Eksekusi Terhadap Objek Jaminan Fidusia

5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. 92 Eksekusi jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia.

C. Eksekusi Terhadap Objek Jaminan Fidusia

Terhadap kredit yang diikat dengan objek jaminan fidusia yang diberikan berjalan baik dan debitur melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit, maka hubungan usaha antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur menjadi berakhir. Hak dan kewajiban dari masing-masing pihak telah dipenuhi, namun pada praktiknya pemberian kredit juga mengandung risiko yaitu kegagalan pelunasan sehingga menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Kredit yang bermasalah tentunya akan menyebabkan kerugian terhadap kreditur, bila hal tersebut terjadi maka tindakan yang dilakukan oleh kreditur adalah berupa eksekusi atau eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tersebut.

1. Eksekusi Objek Jaminan Kredit Yang Diikat Dengan Jaminan Fidusia

93 92 Kasmir,Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002, hlm 129 93 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004, hlm 89. Pada prinsipnya hanya putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap inkracht van gewijsde yang dapat dijalankan. Putusan yang dapat dieksekusi ialah putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, karena hanya dalam putusan yang telah berkekuatan hukum tetap terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara, disebabkan Universitas Sumatera Utara hubungan hukum antara pihak yang berperkara sudah tetap dan pasti. 94 Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum manusia atau badan hukum karena sesuatu itu dapat dikuasai oleh subjek hukum. 95 Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara, oleh karena itu eksekusi tidak lain dari pada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses hukum acara perdata. Masalah kredit adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan lembaga jaminan yang akan menjamin ketertiban pengembalian kredit secara cepat dan pasti, oleh karena itu sudah seharusnya jika pemberi dan penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapatkan perlindungan hukum melalui suatu lembaga hukum jaminan yang kuat dan memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. 96 a. Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fidusia sehubungan dengan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia. Sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Sehubungan dengan title eksekutorial pada sertifikat tersebut maka bank sebagai pihak penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Pasal 29 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 mengatur tentang Eksekusi Objek Jaminan Kredit yang diikat dengan jaminan fidusia melalui cara sebagai berikut: 94 M.Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Bandung: : Sinar Grafika, 2006, hal.7. 95 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, hal. 155. 96 M.Yahya Harahap, ibid, hlm 1. Universitas Sumatera Utara Penjualan atas kekuasaan sendiri penerima fidusia dilakukan melalui pelelangan umum atau melalui penjualan di bawah tangan dengan memenuhi persyaratan ketentuannya. Pelaksanaannya dilakukan setelah lewat waktu satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi atau penerima fidusia kepada pihak- pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan Pasal 29 ayat 2 dan selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan. b. Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia Pasal 30. Apabila pemberi fidusia tidak menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia mobil tersebut pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fidusia berhak mengambil benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan dari pihak yang berwenang. c. Berdasarkan ketentuan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tersebut, penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau di bursa dapat dilakukan ditempat-tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara bertentangan dengan ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 31, batal demi hukum Pasal 32. Eksekusi objek jaminan kredit yang dilakukan bank melalui ketentuan lembaga jaminan seperti jaminan fidusia akan memberikan kepastian hukum dan kemudahan bagi bank yang bersangkutan.Bank secara umum akan lebih terjamin dalam memperoleh pembayaran pelunasan kredit yang tertunggak oleh debitur. Universitas Sumatera Utara Pada praktiknya apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia biasanya dilakukan dengan cara: a. Penjualan objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan; b. