penuh. Di dalam pemberitaan vivanews.com banyak sekali memuat tentang kasus kerusuhan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik dan pemberitaan cikeusik di
vivanews.com cenderung menganggap warga cikeusik tidak anarkis, berdasarkan
pada pemberitaan “Nama-nama Jemaah Ahmadiyah Yang Tewas”, “Ini Sebab Serangan Ke Ahmadiyah Versi Polisi”.
Dari kerusuhan diatas peneliti membingkai kasus ini dengan dua media tersebut diatas yaitu situs okezone.com dan vivanews.com. Adapun dapat
dijelaskan garis besar gambaran perbedaan framing dari dua situs tersebut dari pandangan konsep framing Robert N. Entman didalam tabel dibawah ini :
Dari penjelasan tentang analisis framing diatas terdapat perbedaan yang signifikan dari pemberitaan atau cara mengkonstruksi berita dari kerusuhan
massa dengan jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Desa Cikeusik Pandeglang, Banten.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah situs berita
okezone.com dan situs berita vivanews.com membingkai berita kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Pandeglang,
Banten periode 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011”?
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana situs berita okezone.com dan situs berita
vivanews.com membingkai berita tentang kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Pandeglang, Banten
periode 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011
1.4 Manfaat penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisi framing pada
khususnya. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai realitas
sosial yang digunakan media dalam membingkai realitas sosial mengenai kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di
Pandeglang, Banten periode tanggal 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang
tertarik dengan penelitian analisis teks media khususnya yang menggunakan metode analisis framing
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi jurnalis serta
institusi media massa online, situs berita okezone.com dan situs berita vivanews.com dalam mengkonstruksi berita menyampaikan
informasi kepada khalayak.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa
Sejarah jurnalisme diambil dari bahasa Perancis journal yang berasal dari istilah latin diurnal atau diary. Acta Diurna sebuah buletin yang ditulis
tangan dan berisi ulasan kejadian sehari – hari di masyarakat. Acta Diurna terbit di Romawi kuno, dan menjadi cikal bakal surat kabar.
Nurudin, 2009 : 2 Istilah kata jurnalisme muncul bisa ditelusuri pada zaman
pemerintahan Julius Caesar 100-22 SM di Romawi kuno. Pada waktu pemerintahannya, ada beberapa perangkat negara seperti tentara, polisi, aparat
pemerintahan dan Dewan Perwakilan Politik. Sehingga seorang pemimpin, Caesar menyadari bahwa setiap keputusan yang diambilnya sebisa mungkin
bisa diketahui masyarakat. Jurnalisme mengalami kemajuan yang sangat berarti, sejalan dengan
perkembangan teknologi komunikasi massa. Karenanya kajian jurnalisme membawa banyak konsekwensi dibidang jurnalisme. Akibat perkembangan
media ruang lingkup media meliputi yaitu jurnalisme media cetak, jurnalisme siaran dan yang terakhir jurnalisme online Nurudin, 2009 : 13
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jurnalisme online berkembang pesat sejak adanya penemuan World Web Wide WWW membuat revolusi besar – besaran di bidang jurnalisme dengan
munculnya online cyber journalism. Revolusi ini berkaitan dengan kecepatan penyebaran pesannya. Sebuah kejadian yang ditulis di Internet beberapa detik
kemudian sudah tersebar ke seluruh dunia. Dengan internet kita bisa mencari berita untuk data – data yang disimpan terdahulu dengan menggunakan kata
kunci kita bisa mencari data tersebut di mesin pencari. Nurudin, 2009 : 17.
2.1.2 Definisi Berita
Sama seperti media berita yang lainnya baik itu majalah atau surat kabar, media berita online juga mendefinisikan berita menjadi dua perbedaan
kategori berita yaitu
1. Hard News berita hangat punya arti penting bagi banyak pembaca,
pendengar, dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang ”terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik,
hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan, pasar finansial dan sebagainya.
2. Soft news berita ringan biasanya kurang penting karena isinya
menghibur, walau kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis ini seringkali bukan berita terbaru. Di dalamnya memuat berita human
interest atau jenis berita rubrik feature. Berita jenis ini lebih menarik bagi emosi ketimbang akal pikiran. Contohnya pengumuman oleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perusahaan software tentang rencana untuk mengeluarkan saham publik dapat disebut berita hangat. Berita lain tentang orang yang mendirikan
perusahaan software tersebut serta tentang koleksi motor yang dimilikinya bisa dikategorikan berita ringan.
