Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama

40 Tabel 6. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Tahap Deskripsi Tahap 1 Orientasi terhadap masalah Guru menyajikan masalah nyata kepada peserta didik. Tahap 2 Organisasi belajar Guru memfasilitasi peserta didik untuk memahami masalah nyata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik berbagi perantugas untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tahap 3 Penyelidikan individual maupun kelompok Guru membimbing peserta didik melakukan pengumpulan datainformasi pengetahuan, konsep, teori melalui berbagai macam cara untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah. Tahap 4 Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah Guru membimbing peserta didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah yang peserta didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides. Tahap 5 Analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan. Berikut adalah contoh masalah nyata yang dapat digunakan dalam Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. “Setiap muslim di Indonesia sudah mendapatkan pendidikan tentang Islam sejak dini secara informal di keluarga yang kemudian disusul dengan pendidikan formal di sekolah mulai SD hingga perguruan tinggi. Sebagai muslim yang baik seharusnya setiap muslim memiliki pemahaman yang cukup dan benar tentang Islam, termasuk dalam hal Alquran, hadis, dan hasil-hasil ijtihad para ulama yang berisikan semua ajaran Islam baik yang pokok mendasar maupun yang lebih luar kompleks. Kenyataannya tidak semua muslim memiliki pemahaman yang cukup tentang ajaran Islam, sehingga banyak yang tidak tahu tentang ajaran Islam yang sebenarnya, bahkan untuk membaca Alquran saja masih banyak yang tidak mampu, atau sudah bisa tetapi belum baik dan benar, apalagi memahami isinya dan mengamalkannya. Masalah terkait Alquran ini masalah mendasar dan menjadi masalah umum di kalangan umat Islam yang hingga sekarang belum terpecahkan. Bagaimana menyelesaikan masalah tersebut?”

3. Pembelajaran Berbasis Proyek Project-based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek PBP adalah kegiatan pembelajaran yang menggunakan proyekkegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivias peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologiprakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk 41 bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam menghasilkan produk nyata. Tabel 7. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Proyek Langkah-langkah Deskripsi Langkah -1 Penentuan proyek Guru bersama dengan peserta didik menentukan tematopik proyek . Langkah -2 Perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek Guru memfasilitasi peserta didik untuk merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek beserta pengelolaannya. Langkah -3 Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Langkah -4 Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru Guru memfasilitasi dan memonitor peserta didik dalam melaksanakan rancangan proyek yang telah dibuat. Langkah -5 Penyusunan laporan dan presentasipublikasi hasil proyek Guru memfasilitasi peserta didik untuk mempresentasikan dan mempublikasikan hasil karya. Langkah -6 Evaluasi proses dan hasil proyek Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek.

4. Pembelajaran InquiryDiscovery

Dalam Permendikbud No.22 tahun 2016 dikatakan pembelajaran inquiry disebut bersama dengan discovery. Dalam Webster’s Collegiate Dictionary inquiry didefinisikan sebagai “bertanya tentang” atau “mencari informasi”. Discovery disebut sebagai “tindakan menemukan”. Jadi, pembelajaran ini memiliki dua proses utama. Pertama , melibatkan siswa dalam mengajukan atau merumuskan pertanyaan- pertanyaan to inquire, dan kedua, siswa menyingkap, menemukan to discover jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan penyelidikan dan kegiatan-kegiatan sejenis Sutman, et.al., 2008:x. Inquirydiscovery merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuaan bukan sekedar sekumpulan fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan atau mengonstruksi. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan proses fasilitasi kegiatan penemuan inquiry agar peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri discovery. Tujuan pertama InquiryDiscovery Learning adalah agar siswa mampu merumuskan dan menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana,bagaimana, mengapa, dsb. Dengan kata lain, InquiryDiscovery Learning bertujuan untuk membantu siswa berpikir secara analitis. Tujuan kedua adalah untuk mendorong siswa agar semakin berani dan kreatif berimajinasi.Dengan imajinasi siswa dibimbing untuk mengkreasi sesuatu menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Penemuan ini dapat berupa