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak menggunakan kata wanprestasi melainkan cedera janji. 97 Ada dua janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia: Apabila hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia. Akan tetapi apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan hutang, debitur tetap bertanggung jawab atas hutang yang belum terbayar. Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud di atas dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak adanya pemberitahuan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan. 98 a. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dengan cara yang bertentangan dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 ; dan b. Janji yang memberikan kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cedera janji. Di dalam usahanya untuk menyelesaikan kredit macet kredit bermasalah yang dilakukan oleh pihak bank baik bank pemerintah maupun bank swasta terhadap debiturnya adalah dengan menggunakan penyelesaian internal. Sebagai langkah awal 97 Pasal 15 ayat 3, Pasal 21 ayat 2 dan 4, Pasal 29 ayat 1, Pasal 33 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Kata cedera janji atau ingkar janji adalah terjemahan dari wanprestasi. 98 Salim HS, hlm. 91. Universitas Sumatera Utara pihak bank tidak akan menyebarluaskan, memberitahukan ataupun melaporkan kepada pihak lain tentang adanya tunggakan kredit dari debitur tersebut. Hal ini dilakukan dalam usaha bank untuk penyelesaian kredit macet tersebut dan untuk menjaga nama baik para pihak terutaam debitur. Berdasarkan penjelasan Pasal 4 Undang-Undang No.49 Prp Tahun 1990 dapat diartikan bahwa piutang negara baru dikatakan macet setelah instansi atau badan yang bersangkutan menyampaikan penyelesaian internal sesuai dengan ketentuan masing-masing instansi dan badan yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan penyelesaian internal yang dimaksudkan adalah penyelesaian yang dilakukan oleh instansi-instansi badan-badan negara yang harus terlebih dahulu mengupayakan penagihan sendiri sejak piutang negara telah jatuh tempo dan debitur dinyatakan wanprestasi. Jika penyelesaian internal tersebut tidak berhasil barulah berkas kredit macet tersebut diserahkan oleh Bank kreditur kepada PUPNKP2LN untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Penyelesaian kredit macet lebih diutamakan pada pendekatan pribadi dengan maksud untuk memberikan pengarahan-pengarahan kepada debitur dalam rangka pelunasan hutangnya kepada debitur dan sekaligus menyampaikan akibat-akibat hukum yang akan menimpa debitur bila hutang tidak dibayar, pendekatan seperti ini sering disebut dengan “collection”. Pendekatan collection ini juga sangat penting dilakukan agar pihak kreditur dapat mengetahui kondisi debitur sesungguhnya. Apabila cara pendekatan tersebut tidak memberikan tanggapan yang baik dari pihak debitur, maka barulah pihak kreditur bank menyampaikan surat teguran dengan maksud memperingatkan debitur untuk melaksanakan kewajibannya membayar hutang. Universitas Sumatera Utara Apabila cara pertama tersebut tidak juga membuat debitur membayar hutangnya maka akan dipergunakan cara penyelesaian kedua yaitu yang disebut dengan “cash collection” yaitu kreditur mendatangi debitur dalam usahanya agar debitur membayar secara bertahap ataupun secara mencicil sesuai kesepakatan bersama dari debitur dan kreditur. Dikarenakan satu atau lain hal cara kedua juga tidak dapat terlaksana maka dicari cara lain yang dikenal dengan istilah “3R” yaitu Restructuring, Reconditioning, dan Rescheduling. Dari hasil wawancara dengan Bapak Ardiman Zebua 99 1. Rescheduling ; perubahan syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk perubahan besarnya angsuran maupun tidak. selaku informan mengemukakan penjelasan tentang istilah “3R” ini yaitu : 2. Reconditioning ; perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. 