ini beber apa tingkatan motivasi ekstr insik:
1. Exter nal r egulation.
Regulasi ekster nal mempunyai makna bahw a sebuah per ilaku muncul dalam r angka mendapatkan benda-benda sesuatu yang ber sifat ekster nal medali, tr ofi
ser ta dalam r angka menghindar i tekanan tekanan sosial. Bukti bahw a seor ang
Kuliah PSIKOLOGI OLAHRAGA. PJKR, FIK, UNY 9
atlet sedang ber ada dalam fase r egulasi ekst er nal adalah ketika mer eka mengatakan, “Saya akan per gi ber latih har i ini kar ena saya tidak ingin dicadangkan
oleh pelatih pada per tandingan mendatang” Dalam ucapan ini t ampak bahw a pemain t er sebut datang ke latihan hanya
kar ena dia takut tidak ber main di tim inti. Jadi motivasinya bukan kar ena memang dia membutuhkan latihan. Bagaimana seandainya sang pelatih sudah cinta mati
kepadanya? Tentu saja dia akan ser ing mangkir latihan, kar ena toh nggak latihan
saja dia tetap akan main di tim utama.
2. Intr ojected r egulation.
Dalam tipe
kedua dar i
motivasi ekstr insik
ini pemain
mulai menginter nalisasi alasan-alasan dar i per ilakunya. Inter nalisasi alasan ini
menggantikan kontr ol dar i luar seper ti dalam exter nal r egulation. Dia menggantikan kontr ol ekster nal dengan sesuat u yang ber asal dar i dalam dir i. Masih
dalam konteks latihan, pemain yang mempunyai
int r oject ed r egulat ion
ini akan mengatakan, “Saya ber latih kar ena saya akan mer asa ber salah seandainya tidak
datang.” Dengan kat a lain, meskipun sumber nya masih ber asal dar i luar , tapi pemain
sudah mulai menggunakan unsur yang ber asal dar i dalam dir inya, yakni r asa ber salah. Tapi sekali lagi, bukan di dasar kan atas kebutuhan akan latihan yang
ber asal dar i dalam dir inya.
3. Regulated thr ough identification
Setelah melew ati pr oses inter nalisasi, seor ang pemain mempunyai pilihan atas per ilaku-per ilaku yang akan dia lakukan. Per ilaku-per ilaku ter sebut akan
dibandingkan dan dinilai mana yang layak untuk dilakukan. dalam fase ini, motivasi ekstr insik telah ber ger ak ke ar ah
r egulat ed t hr ough ident ificat ion
, yakni munculnya per ilaku-per ilaku yang dinilai dan menjadi pilihan untuk dilakukan. Pemain sudah
bisa mengidentifikasi per ilaku yang har us diambil. Dalam ucapan, pemain yang sudah mempunyai motivasi ekstr insik tipe ini
akan mengatakan, “ Saya memilih untuk ber latih kar ena ber latih akan membantuku tampil lebih baik untuk per tandingan mendatang.” Contoh itu menggambar kan
bahw a pemain t er sebut sudah mulai memiliki kesadar an akan pilihan didasar kan
atas nilai at au sesuatu yang lebih baik.
4. Integr ated r egulation