RANGKAIAN EKIVALEN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

17 Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi ini dinyatakan dengan E 2s yang besarnya E 2s = …2.5 Dimana : E 2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar Volt = s. = frekuensi rotor frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar Bila n s = n r , tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika n r n s

2.5 RANGKAIAN EKIVALEN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga fasa, pertama -tama perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar serempak membangkitkan ggl lawan tiga phasa yang seimbang di dalam phasa-phasa stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada impedansi bocor stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan 1 V = 1 E + 1 I 1 1 jX R  Volt …2.6 Di mana : 1 V = tegangan terminal stator Volt 1 E = ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan Volt 1 I = arus stator Ampere 1 R = resistansi efektif stator Ohm Universitas Sumatera Utara 18 1 X = reaktansi bocor stator Ohm Seperti halnya transformator, arus stator dapat dipecah menjadi dua komponen, komponen beban dan komponen peneralan. Komponen beban 2 I menghasilkan suatu fluks yang akan melawan fluks yang diakibatkan arus rotor. Komponen peneralan  I , merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan fluks celah udara resultan. Arus peneralan dapat dipecah menjadi komponen rugi – rugi inti c I yang sefasa dengan 1 E dan komponen magnetisasi m I yang tertinggal dari 1 E sebesar  90 . Sehingga dapat dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti Gambar 2.11 berikut ini : Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen stator Misalkan pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator banyaknya a kali jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada rotor ekivalen magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator. Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara tegangan E rotor yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan E 2s yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah E 2s = a E rotor Volt …2.7 Universitas Sumatera Utara 19 Bila rotor – rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing- masing harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya I rotor dan arus I 2s pada rotor ekivalen haruslah : I 2s = a I ro to r Volt …2.8 Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip S 2 Z dari rotor ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip r oto r Z dari rotor yang sebenarnya haruslah sebagai berikut. s 2 Z =  s 2 s 2 I E  rotor rotor 2 I E a rotor 2 Z a …2.9 Karena rotor terhubung singkat, hubungan antara ggl frekuensi slip E 2s yang dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I 2s pada phasa tersebut adalah  s 2 s 2 I E s 2 Z = 2 R + 2 jSX Ohm …2.10 Dimana : S Z 2 = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap phasa berpatokan pada stator Ohm 2 R = tahanan rotor Ohm SX 2 = reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip Ohm Reaktansi yang didapat pada persamaan 2.10 dinyatakan dalam cara demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi 2 X didefinisikan sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada frekuensi stator. Universitas Sumatera Utara 20 Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron. Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip sebesar E 2s dan ggl lawan stator E 1 . Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah S kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator dan rotor adalah E 2s = S E 1 Volt …2.11 Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang dihasilkan komponen beban I 2 dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif I 2s = I 2 Ampere …2.12 Dengan membagi persamaan 2.11 dengan persamaan 2.12 didapatkan s 2 s 2 I E = 2 1 I SE Didapat hubungan  s 2 s 2 I E 2 1 I SE = 2 R + 2 jSX Ohm …2.13 Dengan membagi persamaan 2.13 dengan S, maka didapat : 2 1 I E = S R 2 + 2 jX Ohm …2.14 Dari persamaan 2.10, 2.11 dan 2.14 maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen pada rotor sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 21 Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen rotor dimana : S R 2 = S R 2 + 2 2 R R  S R 2 = 2 R + 1 S 1 R 2  Ohm …2.15 Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing – masing fasanya. Perhatikan gambar di bawah ini : 1 V 1 R 1 X 1 I c R m X  I c I m I 2 I 1 E 2 SX 2 I 2 R 2 SE Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen motor induksi Untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar 2.13 diatas dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan dapat digambarkan sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara 22 Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator atau seperti gambar berikut. Gambar 2.15 Bentuk lain rangkaian ekivalen motor induksi dilihat dari sisi stator Dimana: 2 X = 2 2 X a 2 R = 2 2 R a Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus peneralan yang sangat besar 30 sampai 40 dari arus beban penuh dan karena Universitas Sumatera Utara 23 reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen c R dapat dihilangkan diabaikan. Rangkaian ekivalen menjadi gambar berikut. Gambar 2.16 Rangkaian ekivalen motor induksi dengan mengabaikan tahanan R c

2.6 ALIRAN DAYA PADA MOTOR INDUKSI

Dokumen yang terkait

Analisis Perencanaan Ruang Bakar Turbin Gas Penggerak Generator Listrik Dengan Daya Terpasang 128 MW Dengan Menggunakan Ansys

18 100 110

Studi Pemakaian Kapasitor Untuk Menjalankan Motor Induksi Tiga Fasa Pada Sistem Satu Fasa (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 67 108

Analisis Karakteristik Berbeban Motor Induksi Satu Phasa Kapasitor Start ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU )

7 80 72

Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan Dengan Injeksi Tegangan Pada Rotor(Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

4 61 81

Panas Pada Generator Induksi Saat Pembebanan (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT – USU)

1 50 94

Pengaruh Pembebanan Terhadap Frekuensi Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Dengan Kompensasi Tegangan Menggunakan Kapasitor ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

0 48 67

Analisis Perbandingan Regulasi Tegangan Generator Induksi Penguatan Sendiri Tanpa Menggunakan Kapasitor Kompensasi Dan Dengan Menggunakan Kapasitor Kompensasi (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

5 42 79

Analisis Karakteristik Torsi-Putaran Pada Motor Sinkron Tiga Phasa

2 36 54

Analisis Karakteristik Torsi Dan Putaran Motor Induksi Tiga Fasa Pada Kondisi Operasi Satu Fasa Dengan Penambahan Kapasitor (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

4 103 83

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

3 25 69