3. Restructuring ; penataan kembali yaitu : a. Penanaman modal dan atau b. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru atau c. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan Hasil wawancara dengan Bapak Sugeng Wibowo selaku Staf Penilai Jaminan pada Bank BNI 46 mengatakan bahwa penyelesaian internal Bank dapat juga dilakukan dengan cara perpanjangan waktu kredit, penjadwalan kembali pembayarancicilan, pengurangan bunga, penghapusan bunga. Langkah-langkah 99 Staf Legal PT. Bank Century Cabang Medan. Wawancara dilakukan pada hari Selasa tanggal 15 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara tersebut ditempuh agar debitur ada kesempatan dan debitur semangat untuk berusaha melunasi kreditnya. Jadi langkah-langkah di atas adalah suatu kemudahan yang diberikan kreditur kepada debitur. Cara penyelesaian lainnya adalah dengan cara discount, yaitu berupa bunga bank, denda dan pembayaran pokok pinjaman. Hal-hal ini dilakukan oleh bank dengan berpijak pada asumsi yang diperhitungkan berkenaan dengan nilai yang diperoleh sekarang present value dan nilai yang diperoleh pada masa yang akan datang future value. Beliau juga menambahkan bahwa dari sudut kolektibilitas, keadaan membayar nasabah atas kreditnya dapat digolongkan dalam 4 empat kriteria, yaitu lancar, kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. 1. Kredit lancar yaitu kredit yang diberikan tidak mengalami tunggakan, baik angsuran pokok, bunga ataupun cerukan. 2. Kredit kurang lancar, yaitu apabila kredit tersebut merupakan kredit dengan angsuran diluar KPR, maka kriterianya adalah terdapat tunggakan angsuran pokok, terdapat cerukan karena penarikan yang jangka waktunya telah melampaui 15 lima belas hari kerja tetapi belum melampaui 30 tiga puluh hari kerja, atau terdapat tunggakan bunga. 3. Kredit diragukan, yaitu apabila kredit tersebut tidak memenuhi kredit lancar dan kurang lancar. 4. Kredit macet, yaitu apabila kredit tersebut tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan, atau memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 dua puluh satu bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit dari debitur; atau keadaan dimana kredit tersebut telah diserahkan penyelesaiannya kepada KP2LN. Universitas Sumatera Utara Dari keterangan-keterangan yang diberikan pihak bank maka tindakan yang dilakukan pihak bank kepada debitur dalam menyelesaikan kredit macet adalah : 1. Pihak bank mengirimkan surat peringatan tertulis sebagai teguran agar debitur dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang dibuat. 2. Pihak bank memberikan perpanjangan waktu kredit, hal ini dilakukan kalau sudah nyata bahwa terjadi tunggakan pokok pinjaman maupun bunga bukan karena karakter debitur yang tidak baik, tetapi karena hal-hal diluar kemampuan dirinya, misalnya adanya krisis ekonomi. 3. Pihak bank mengadakan penjadwalan kembali angsuran hutang. 4. Pihak bank dapat juga melakukan pengurangan dan penghapusan bunga Lelang eksekusi dengan jaminan fidusia yang dilakukan oleh KP2LN merupakan tindakan hukum yang terpaksa dilakukan karena upaya hukum lainnya seperti Surat Panggilan, Pernyataan BersamaPenetapan Jumlah Piutang Negara, Surat Paksa, Surat Perintah Penyitaan, Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan, nyata-nyata tidak mendapat tanggapan positif dari debitur untuk melunasi hutangnya kepada negara, untuk mengeksekusi lelang objek fidusia, KP2LN Medan harus terlebih dahulu melakukan pengumuman lelang yang dimuat dalam surat kabar harian atau selebaran. Pengumuman lelang ini dilakukan 2 dua kali, yaitu pengumuman pertama dan pengumuman lelang kedua, biasanya KP2LN Medan memuatnya pada surat kabar. Isi pengumuman lelang ini memuat nama debiturpenanggung hutang, rincian barang yang dieksekusi, waktu pelaksanaan eksekusi lelang, syarat-syarat untuk mengikuti lelang, seperti penyetoran uang jaminan lelang, kewajiban perlunasan harga barang secara tunai dalam jangka waktu 1 x 24 jam, tempat eksekusi lelang biasanya di KP2LN Medan dan tata cara lelang yang dilakukan secara terbuka dengan penawaran lisan. Universitas Sumatera Utara Lelang yang objeknya berada di wilayah Sumatera Utara dilakukan oleh KP2LN Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan dengan pernyataan yang harus dilengkapi yang terbagi menjadi persyaratan umum dan persyaratan khusus. 