Hard news, meski punya peran penting, biasanya tidak menarik banyak pembaca, karena isinya sering sulit dipahami bagi banyak orang berbeda
ketimbang soft news, terutama jika tidak mengikuti perkembangan beritanya setiap hari. Akibatnya berita tentang fakta untuk berita hangat biasanya diiringi
oleh liputan interpretatif dimana seorang reporter menjelaskan signifikansi fakta tersebut dan memberi liputan latar belakang yang dibutuhkan para pembaca
untuk memahami tentang apa yang mereka baca, dengar dan dilihat. Rolnicki Tom E., Dow Tate C., Taylor Sherri A. 2008 : 3
Dari penjelasan kategori diatas, kategori berita hard news dibagi menjadi tiga klasifikasi dari berita hard news yaitu terdiri dari :
1. Spot news adalah peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan
contohnya peristiwa kebakaran, gempa bumi, pembunuhan, gempa bumi adalah sebuah peristiwa yang tidak dapat diprediksikan
2. Developing news adalah termasuk dalam berita kategori hard news.
Kategori spot news sama seperti kategori berita developing news yaitu sebuah peliputan berita yang tidak terduga. Tetapi dalam developing
news dimasukkan elemen lain, peristiwa yang diberitakan adalah bagian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dari berita yang akan diteruskan keesokan harinya atau berita selanjutnya. Contoh peristiwa jatuhnya pesawat terbang, kemudian
keesokan harinya dilanjutkan dengan pencarian korban, lalu dicari penyebabnya sampai permasalahan selesai.
3. Contuining news adalah termasuk peristiwa yang bisa diduga dan
direncanakan. Proses dan peristiwa yang sama tiap hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam wilayah pembahasan yang
sama pula. Contoh kasus Gayus Tambunan, kasus bank Century dan lain-lain. Eriyanto, 2002 : 110
Menurut Ashadi Siregar 1982 juga pernah menyodorkan sesuatu dikatakan sebuah berita yang mempunyai nilai berita sebagai berikut
1. Significance penting penting dalam hal ini mempengaruhi kehidupan
orang banyak, atau kejadian yang punya akibat terhadap kehidupan pembaca. Berita kenaikan Bahan Bakar Minyak BBM selalu
dianggap penting karena menyangkut perhatian masyarakat banyak. 2.
Proximity dekat kedekatan adalah kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. Ada
berita tentang kecelakaan bermotor di Jalan Dinoyo Surabaya, kenapa berita tersebut tidak dimasukkan di harian Post Kota atau bahkan
tidak dimuat di New York Times.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Magnitude besar kejadian yang dihubungkan dengan angka-angka
yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat bila dijumlahkan dalam angka menarik pembaca. Kenaikan
harga kebutuhan pokok, kenaikan harga pupuk, dan kebutuhan rakyat lainnya.
4. Timelines ketepatan waktu yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal
yang baru terjadi atau baru ditemukan. Aktualitas dibagi menjadi dua yaitu aktual secara objektif dan aktual secara subjektif. Aktual
objektif berkaitan dengan benar-benar baru terjadi. Misalnya, terjadi kebakaran pasar pada jam 5 sore. Bagi koran pagi aktual ketika
disajikan pagi hari ketika koran terbit. Sementara aktual subjektif berkaitan dengan pembacanya, karena suatu hal, bisa terjadi seseorang
tidak bisa membaca koran pada hari itu distribusi lambat, dia baru bisa membacanya keesokan harinya.
