II.10.2. Analisa Tegangan Pada Penampang Beton Prategang
Pada beton partegang akan terjadi tegangan yang diakibatkan oleh interaksi antara teganagn yang diakibatkan oleh tendon dengan beban yang diterima oleh
penampang . untuk kondisi prategang awal transfer tegangan yang terjadi diakibatkan oleh tegangan akibat tendon dengan beban sendiri profil, tetapi pada
kondisi beban kerja maka bebabn yang terjadi berupa beban mati yang ditambahkan dengan beban mati tambahan dan beban hidup.
II. 10.2. a Analisa Teganagn pada Penampang T ganda
analisa tegangan yang terjadi pada penampgn diserat tekan dan tarik pada kondisi transfer
= −
5 ;
I
\1 −
P
G =
_ −
A
`
G
…………………………...……………2.14 = −
5 ;
I
\1 +
P
b =
_ +
A
`
b
………………………………...………2.15 dimana :
M
T
= momen total M
D
+ M
SD
+ M
L
M
D
= momen akibat berat sendiri M
SD
= momen akibat beban mati tambahan, seperti lantai M
L
= momen akibat beban hidup, termasuk beban kejut dan gempa Pi
= prategang awal P
e
= prategang efektif sesudah kehilangan
Universitas Sumatera Utara
t menunjukkan serat atas dan b menunjukkan serat bawah e
= eksentrisitas tendon dari pusat berat penampang beton, cgc c
t
c
b
= jarak dari pusat berat penampang garis cgc ke serat atas dan serat bawah
r
2
= kuadrat dari jari-jari girasi S
t
S
b
= modulus penampang atas modulus penampang bawah beton
analisa tegangan yang terjadi pada penampgn diserat tekan dan tarik pada kondisi Final
= −
5 ;
I
\1 −
P
G =
_ −
A
`
G
…………………..………………2.16 = −
5 ;
I
\1 +
P
b =
_ +
A
`
b
……………………………..……2.17 dimana :
M
T
= momen total M
D
+ M
SD
+ M
L
M
D
= momen akibat berat sendiri M
SD
= momen akibat beban mati tambahan, seperti lantai M
L
= momen akibat beban hidup, termasuk beban kejut dan gempa Pi
= prategang awal P
e
= prategang efektif sesudah kehilangan t menunjukkan serat atas dan b menunjukkan serat bawah
Universitas Sumatera Utara
e = eksentrisitas tendon dari pusat berat penampang beton, cgc
c
t
c
b
= jarak dari pusat berat penampang garis cgc ke serat atas dan serat bawah
r
2
= kuadrat dari jari-jari girasi S
t
S
b
= modulus penampang atas modulus penampang bawah beton Jika tegangan yang tejadi tidak melebihi tegangan izin, maka profil yang
digunakan telah sesuai, tetapi jika ada tegangan yang melebihi tegangan izin, maka profil harus diperbesar atau eksentrisitas harus diubah.
II. 10.2. b. Analisa tegangan pada Rangka tumpuan
Analisa tegangan pada rangka tumpuan meliputi tegangan di lapangan, tegangan di tumpuan, dan tegangan di kolom.
Tegangan di lapangan : =
−
5 ;
+
5P c
−
c
………………………………………………………2.18 =
−
5 ;
−
5P c
+
c
………………………………………………………2.19 Tegangan di tumpuan :
= −
5 ;
−
5P c
+
c
………………………………………………………2.20 =
−
5 ;
+
5P c
−
c
………………………………………………………2.21 Tegangan di kolom :
= −
5 ;
−
5P c
+
c
…………………………………………….…………2.22 =
−
5 ;
+
5P c
−
c
………………………………………….……………2.23
Universitas Sumatera Utara
Dimana : = Tegangan di serat atas
= Tegangan di serat bawah = gaya prategang
d = eksentrisitas pada penampang = Momen lembam
= luas penampang = Momen luar
Jika kontrol tegangan memenuhi maka desain penampang telah memenuhi, jika tidak memenuhi maka profil harus diperbesar atau eksentrisitas dirubah
Penentuan gaya prategang: Gaya prategang dapat ditentukan dengan menghitung persamaan tegangan di
serat bawah yaitu Persamaan 2.28 yaitu: =
−
5 ;
−
5P c
+
c
………………………………………………….……2.24 Dengan mengasumsikan bahwa tegangan yang terjadi diserat bawah
= 0, maka persamaan 2.24 menjadi :
0 = −
5 ;
−
5P c
+
c
…………………………………………………………. 2.24.1 Sehingga gaya prategang yang terjadi di balok dan kolom dapat ditentukan denagn
persamaan-persamaan berikut Gaya prategang dibalok :
0 = −
5
b
;
−
5
b
P c
+
efMfghfg
c
……………………………………………………2.25
Universitas Sumatera Utara
Maka akan didapat nilai Gaya prategang dikolom :
0 = −
5
i
;
−
5
i
P c
+
GjkMjfg
c
……………………………………………………2.26 Maka akan didapat nilai
Dimana : = Gaya Prategang dibalok
= Gaya Prategang dikolom = Luas penampang
d = Eksentrisitas tendon = Momen Lembam
= Momen yang terjadi di lapangan tengah bentang = Momen yang terjadi di tumpuan
II. 11. Desain tendon