100 1. Surat Permohonan Lelang; Untuk persyaratan umum adalah : 2. Salinan Surat Keputusan Penunjukan Penjual; 3. Syarat Lelang dari Penjual apabila ada; 4. Daftar Barang yang akan dilelang; Dan persyaratan khusus untuk lelang eksekusi PUPN adalah : 1. SalinanFotocopy Pernyataan BersamaPenetapan Jumlah Piutang Negara; 2. SalinanFotocopy Surat Paksa; 3. SalinanFotocopy Surat Perintah Penyitaan; 4. SalinanFotocopy Berita Acara Sita; 5. SalinanFotocopy Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan; 6. SalinanFotocopy Perincian Hutang; 7. SalinanFotocopy Surat Pemberitahuan Lelang kepada Penanggung Hutang Penjamin Hutang; dan 8. Bukti Kepemilikan atas barang yang akan dilelang. Khusus lelang harta kekayaan selain agunan, apabila bukti kepemilikan tidak dikuasai, harus ada pernyataan tertulis dari Kepala Seksi Piutang Negara bahwa barang-barang tersebut tidak disertai bukti kepemilikan dengan disertai alasannya. Untuk syarat khusus untuk lelang eksekusi fidusia adalah : 1. SalinanFotocopy Perjanjian Fidusia; 2. SalinanFotocopy Sertifikat Fidusia dan Pemberian Hak Fidusia; 3. SalinanFotocopy bahwa debitur cedera janji yang dapat berupa peringatan- peringatan maupun pernyataan dari pihak kreditur; 100 Pasal 2 dan Pasal 3 Angka 5 dan 9, Keputusan DJPLN No.35PL2002 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Lelang. Universitas Sumatera Utara 4. Surat pernyataan dari kreditur bahwa barang yang akan dilelang berada atau tidak berada dalam penguasaan kreditur; dan 5. Surat pernyataan dari kreditur yang bertanggung jawab apabila terjadi gugatan perdata ataupun tuntutan pidana. Hambatan-hambatan dalam eksekusi jaminan fidusia yang diutarakan pihak bank adalah : 1. Adanya perlawanan verzet dari debiturpenanggung hutangpenjamin hutang atau ahli waris atau pihak ketiga lainnya. 2. Objek jaminan tersebut tidak jelas keberadaannya. Ketentuan pidana diatur dalam Pasal 35 sampai dengan Pasal 36 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Ada dua perbuatan pidana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999, yaitu tentang sengaja melakukan pemalsuan dan pemberian fidusia tanpa persetujuan tertulis dari penerima fidusia. 101 a. sengaja memalsukan; Pemalsuan fidusia diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, pasal itu berbunyi: “Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan, mengubah, menghilangkan atau dengan cara apapun memberikan keterangan secara menyesatkan, yang jika hal tersebut diketahui oleh salah satu pihak tidak melahirkan jaminan fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 satu tahun dan paling lama 5 lima tahun dan denda paling sedikit Rp 10.000.000,- sepuluh juta rupiah dan paling banyak Rp 100.000.000,- seratus juta rupiah.” Unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi, supaya pelaku dapat dituntut berdasarkan ketentuan pasal ini, yaitu: b. mengubah; c. menghilangkan dengan cara apapun; d. diketahui oleh salah satu pihak; 101 Ibid, hal. 92. Universitas Sumatera Utara e. tidak melahirkan jaminan fidusia. Apabila pelaku terbukti melakukan perbuatan pidana tersebut, maka mereka dikenakan hukuman penjara dan denda. Hukuman penjaranya, paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun, sedangkan hukuman denda paling sedikit Rp 10.000.000,- dan paling banyak Rp 100.000.000,-. Kedua jenis hukuman tersebut bersifat kumulatif, artinya bahwa kedua hukuman itu harus diterapkan kepada para pelaku secara bersamaan dalam putusan hakim. Pemberian fidusia tanpa persetujuan penerima fidusia diatur dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal ini berbunyi sebagai berikut: “Pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat 2 yang dilakukan tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 dua tahun dan denda paling banyak Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Unsur-unsur pidana yang harus dipenuhi supaya pelaku dapat dituntut berdasarkan ketentuan pasal ini, yaitu: a. pemberi fidusia yang mengalihkan, menggadaikan, atau menyewakan; b. benda objek fidusia; c. tanpa persetujuan tertulis; d. penerima fidusia. Apabila keempat unsur itu terpenuhi, maka pelaku dapat dikenakan hukuman