5. Prominance tenar yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau
sangat dikenal oleh pembaca. Mengapa segala hal yang menyangkut seorang artis bisa mempunyai nilai berita? Alasannya jelas karena
orang tersebut orang terkenal. Misalnya kita tidak bisa melupakan kejadian film porno Artis penyanyi Ariel dan bintang film Luna
Maya dan Cut Tari yang menghebohkan seluruh Indonesia, berita tentang kematian Michael Jackson yang masih kontroversi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6. Human Interest manusiawi yaitu kejadian yang memberikan sentuhan
perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut hal yang biasa menjadi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa. Misalnya
kasus para TKI yang disiksa oleh majikannya selama dia bekerja di luar negeri, kita tidak bisa terlupakan oleh kasus manohara, dan kasus
Prita Mulyasari. Nurudin, 2009 : 52
2.2. Media Massa dan Konstruksi Realitas
Media yang bersifat sebagai komunikator harus dapat menjadi komunikator yang baik dan diandalkan oleh komunikannya. Karena pesan atau
berita sangat dibutuhkan oleh komunikator untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan mungkin itu bisa berupa berita, maupun pesan yang bisa
diterima oleh pembacanya. Pembaca atau komunikan adalah media yang pasif dan dia hanya bisa menerima apa saja yang disajikan oleh media walaupun
ada feedback atau umpan balik itupun bersifat tertunda. Sebuah berita yang dibuat oleh media tidak mudah begitu saja langsung
diterima oleh masyarakat semuanya melewati beberapa tahapan agar berita bisa dinikmati oleh masyarakat. Suatu berita yang dikirim wartawan dari lapangan
adalah sebuah konstruksi dari kejadian yang terjadi dilapangan. Berita tersebut dikonstruksi oleh wartawan dengan persepsi berbeda – beda. Perbedaan itu
dipengaruhi oleh bermacam – macam sebab, bisa itu kode etik perusahaan, kode etik dalam jurnalistik dan bisa juga dari kepentingan perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan sebuah realitas. Isi media itu sendiri adalah hasil para pekerja media
mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Oleh karena itu dikarenakan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan suatu media massa adalah
menceritakan peristiwa – peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan constructed reality. Pembuatan berita di media pada
dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah “cerita” Tuchman dalam Sobur, 2002 : 88.
Menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya sebuah realitas itu
dibentuk dan dikonstruksi sedemikian rupa. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi
yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu
akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing – masing. Eriyanto, 2002 : 16
Dari pendapat diatas dapat ditarik garis besar yaitu dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa dan fakta di lapangan seorang wartawan
selalu berpikir bagaimana berita tersebut dikonstruksi atau dibingkai oleh seorang wartawan tanpa mengurangi resiko pada siapapun. Kesalahan kecil
dalam mengungkapkan sebuah fakta akan mengakibatkan fatal bagi semuanya. Bisa di media yang menjadi tempat dia bekerja, maupun wartawan itu sendiri.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambaran tentang realitas adalah realitas dibentuk oleh isi media yang mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Oleh
karena itu ketepatan informasi dan sumber berita itu yang pertama kali dicari oleh sebuah media karena sekali media membuat kesalahan dalam
menginformasikan realitas pasti media tersebut dinilai jelek oleh pembacanya. Media massa mempunyai peranan penting sebagai agen sosialisasi pesan
tentang norma dan nilai. Situs berita online merupakan salah satu bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada
masyarakat umum secara murah dan nyaman dan dapat diakses kapan saja kita mau. Sebagai seorang agen, wartawan telah menjalin transaksi dan hubungan
dengan obyek yang diliputnya, sehingga berita merupakan produk dari transaksi antara wartawan dengan fakta yang diliput. Eriyanto, 2002 – 31
Jadi semua berita yang kita terima setiap harinya mulai dari kita bangun tidur di pagi hari sampai kita tidur lagi semuanya adalah produk dari
sebuah pembentukan realitas oleh media Media adalah agen yang mengkonstruksi sebuah berita dan menafsirkan sebuah realitas untuk disajikan
oleh para pembacanya.
2.2.1 Media dan Berita dilihat dari Paradigma Konstruksionis
Pendekatan Konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana, wartawan dan berita dilihat Eriyanto, 2002 : 19. Pendekatan tersebut akan
diuraikan secara jelas dibawah ini.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Fakta Peristiwa adalah hasil konstruksi
Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsro subjektif wartawan. Realitas tercipta
lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas tidak bersifat objektif karena realitas itu tercipta lewat konstruksi, sudut pandang
tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi realitas itu bisa dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan dan
persepsi yang berbeda-beda.
