Pasal-pasal tambahan 15. Dispute Settlement Alternatif Dispute Resolution
Klausul mengenai metode penyelesaian perselisihan antara kreditur dengan
debitur bila terjadi. 16. Pasal Penutup
Pasal penutup memuat eksemplar perjanjian kredit yang maksudnya mengadakan pengaturan mengenai jumlah alat bukti dan tanggal mulaiberlakunya perjanjian
kredit serta tanggal penandatanganan perjanjian kredit.
44
B. Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk undang-
undang swasta legio particuliere wetgever, karenanya perjanjian baku bukan perjanjian.
C. Perjanjian Kredit Sebagai Perjanjian Pokok
Perjanjian kredit merupakan perjanjian baku Standar Contract, dimana isi atau klausula-klausula perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan
dalam bentuk formulir blanko, tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu vorn vrij, calon nasabah menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberikan kesempatan
kepada calon debitur untuk membicarakan lebih lanjut isi atau klausula-klausula yang diajukan pihak bank. Perjanjian baru ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang
sifatnya praktis dan kolektif. Pada tahap ini, kedudukan calon debitur sangat lemah, sehingga menerima saja syarat-syarat yang disodorkan oleh pihak bank, karena jika
tidak demikian calon debitur tidak akan mendapatkan kredit. Beberapa pakar hukum menolak kehadiran perjanjian baku ini, karena dinilai :
C. Perjanjian baku merupakan perjanjian paksa dwangcontract.
D. Negara-negara common law system menerapkan doktrin unconscionability.
Doktrin unconscionability memberikan wewenang kepada perjanjian demi hati nurani. Perjanjian baku dianggap meniadakan keadilan.
45
Sebaliknya beberapa pakar hukum menerima kehadiran perjanjian baku sebagai suatu perjanjian, hal ini karena:
a. Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan fictie van wil en vetrouwen yang membangkitkan kepercayaan
bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu; a.
Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada isi dan apa yang ditandatanganinya. Jika ada orang yang membubuhkan tanda tangan pada
44
Muhammad Jumhana,Ibid,hlm 389
45
Sutan Remy Sjahdeini,Hak Tanggungan Asas-Asas,Ketentuan-Ketentuan Pokok Dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak
Tanggungan, , Bandung:Alumni,1999, hlm 69-70
Universitas Sumatera Utara
formulir perjanjian baku, tanda tangan itu membangkitkan kepercayaan bahwa yang menandatangani tidak mungkin tidak mengetahui isi dari perjanjian tersebut
b. Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan yang
berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan.
46
Dengan demikian keabsahan perjanjian baku terletak pada penerimaan
masyarakat dan lalu lintas bisnis untuk memperlancar arus lalu lintas perdagangan dan bisnis. Dunia perdagangan dan bisnis membutuhkan kehadiran perjanjian baku guna
menunjang dan menjamin kelangsungan hidup usaha perdagangan dan bisnis. Perjanjian baku pada umumnya mengandung klausula yang tidak setara antara pihak
yang mempersiapkan dan pihak lainnya. Isi, aturan atau ketentuan dan syarat-syarat klausula terlebih dahulu dipersiapkan dan ditetapkan secara sepihak oleh yang
membuat perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh pihak lainnya, dengan sendirinya pihak yang mempersiapkan akan menuangkan sejumlah klausula yang
menguntungkan dirinya, sedangkan pihak lain dibebani dengan sejumlah kewajiban. Perjanjian baku yang tidak setara ini perlu diwaspadai.
Sutan Remy Sjahdeini menyatakan bahwa berbeda dengan perjanjian- perjanjian pada lazimnya, dalam perjanjian kredit bank harus diingat bahwa bank
tidak hanya mewakili dirinya sebagai perusahaan bank saja tetapi juga mengemban kepentingan masyarakat, yaitu masyarakat penyimpan dana dan selaku bagian dari
sistem moneter, oleh karena itu dalam menentukan apakah suatu klausula itu memberatkan, baik dalam bentuk klausula eksemi atau dalam bentuk yang lain,
perimbangannya sangat berbeda bila dibandingkan dengan menentukan klausula- klausula dalam perjanjian-perjanjian baku, pada umumnya yang para pihakya adalah
perorangan atau perusahan biasa.
46
Sutan Remy Sjahdeini, ibid, hlm 72
Universitas Sumatera Utara
Atas dasar pertimbangan ini maka tidak dapat dianggap bertentangan dengan ketertiban umum dan keadilan apabila di dalam perjanjian kredit dimuat klausula yang
dimaksudkan justru untuk mepertahankan atau untuk melindungi eksistensi bank atau bertujuan untuk melaksanakan kebijakan pemerintah di bidang moneter.
Seperti diketahui bahwa di dalam pemberian kredit yang terjadi antara bank dengan debitur maka dilakukan suatu proses yang namanya perjanjian kredit.
Perjanjian kredit merupakan dokumen paling penting yang mengatur hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yaitu kreditur dan debitur. Di dalam pemberian
kredit, pihak perbankan sebelumnya telah menyiapkan bentuk atau model perjanjian kredit yang sudah baku sifatnya. Model perjanjian kredit juga berisi berbagai
ketentuan tentang peminjaman uang dan syarat-syarat kredit. Model perjanjian kredit dibuat secara seragam untuk seluruh kantor cabang, akan tetapi masing-masing kantor
bank memiliki model perjanjian kredit yang berbeda dengan kantor bank yang lain. Model perjanjian kredit diperlukan untuk bukti peminjaman di suatu bank.