penjara dan denda. Hukuman penjara paling lama 2 tahun dan dendanya paling banyak Rp 50.000.000,-. Fakta di lapangan menunjukkan, lembaga pembiayaan dalam melakukan perjanjian pembiayaan mencamtumkan kata-kata dijaminkan secara fidusia, tetapi ironisnya tidak dibuat dalam akta notaris dan tidak didaftarkan di Kantor Pendaftaran fidusia untuk mendapat sertifikat. Akta semacam itu dapat disebut akta jaminan fidusia di bawah tangan. Jika penerima fidusia mengalami kesulitan di Universitas Sumatera Utara lapangan, maka ia dapat meminta pengadilan setempat melalui juru sita membuat surat penetapan permohonan bantuan pengamanan eksekusi. Bantuan pengamanan eksekusi ini bisa ditujukan kepada aparat kepolisian, pamong praja dan pamong desakelurahan dimana benda objek jaminan fidusia berada, dengan demikian bahwa pembuatan sertifikat jaminan fidusia melindungi penerima fidusia jika pemberi fidusia gagal memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam perjanjian kedua belah pihak. Akibat hukum Jaminan fidusia yang tidak dibuatkan sertifikat jaminan fidusia menimbulkan akibat hukum yang komplek dan berisiko. Kreditur bisa melakukan hak eksekusinya karena dianggap sepihak dan dapat menimbulkan kesewenang- wenangan dari kreditur. Bisa juga karena mengingat pembiayaan atas barang objek fidusia biasanya tidak full sesuai dengan nilai barang atau debitur sudah melaksanakan kewajiban sebagian dari perjanjian yang dilakukan, sehingga dapat dikatakan bahwa diatas barang tersebut berdiri hak sebagian milik debitur dan sebagian milik kreditur. Apalagi eksekusi tersebut tidak melalui badan penilai harga yang resmi atau badan pelelangan umum. Tindakan tersebut dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum PMH sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan dapat digugat ganti kerugian. Dalam konsepsi hukum pidana, eksekusi objek fidusia di bawah tangan masuk dalam tindak pidana Pasal 368 KUHPidana jika kreditur melakukan pemaksaan dan ancaman perampasan. Pasal ini menyebutkan: a. Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun Universitas Sumatera Utara menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan. b. Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, dan keempat berlaku bagi kejahatan ini. Situasi ini dapat terjadi jika kreditur dalam eksekusi melakukan pemaksaan dan mengambil barang secara sepihak, padahal diketahui dalam barang tersebut sebagian atau seluruhnya milik orang lain. Walaupun juga diketahui bahwa sebagian dari barang tersebut adalah milik kreditur yang mau mengeksekusi tetapi tidak didaftarkan dalam di kantor fidusia. Bahkan pengenaan pasal-pasal lain dapat terjadi mengingat bahwa dimana-mana eksekusi merupakan bukan hal yang mudah, untuk itu butuh jaminan hukum dan dukungan aparat hukum secara legal. Inilah urgensi perlindungan hukum yang seimbang antara kreditur dan debitur. Bahkan apabila debitur mengalihkan benda objek fidusia yang dilakukan dibawah tangan kepada pihak lain tidak dapat dijerat dengan UU No. 42 Tahun 1999 Tentang jaminan fidusia, karena tidak sah atau legalnya perjanjian jaminan fidusia yang dibuat. Debitur yang mengalihkan barang objek jaminan fidusia di laporkan atas tuduhan penggelapan sesuai Pasal 372 KUHPidana menandaskan: “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Bagi kreditur ini juga bisa jadi blunder karena bisa saling melaporkan karena sebagian dari barang tersebut menjadi milik berdua baik kreditur dan debitur, dibutuhkan keputusan perdata oleh pengadilan negeri setempat untuk mendudukkan porsi masing-masing pemilik barang tersebut untuk kedua belah pihak. Jika hal ini Universitas Sumatera Utara ditempuh maka akan terjadi proses hukum yang panjang, melelahkan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Akibatnya, margin yang hendak dicapai perusahaan tidak terealisir bahkan mungkin merugi, termasuk rugi waktu dan pemikiran. Lembaga pembiayaan yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia sebenarnya rugi sendiri karena tidak punya hak eksekutorial yang legal. Problem bisnis yang membutuhkan kecepatan dan customer service yang prima selalu tidak sejalan dengan logika hukum yang ada. Hal ini disebabkan karena kekosongan hukum atau hukum yang tidak selalu secepat perkembangan zaman.