2. Media adalah agen konstruksi
Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan positivis, media dilihat
sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima khalayak. Dalam pandangan konstruksionis,
media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan
pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Jadi semua kejadian atau suatu peristiwa tidak
pernah lepas dari campur tangan media sebagain agen untuk mengkonstruksi suatu berita.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Berita bukan refleksi dari realitas, tetapi berita hanyalah konstruksi
dari realitas
Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi. Berita dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Dalam pandangan
kaum positivis, berita adalah refleksi dan pencerminan dari realitas. Berita adalah mirror of reality, karenanya sebuah berita harus mencerminkan
realitas yang hendak diberitakan. Pandangan ini ditolak oleh kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi social dimana selalu
melibatkan pandangan, ideology, dan nilai – nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana
fakta itu dipahami dan dimaknai. Jadi menurut pandangan kaum konstruksionis berita itu dikonstruksi sesuai kenyataan yang ada dan dilihat
dilapangan dan itupun juga banyak dipengaruhi oleh media dan wartawan itu sendiri dalam meliput sebuah kejadian.
4. Berita bersifat subyektifkonstruksi atas realitas
Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai objektifitas jurnalistik. Hasil kerja jurnalistik tidak bisa dinilai
dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya positivis, hal ini karena berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas.
Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda pula. Dalam
pandangan pendekatan positivis, tidak perhatiannya adalah pada bias.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Artinya, dianggap salah, dan wartawan harus menghindari bias. Dalam tradisi penelitian positivis, analisis diarahakan untuk menemukan ada
tidaknya bias dengan meneliti sumber berita, pihak-pihak yang diwawancarai, bobot dari penulisan, dan sebagainya.
5. Wartawan bukan pelapor, Ia adalah agen konstruksi realitas
Dalam pandangan positivis, berita dilihat sebagai pencerminan dari realitas. Seorang jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu
memindahkan ralitas itu ke dalam berita. Wartawan bisa menyajikan pilihan realitas secara benar, kalau dia bertindak secara professional, dia bisa
menyingkirkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu wartawan. Tetapi
pandangan konstruksionis terdapat penilaian yang sebaiknya Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena dia
merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai actor atau agen
konstruksi, wartawan tidak hanya melaporkan fakta tetapi wartawan juga mendefinisikan sebuah peristiwa. Pandangan positivis melihat wartawan
seperti layaknya seorang lapor observer. Sebagai seorang pelapor, wartawan hanya bertugas memberitakan atau mentransfer apa yang dia lihat
adan apa yang dia rasakan di lapangan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.3 Sejarah Ahmadiyah
Ahmadiyah didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Alqadiani, Mujaddid abad ke-14 Hijriyah yang bergelar Almasih dan Mahdi, berdasarkan
ilham dari Allah SWT. yang beliau terima pada tanggal 1 Desember 1888 sekarang Ahmadiyah telah tersebar
di seluruh dunia. Ahmadiyah berjuang hanya untuk membela dan menyiarkan Islam
diakhir zaman ini melalui lima cabang kegiatan dakwah Islam yang telah digariskan oleh Mujaddid dalam kitab Fathi Islam 1893, yaitu: pertama,
menyusun karangan-karangan atau buku-buku dan menerbitkannya. Kedua, menyiarkan brosur-brosur dan maklumat-maklumat yang dilanjutkan dengan
pembahasan dan diskusi, Ketiga komunikasi langsung dengan kunjung- mengunjung, mengadakan ceramah-ceramah dan majelis taklim, Empat,
korespondensi dengan mereka yang mencari atau menolak kebenaran Islam, dan
kelima beat. Setelah pendiri Gerakan Ahmadiyah wafat pada tanggal 26 Mei 1908.