Dalam proses penandatanganan model perjanjian kredit itu, pihak bank cukup menyodorkan model perjanjian kredit yang telah disediakan untuk ditandatangani oleh
debitur. Biasanya perjanjian timbal balik hanya diadakan menyangkut peminjaman uang yaitu mengenai besarnya pinjaman, besarnya bunga pinjaman,
tujuan peminjaman dan cara pengembalian uang pinjaman. Mengenai syarat-syarat peminjaman uang maka pihak bank tidak memerlukan
perundingan. Dengan demikian model perjanjian kredit yang disodorkan oleh pihak bank kepada debitur adalah model yang sudah baku atau disebut sebagai perjanjian
standard. Menurut Muhammad Djumhana, Dalam praktek bentuk dan materi perjanjian
kredit antara satu pihak dengan bank yang lainnya tidaklah sama, disesuaikan dengan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhannya masing-masing. Dengan demikian perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang tertentu, hanya saja dalam praktek ada banyak hal yang
biasanya dipakai dalam perjanjian kredit. Misalnya berupa definisi istilah-istilah yang dipakai dalam perjanjian, terutama dalam perjanjian kredit dengan pihak asing atau
dikenal dengan loan agrement.
47
Sedangkan menurut Rachmadi Usman, Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan tidak menentukan bentuk perjanjian kredit bank, berarti pemberian
kredit bank dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan. Dalam praktek perbankan, guna mengamankan pemberian kredit atau pembiayaan, umumnya perjanjian
kreditnya dituangkan dalam bentuk tertulis dan dalam perjanjian baku standard contract. Perjanjian kredit bank bisa dibuat dibawah tangan dan bisa secara notariil.
48
”Perjanjian yang dilaksanakan dengan itikad baik artinya bahwa salah satu pihak hanya terikat pada penggunaan bahasa dalam perjanjian yang dibuat, akan tetapi harus
ada itikad baik dan moral dalam pelaksanaannya.” Sebelum perjanjian kredit disetujui dan ditandatangani maka itikad baik
merupakan syarat utama, walaupun tidak dinyatakan secara tegas itikad baik namun selalu tersirat adanya niat dan itikad baik serta moral dari para pihak.
49
Persesuaian kehendak dimaksud adalah kehendak dari kedua pihak yang bertujuan untuk tidak terjadinya akibat hukum tertentu yang bertentangan dengan peraturan
hukum. Akibat jika persesuaian kehendak antara kreditur dengan debitur tidak dipenuhi maka perjanjian tidak akan terjadi dan tidak dapat dilaksanakan.
Jadi itikad baik merupakan suatu hal yang mendasarimelandasi dalam pelaksanaan perjanjian kredit yang juga
mengharuskan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak.
47
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, Bandung : Citra Aditya, 2000, hlm 386
48
Rachmadi Usman, ibid,hlm 263
49
S.Mantayborbir,Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara,Jakarta:Pustaka Bangsa Press,2004,hlm 175
Universitas Sumatera Utara
Kehendak dari kedua belah pihak tersebut mengandung asas kebebasan berkontrak yang mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat secara sah oleh para pihak
merupakan undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tersebut dapat mengikat sedemikian rupa, sehingga apabila dibatalkan harus berdasarkan
kesepakatan antara para pihak. Perjanjian tersebut dapat berupa apa saja, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
50
11. Ketenatuan mulai berlakunya perjanjian kredit dan penandatanganan atas perjanjian kredit.
Dengan demikian bahwa dalam sebuah perjanjian kredit bank seyogianya memuat ketentuan pasal yang berhubungan dengan :
1. Ketentuan mengenai fasilitas kredit yang diberikan, diantaranya tentang jumlah maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan kredit, bentuk kredit dan batas ijin
penarikan dana. 2. Suku bunga dan biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pemberian kredit,
diantaranya bea meterai, provisicommitment fee dan denda kelebihan atas penarikan dana.
3. Kuasa kreditur bank untuk melakukan pembebanan atas rekening giro danatau rekening penerima kredit untuk perhitungan bunga, denda dan kelebihan dana
penarikan serta bunga tunggakan serta segala macam biaya yang timbul karena pelaksanaan hal-hal dan ditentukan yang menjadi beban penerima kredit.
4. Representations dan warranties, yaitu pernyataan dari penerima kredit nasabah debitur atas pembebanan segala harta kekayaan guna pelunasan kredit.
5. Conditions precedent, yaitu tentang syarta-syarat mutlak yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh penerima kredit nasabah debitur dalam menarik dana kredit
untuk pertama kalinya. 6. Barang jaminan kredit dan asuransi atas barang jaminan.
7. Affirmative dan negative covenants, yaitu kewajiban dan pembatasan terhadap tindakan penerima kredit nasabah debitur selama masih berlaku perjanjian kredit.
8. Tindakan krediturbank dalam rangka melakukan pengwasan atas penyelamatan kredit.
9. Events of default wanprestasicidera janjitrigger clause of opeisbaar clause, yaitu tindakan kredturbank sewaktu-waktu dapat mengakhiri perjanjian kredit dan
seketika itu juga akan menagih semua utang beserta bunga dan biaya lainnya yang timbul.
10. Pilihan domisilihukum apabila terjadi pertikaian di dalam penyelesaian kredit antara kredturbank dengan nasabah debitur.
51
50
Djuhaendah Hasan,Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah Dan Benda Lain, Yang Melekat Pada Tanah Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal,Bandung:Citra Aditya
Bhakti,1996,hlm 177
51
S.Mantayborbir,Aneka Hukum Perjanjian Sekitar Pengurusan Piutang Negara, Jakarta: Pustaka Bangsa Press,2004,hlm 88-89
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perjanjian kredit sebagai perjanjian baku, maka perjnajian kredit perlu mendapat perhatian yang khusus baik oleh krediturbank maupun oleh nasabah
debitur, karena perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan maupun penatalaksanaan atas kredit itu sendiri.
D. Proses Pemberian Kredit Oleh Bank