2. Eksekusi Objek Jaminan Kredit Yang Diikat Tidak Sempurna Atau Tidak Melalui Lembaga Jaminan

Asas perjanjian “pacta sun servanda” yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak yang bersepakat, akan menjadi Undang-Undang bagi keduanya, tetap berlaku dan menjadi asas utama dalam hukum perjanjian, tetapi terhadap perjanjian yang memberikan penjaminan fidusia di bawah tangan tidak dapat dilakukan eksekusi. Proses eksekusi harus dilakukan dengan cara mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri melalui proses hukum acara yang normal hingga turunnya putusan pengadilan. Inilah pilihan yang prosedural hukum formil agar dapat menjaga keadilan dan penegakan terhadap hukum materiil yang dikandungnya. Proses ini hampir pasti memakan waktu panjang, kalau para pihak menggunakan semua upaya hukum yang tersedia. Biaya yang musti dikeluarkan pun tidak sedikit, tentu saja ini sebuah pilihan dilematis, alasan mengejar margin besar juga harus mempertimbangkan rasa keadilan semua pihak. Masyarakat yang umumnya menjadi nasabah juga harus lebih kritis dan teliti dalam melakukan Universitas Sumatera Utara transaksi. Sementara bagi Pemerintah, kepastian, keadilan dan ketertiban hukum adalah penting. Dalam praktik perbankan banyak terjadi eksekusi langsung atas objek jaminan kredit yang diikat tidak sempurna atau tidak melalui lembaga jaminan. Eksekusi dilakukan oleh bank dengan atau tidak dengan bantuan debitur atau pemilik objek jaminan kredit. Eksekusi dilakukan melalui penjualan biasa atau melalui pengambilalihan oleh bank. Akan tetapi cara eksekusi melalui penjualan sendiri oleh bank tidak dapat disebut sebagai penjualan di bawah tangan yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Penjualan atas objek jaminan kredit secara langsung oleh bank tanpa sepengetahuan debitur atau pemilik objek jaminan kredit tidak diproses atau digugat oleh pihak –pihak yang berkepentingan, maka tidak akan timbul permasalahan bagi bank. Akan tetapi terkadang terhadap cara eksekusi yang demikian timbul permasalahan yang merugikan pihak bank. Penjualan langsung atas objek jaminan kredit oleh bank terutama banyak terkait dengan pemberian kredit mikro dan kredit kecil yang macet. Dalam hal ini penjualan dilakukan berdasarkan surat kuasa menjual yang diberikan oleh debitur dan yang bersangkutan sudah tidak mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diterimanya.

D. Perlindungan Hak Kreditor dengan Jaminan Berupa Barang Bergerak

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

3 60 89

Kedudukan Benda Jaminan Yang Di Bebani Jaminan Fidusia Jika Terdapat Eksekusi Dalam Hal Debitur Pailit (Studi Bank CIMB Niaga Cabang Ir. H. Juanda Medan)

8 183 110

Kedudukan Kreditur Selaku Penerima Jaminan Fidusia Dalam Hal Debitur Pailit Menurut UU No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan

0 71 84

Eksekusi Di Bawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT. Batavia Prosperindo Finance Cabang Medan

2 115 132

Tinjauan Atas Pelaksanaan Penghapusan Jaminan Fidusia (Studi Pada Lembaga Pendaftaran Fidusia Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Propinsi Aceh)

1 60 128

Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya dilihat Dari Aspek Sistem Hukum

3 39 120

Eksekusi Barang Jaminan Fidusia Yang Lahir Dari Perjanjian Kredit Bank

0 27 2

Tanggungjawab Kreditur (Bank) Dalam Mengembalikan Piutang Dengan Jaminan Fidusia (Studi Pada Bank Perkreditan Rakyat Mitra Dana Madani Medan)

2 73 113

Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Fidusia Dalam Hal Terjadi Pengalihan Objek Jaminan Fidusia Tanpa Persetujuan Penerima Fidusia.

0 0 13

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR TERHADAP EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA PADA BANK A. Jaminan Fidusia - Analisis Yuridis Faktor Penghambat Eksekusi Jaminan Fidusia Dalam Melindungi Kreditur (Studi Pada Pt. Bank Mandiri (Persero), Tbk Balai Kota Medan)

0 0 30