Gerakan Ahmadiyah dipimpin oleh Shadr Anjuman Ahmadiyah yang diketuai oleh Maulvi Hakim Nuruddin. Setelah beliau wafat pada tanggal 13 Maret
1914, Shadr Anjuman Ahmadiyah dipimpin oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, putera pendiri Gerakan Ahmadiyah. Beberapa saat setelah ia terpilih,
timbullah perbedaan pendapat yang penting dan mendasar. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad berpendapat bahwa : Masih Mau’ud itu betul-betul Nabi, beliau
itu ialah Ahmad yang diramalkan dalam Qur’an Suci 61:6, dan semua orang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Islam yang tidak berbeat kepadanya, sekalipun tidak mendengar nama beliau,
hukumnya tetap kafir dan keluar dari Islam Ainai Sadaqat, 35. Jadi menurut Basyruddin Mahmud Ahmad, Nabi Suci Muhammad saw. bukanlah Nabi
terakhir, padahal H.M. Ghulam Ahmad mengajarkan bahwa Nabi Suci Muhammad saw adalah Nabi terakhir, sesudah beliau tak ada Nabi lagi, baik
Nabi lama ataupun Nabi baru Ayyamus-Shulh, hlm.74. Pendapat Basyuruddin
Mahmud Ahmad yang bertentangan dengan ajaran Imam Zaman tersebut yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam
Ahmadiyah. Mereka yang setuju terhadap pendapat yang menyimpang dari
ajaran pendiri Ahmadiyah tersebut tergabung dalam Jemaat Ahmadiyah, yang dikenal sebagai Ahmadiyah Qadian, karena pusatnya di Qadian, India, tetapi
setelah Pakistan dan India merdeka pindah ke Rabwah, Pakistan yang kemudian pasca 1984 Khalifahnya berada di Inggris. Pemimpin jemaat
Ahmadiyah disebut Khalifah. lengkapnya Khalifatul-Masih. Sedangkan mereka yang tak setuju terhadap pendapat tersebut alias
yang mempertahankan akidah pendiri Ahmadiyah, tergabung dalam Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam yang berpusat di Lahore dan dikenal sebagai
Ahmadiyah Lahore yang pada saat itu dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali,
M.A., LL.B., sekretaris Almarhum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Pemimpinnya disebut Amir Presiden. Menurut Ahmadiyah Lahore, Hazrat Mirza Ghulam
Ahmad bukanlah Nabi, dia adalah seorang Mujaddid. Ahmad, dalam Alquran
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
61:6 adalah Nabi Suci Muhammad saw. dan kaum Muslimin yang tidak beat kepada beliau tidaklah kafir.
2.3.1 Ahmadiyah Masuk Indonesia
Faham Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam atau Ahmadiyah Lahore masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dengan perantaraan dua mubaligh, Mirza
Wali Ahmad Baig dalam Maulana Ahmad. Berkat rahmat Allah, pada tanggal 10 Desember 1928. Gerakan Ahmadiyah Indonesia sentrum Lahore didirikan
oleh Bapak R.Ng.H. Minhajurrahman Djajasugita dkk, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.
GAI adalah Gerakan yang mandiri tak ada hubungan organisatoris dengan organisasi manapun di dunia ini, termasuk dengan Ahmadiyah Anjuman
Isya’ati Islam Ahmadiyah Gerakan Penyiaran Islam Lahore. Hubungannya hanyalah secara spiritual saja.
Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan
berasaskan Pancasila, maka GAI juga berasaskan Pancasila. Anggaran Dasar GAI telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tanggal
28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Dan pula telah termasuk
dalam Daftar Organisasi Kemasyarakatan Lingkup Nasional yang terdaftar di Depdagri Harian Suara Karya Dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, GAI
telah menerbitkan seratusan judul buku -buku agama dalam bahasa Belanda,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jawa dan Indonesia serta lembaga pendidikan formal bernama Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia PIRI di Yogyakarta dan di berbagai
daerah, yang menyelenggarakan pendidikan sekolah mulai tingkat Taman
Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. www.ahmadiyah.org
Berikut dibawah ini akan dijelaskan sebagian kecil kesesatan-kesesatan dari ajaran Ahmadiyah yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam
sesungguhnya antara lain : 1.
Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah sesudah Nabi Muhammad saw, dan dia juga mengaku diutus Allah untuk seluruh manusia
sesudah Nabi Muhammad saw 2.
Ghulam Ahmad membajak ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nabi Isa as namun dimaksudkan untuk dirinya sendiri.
3. Ahmadiyah memiliki kitab suci sendiri namanya Tadzkirah
4. Merusak Aqidah atau keyakinan Islam
5. Menganggap bahwa semua orang Islam yang tidak mempercayai Mirza
Ghulam Ahmad sebagai Rasul adalah musuh atau dianggap kafir. 6.
Memutar balikkan ayat-ayat Al Qur’an. Jaiz, dkk, 2009 : 341-346
2.4 Sejarah Peradaban Islam di Indonesia