52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Harian Kompas
Kompas adalah nama surat kabar Indonesia yang berkantor Pusat di Jakarta. Kompas adalah bagian dari Kelompok Kompas Gremedia. Selain versi
cetak, Kompas juga memiliki edisi online yang berisi berita-berita yang diperbarui secara aktual.
Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginanya kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar
yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, P.K. Ojong 1920-1980 dan Jakob
Oetama. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in officer pertamanya.
Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas, sebagai media pencari
fakta dari segala penjuru. Kompas mulai terbit tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat
dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969 Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di Indonesia.
Seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas dibagi menjadi tiga
53
halaman bagian, yaitu bagian yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga.
4.1.2. Sejarah Kompas
Sebuah buku telah lahir. Buku sejarah. Sejarah pers, khususnya Kompas, sebuah harian yang terbit untuk pertama kalinya 28 Juni 1965. pendirinya adalah
dwitunggal. Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. Ojong telah meninggal 27 tahun lalu. Sedangkan Jakob sehat wal afiat. Semoga beliau panjang usia.
Buku ini diterbitkan Penerbit buku Kompas PBK. Orang menyebutnya penerbit “Kebo”, masuk pada logo perusahaan penerbitan yang berlambang
seekor kerbau dimana diatasnya bertengger seorang “bocah angon” pengembala yang sedang meniup Kompas Gramedia Lama, berbaur dengan rumah-rumah
penduduk. Ada beberapa rekan yang memplesetkan PBK menjadi Penerbit Buku
Kliping. Ada benarnya, sebab beberapa buku merupakan dokumentasi dari ribuan artikel yang pernah dimuat di Harian Kompas, khususnya yang memberi inspirasi
dan memompa semangat dan gairah berkiprah. Tetapi tidak semua dari kliping. Ada buku-buku yang murni ditulis
memang untuk menjadi buku. Ditulis secara serius, bukan hasil kliping. Salah satunya adalah buku “Kompas, dari belakang ke depan: menulis dari dalam”.
Diterbitkan baru seminggu lalu dan mungkin baru beberapa hari lewat saja menghias rak-rak toko buku.
54
Inilah buku sejarah Kompas terkomplit yang pernah terbit. Selain bercerita mengenai kelahirannya, buku ini juga menceritakan jatuh bangun, kisah sukses,
sampai strategi bertahannya yang unik. Frans M. Parera, salah seorang penyumbang tulisan tidak harus malu mengatakan “Jurnalisme kepiting” untuk
strategi bertahan Kompas yang menjadikan harian ini tetap eksis bertahan. August Parengkuan, seorang sesepuh Kompas dalam buku itu mengatakan,
“Bagi Pak Jakob, kompas harus terbit kembali. Bukan saja agar para karyawan bisa terus bekerja tetapi yang penting tetap mempunyai medium untuk
menyampaikan gagasan, pemikiran, dan ide-ide baik kepada pemerintah maupun ke masyarakat. Jadi tidak perlu gagah-gagahan seakan-akan menjadi Pahlawan
karena berseberangan dengan pemerintah, tulis August, “Tetapi satu minggu sesudahnya semua orang lupa penah ada koran bernama Kompas”.
Sejumlah penulis memberi kontribusi dalam penulisan buku ini, antara lain St. Sularto, Mamak Sutamat, Ninok Leksono, Suryopratomo, Agung Adiprasetyo,
dan Arbain Rambey, Jakob memberi sambutan dalam buku ini. Buku dihiasi foto- foto lawas dari dokumentasi foto yang tidak atau belum pernah dipublikasikan.
Unsur mengejutkan dan mencengangkan sudah pasti ada saat melihat foto-foto yaitu disunting Arbain ini. Buku memuat pula kartun GM Sudarta yang dikenal
sangat ‘Menyentil dan Mengena” itu, juga ada ilustrasi dua halaman penuh, Ojong dan Jakob Oetama karya jitet.
Buku ini tentu saja memberi inspirasi bagi siapapun. Dari orang pes, mnahasiswa, atau masyarakat umum yang ingin lebih kenal dekat Kompas. Dari
buku ini kita bisa belajar bagaimana cara mempertahankan diri, penanaman
55
karakter baik, integritas dan loyalitas, juga bisa tahu bahwa membangun sebuah kerajaan bisnis seperti yang bisa dilihat sekarang ini tidaklah semudah membalik
telapak tangan. Perlu waktu 42 tahun untuk membangunnya. Sedangkan orang yang ingin menjatuhkan sekaligus menghancurkan Kompas, tidak perlu
menunggu selama itu.
4.1.3 Gambaran Umum Oom Pasikom
Gerardus Mayela atau yang biasa kita dengan nama GM Sudarta, seorang karikaturis yang dianggap paling berpengaruh di Indonesia. GM Sudarta adalah
pencipta tokoh kartun Oom Pasikom pada rubric Kompas surat kabar Kompas ini menekuni profesi tersebut sampai sekarang.
http:heyderaffan.multiply.comjournalitem7 diakses 20052010, 15.51. Beliau pernah menimba ilmu di Akademi Seni Rupa Indonesia ASRI
Yogyakarta meskipun tidak lulus. Mulai bergabung dengan Kompas sebagai karikaturis pada tahun 1967 lahirlah Maskot “Om Pasikom” dengan ciri khas pria
berjas tambahan, dengan baret. Sementara nama “Om Pasikom” diperolehnya dari nama “Kompas”. Kompas kalau disebut berulang-ulang jatuhnya jadi Pasikom.
http:kartunmartono.wordpress.comgm-sudarta diakses 20052010 , 10:45.
Hingga kini, sudah lebih dari 30 tahun GM. Sudarta menggeluti karikatur. Beliau dikenal sebagai karikaturis yang hati-hati, halus, “takut-takut”, dan jauh dari
sarkastik. Punya sisi perbaikan, ada unsur humornya, dengan tujuan yang dikritik tergugah untuk berdialog. “Karikatur tepo seliro” begitu beliau menamakannya
http:kartunmartono.wordpress.comgm-sudarta diakses 22052010 , 16:45.
56
4.2. Penyajian Data